Nasional / Sosial /
Follow daktacom Like Like
Senin, 11/04/2016 10:15 WIB

Pesantern Buntet Beri Kontribusi Besar untuk NKRI

Menag Lukmanul Hakim Saat Menghadiri Haul Pesantren Buntet Cirebon
Menag Lukmanul Hakim Saat Menghadiri Haul Pesantren Buntet Cirebon
CIREBON_DAKTACOM: Menag Lukman Hakim Saifuddin memandang kontribusi Pondok Buntet Pesantren bagi kemajuan Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat besar. 
 
Hal ini disampaikan Menag saat memberikan sambutan pada Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren, Cirebon, Sabtu (09/04) malam.
 
Menurutnya, Pondok Buntet Pesantren dirintis oleh Kyai Muqoyyim bin Abdul Hadi, yang lebih dikenal dengan Mbah Muqayyim, pada tahun 1750 M. 
 
Karena kepeduliannya yang sangat tinggi terhadap masyarakat dan pondok pesantren, beliau rela meninggalkan jabatannya sebagai “mufti” di Kesultanan Kanoman Cirebon.  
 
“Meninggalkan jabatan terhormat demi merintis pondok pesantren merupakan keputusan yang tidak semua orang mampu melakukannya. Subhanallah,” puji Menag.
 
Dari pesantren Buntet ini juga, lahir sosok Kyai Muta’ad, Kyai Anwaruddin Kriyani yang lebih dikenal Ki Buyut Kriyan, Kyai Jamil, dan Kyai Abbas. 
 
Nama terakhir dikenal sebagai  ulama yang berpandangan luas. Bersama Kyai Anas dan Kyai Akyas, Kyai Abbas mengembangkan Tarekat Tijaniyah dan mengantarkan  Pesantren Buntet sebagai “kekuatan politis-tradisional” yang berkontribusi konkret dalam pembangunan bangsa. 
 
Kontribusi pendidikan Kyai Abbas bahkan tidak hanya di Tanah Air, tapi juga di Tanah Suci. Sembari nyantri, Kyai Abbas juga ikut mengajar di Makkah. Bahkan, dalam pandangan Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ary, Kyai Abbas memiliki banyak kelebihan. 
 
Sebagai pejuang bangsa, Kyai Abbas juga berkontribusi besar dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Beliau adalah pimpinan rombongan pejuang Cirebon yang berangkat menuju Surabaya. 
 
Ketika Bung Tomo datang berkonsultasi kepada Hadratus Syaikh untuk meminta persetujuan dimulainya perlawanan rakyat terhadap Inggris, pendiri PBNU itu menyarankan agar perlawanan rakyat jangan dimulai sebelum Kyai Abbas datang ke Surabaya. 
 
“Kisah ini menunjukkan betapa Kyai Abbas dan santri-ulama Cirebon lainnya dipandang memiliki kekuatan yang luar biasa dalam pertempuran 10 Nopember 1945,” tutur Menag.
Editor :
Sumber : Kemenag.go.id
- Dilihat 1852 Kali
Berita Terkait

0 Comments