Bekasi / Kota /
Follow daktacom Like Like
Rabu, 04/09/2019 08:45 WIB

Pemkot Bekasi Pertimbangkan Pemindahan Sumber Air Baku

Dialog Publik Radio Dakta, Selasa (3/9)
Dialog Publik Radio Dakta, Selasa (3/9)
BEKASI, DAKTA.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi mulai mempertimbangkan pemindahan sumber air baku untuk keperluan produksi air bersih, menyusul kerap tercemarnya Kali Bekasi. 
 
Namun selain mengupayakan solusi atas kondisi tersebut, Pemkot Bekasi juga mengharapkan ketegasan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas situasi pencemaran yang kerap terjadi di Sungai Cileungsi hingga berimbas ke Kali Bekasi.
 
Demikian disampaikan Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto saat menjadi pembicara pada Dialog Publik Radio Dakta bertema "Air Bersih atau Air Kotor" di Hotel Amaroossa Grande Kota Bekasi, Selasa (3/9/2019). Turut hadir dalam diskusi tersebut Direktur Utama PDAM Tirta Patriot, Solihat dan Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi, Usep Rahman Salim.
 
Tri mengatakan, setiap musim kemarau tiba, dua PDAM yang sama-sama melayani warga Kota Bekasi dihadapkan pada kondisi sulitnya memperoleh air baku. Bukan karena kuantitasnya, tetapi kualitasnya yang menjadi persoalan.
 
"Tiap kali kemarau, Kali Bekasi yang merupakan sumber baku bagi dua PDAM sering kali tercemar, seperti yang terjadi belakangan ini. Jika sudah tercemar, produksi sulit dilakukan sehingga tentu saja warga Kota Bekasi pelanggan PDAM yang turut merasakan dampaknya," jelasnya.
 
Padahal, lanjut Tri, masyarakat berhak atas jaminan memperoleh air bersih. Oleh karena itu, kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus berlarut.
 
Dirut PDAM Tirta Patriot Solihat mengatakan, perihal kondisi ini juga kerap mendapat sorotan dari auditor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Jawa Barat yang mendapati temuan menurunnya pengolahan air setiap bulan Juli-September setiap tahunnya.
 
"Pada bulan-bulan tersebut pencemaran biasa dialami Kali Bekasi, sehingga tentu saja produksi air bersih yang kami lakukan pun otomatis terganggu," katanya.
 
Solihat menjelaskan, setiap Kali Bekasi yang merupakan sumber air baku tercemar, produksi bisa saja tetap dilakukan dengan memberikan zat kimia dengan komposisi tertentu. Akan tetapi jika kadar polutannya sudah sangat jauh melebihi ambang batas, mau tak mau produksi akhirnya dihentikan.
 
Berulangnya situasi seperti ini dalam beberapa tahun belakangan mendorong dicarikannya solusi permanen. Konsep yang tengah digodok dan diajukan usulannya ke pemerintah pusat ialah dengan memanfaatkan aliran Kalimalang yang kualitasnya lebih terjaga sebagai sumber air baku.
 
"Namun untuk ikut memanfaatkan Kalimalang ini tidak bisa sembarangan, sebab peruntukan utamanya ialah untuk pasokan air minum bagi warga Jakarta. Kami sudah berulang kali menyampaikan situasi yang dihadapi, hingga akhirnya Perum Jasa Tirta II mengizinkan pemanfaatan aliran Kalimalang, tapi di titik sebelum sifon," ujar Solihat.
 
Hanya saja, mengambil air baku Kalimalang sebelum sifon membuat jarak ke pengolahan terlampau jauh. Oleh karenanya investasi pembangunan jaringannya pun sangat tinggi.
 
"Kalkulasi awal bisa sampai Rp25 miliar untuk menyambungkan jaringan ini. Kami masih menunggu persetujuan dari pemerintah pusat berikut dukungannya agar permasalahan sulitnya akses air baku tertangani sehingga masyarakat pun terjamin kebutuhan akan air bersihnya," katanya.
 
Reporter :
Editor :
- Dilihat 1051 Kali
Berita Terkait

0 Comments