SAMARINDA, DAKTA.COM - Rangkaian safari dakwah Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia di Samarinda dimulai dengan pertemuan bersama para pemuda Samarinda pada Selasa, 19 Februari pertemuan AILA di lantai 2 masjid Plaza Mulia.
Dari AILA diwakili oleh ketua bidang edukasi Diana Widyasari ST, MM dan ketua bidang media dan koordinator pusat Sahabat AILA, Suci Susanti S.SoS.I. Dihadapan para pemuda, Diana mengungkapkan beberapa pasal yang bermasalah yang terdapat dalam RUU P-KS.
“Definisi kekerasan seksual yang dicantumkan dalam RUU tersebut, jika ditelaah lebih dalam maka ada jebakan didalamnya. Contohnya, mengapa definisi ‘prostitusi paksa’, mengapa bukan definisinya ‘prostitusi’ saja. Mengapa harus ada kata ‘paksa’ disana ? Apa bedanya ‘prostitusi paksa’ dengan ‘prostitusi’ ? Ini harus kita pertanyakan kepada yang mengusulkan,” ungkap Diana dalam keterangannya yang diterima, Rabu (20/2).
Sementara itu Suci lebih menitikberatkan pada para pengusung RUU.
“Ketika kita berjuang, kita harus tahu siapakah yang berjuang bersama kita. Siapa yang ada di sebelah kita, siapa yang ada di depan kita dan di belakang kita. Begitupun dengan RUU ini. Para pemuda harus kritis. Harus meneliti rekam jejak para pengusung RUU P-KS. Apa saja yang sudah dilakukan oleh para pengusung RUU selama ini? Bagaimana rekam jejak mereka? harus kita teliti. Dan ternyata setelah diteliti, rekam jejak para pengusung RUU justru tidak berpihak pada sebagian besar masyarakat Indonesia,” jelas Suci.
Sekitar 100 pemuda antusias mengikuti acara sejak awal hingga akhir. Selain dari Samarinda, para pemuda ini pun banyak yang berasal dari kota di sekitar Samarinda, salah satunya dari Tenggarong. Antusiasme juga ditunjukkan dari banyaknya pertanyaan yang diajukan.
“Setelah mendengar penjelasan dari ibu-ibu AILA, saya melihat bahwa RUU ini mendiskriminasi peran lelaki. Mengkerdilkan posisi lelaki. Padahal seharusnya kan tidak seperti itu. Maka saya menolak RUU ini dan berharap pemerintah tidak mengesahkannya,” kata Ikhwan
Malamnya, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama aktivis Muslimah Samarinda. Kali ini membahas tema Feminisme dan pergerakannya di Indonesia, diskusi berlangsung tertutup dan diikuti kurang lebih 30 orang aktivis Muslimah Samarinda yang berlangsung mulai pukul 20.30 hingga 23.30.
Seorang aktivis masih berusia remaja bernama Putri menyatakan ketertarikannya dengan isu feminis setelah melihat berita AILA dan juga tayangan video AILA yang ada di channel youtube.
“Saya sangat bersyukur dan berterimakasih ibu-ibu dari AILA mau menyempatkan diri untuk mengedukasi kami. Jujur mata saya jadi terbuka. Selama ini feminisme dianggap tidak berbahaya. Ternyata setelah diteliti lebih dalam, feminisme ini sangat berbahaya dan membahayakan untuk masa depan pemuda seperti saya,” ucap Putri
Setelah diskusi, para aktivis muslimah sepakat untuk menyatakan penolakan terhadap RUU P-KS. **
Editor | : | |
Sumber | : | Rilis AILA Indonesia |
- DKI Berubah Jadi DKJ, 3 Juta KTP Warga Jakarta Bakal Diganti Tahun Ini
- UMKM Batik Dinilai Memerlukan Ekosistem yang Kondusif di Pasar Digital
- Wisatawan China Jatuh ke Jurang Saat Foto di Kawah Ijen, Menparekraf Beri Imbauan Tegas
- Usai Putusan MK, Istana akan Siapkan Proses Transisi ke Prabowo-Gibran
- 23.000 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit
- MK Tolak Gugatan Pilpres yang Diajukan Ganjar-Mahfud
- Mengapa RRC- PKC buru-buru mengundang Prabowo?
- Pekerjaan Rumah Menanti Hadi dan AHY
- Haram Golput, Pilih Pemimpin yang Mampu Menjaga Agama dan Negara
- Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie : Prabowo Subianto Hanya Akan Menjabat Sebagai Presiden Selama Dua atau Tiga Tahun Apabila Terpilih Dalam Pemilu 2024
- Anies Sebut Film 'Dirty Vote' Cara Rakyat Respons Kecurangan
- Cara Top Up Genshin Impact Murah: Menambah Kristal Tanpa Merusak Dompet
- DPR BUKAN LAGI RUMAH RAKYAT, ASPIRASI PEMAKZULAN JOKOWI DIPERSEKUSI?
- Etika Politik "Endasmu Etik"
- PENGUSAHA JANGAN LEBAY, KAITKAN BOIKOT PRODUK TERAFILIASI ISRAEL DENGAN ANCAMAN PHK MASSAL!
0 Comments