Oase Iman /
Follow daktacom Like Like
Ahad, 10/05/2015 09:29 WIB

Taubat

Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali

Oleh: Imam Al Ghazali

Bertaubat kepadaNYa, dengan taubat yang yakin bahwa  IA adalah semua pemilik dan penyebab semua sebab.  Berharap dan mengharap kepadaNya dengan harapan bahwa Dia adalah Raja yang Maha Pengasih, Maha Pengampun lagi Maha penerima taubat. Sesungguhnya Dia Tuhan yang Maha pengampun dosa dan penerima taubat dan juga sekaligus sangat berat siksanya.

Sesungguhnya taubat dari dosa-dosa dengan kembali kepada Rabb  yang menutupi segala cacat . Dan  Rabb Yang menutupi segala samar adalah permulan jalan orang-orang yang berjalan kepada Allah, modal orang-orang yang berbahagia, permulaan langkah orang yang berkehendak ke jalan Allah, kunci istiqomah  orang-orang yang cenderung ke jalan Allah tempat terbit pemilihan dan penyaringan bagi orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah.

Tak diragukan lagi jika anak  Adam berbuat dosa dan kesalahan,  maka  itu adalah tabiat yang diketahui  orang yang  tunduk. Dan, barang siapa yang menyerupai bapaknya, maka ia tidak berbuat aniaya. Tetapi bapak itu menambal setelah memecahkan dan telah membangun setelah meruntuhkan, maka hendaklah menyerupai kepada bapaknya pada dua tepi yaitu nafi (negatif) dan ijab (positif) dan wujud (ada) dan Adam (tidak ada).

Yang semata-mata berbuat kebaikan adalah malaikat yang mendekatkan diri di sisi Maha Raja yang memberi balasan  (Allah Ta’ala). Dan,  yang semata-mata berbuat kejahatan adalah syaitan. Dan orang-orang yang memperbaiki perbuatan jahat dengan kembali kepada kebaikan sebenarnya adalah manusia.

Sesungguhnya telah dicampur pada tanah kejadian manusia dua campuran dan disertakan padanya dua tabiat dan setiap hamba itu membenarkan keturunannya. Adakalanya kepada malaikat atau kepada Adam atau kepada syaitan. Orang yang bertaubat adalah ia telah menegakkan bukti atas kebenaran keturunannya kepada Adam dengan terus menerus dalam batas manusia. Dan orang yang terus menerus berbuat kedzaliman adalah mendaftarkan dirinya kepada keturunan syaitan.

Adapun membenarkan keturunan kepada malaikat dengan semata-mata hanya berbuat kebaikan, maka keluarlah dari batas kemungkinan. Karena kejahatan itu diremas-remas beserta kebaikan pada tanah kejadian manusia dengan remasan yang teliti yang tidak dapat melepaskannya selain  salah satu dua api penyesalan atau api neraka Jahannam.

Maka pembakaran dengan api itu sangat perlu dan dalam upaya melepaskan permata manusia dari kejelekan-kejelekan syaitan, maka sekarang pilihan  seringan-ringan dua api tersebut. Dan, bersegeralah kepada seringan-ringan dua kejahatan sebelum dilipat permadani pilihan dan digiring ke negeri keharusan, adakalanya ke sorga dan adakalanya ke neraka.

Jika  taubat dan kedudukannya dari agama seperti ini, maka wajib mendahulukannya pada permulaan rubu’ yang menyelamatkan dengan menjelaskan hakekatnya, syarat-syaratnya, sebab-sebanya, tanda-tandanya, buahnya, bencana-bencana yang mencegah dari padanya dan obat-obat yang memudahkan kepadanya. Demikian itu menjadi jelas dengan menyebut empat sendi yaitu:

  1. Tentang taubat itu sendiri dan penjelasan batasnya, hakekatnya,  bahwa taubat  itu wajib dengan segera dan atas  semua orang, pada semua keadaan, bahwa taubat apabila benar, niscaya diterima.
  2. Tentang  dosa yang perlu taubat, yaitu dosa dosa kecil dan dosa-dosa besar dan apa yang berkaitan dengan hak hamba dan apa yang berkaitan dengan hak Allah. Penjelasan terbaginya derajat-derajat dan tingkat-tingkatan pada perbuatan kebaikan  dan kejelekan dan penjelasan sebab-sebab yang  dengan sebab-sebab itu dosa-dosa kecil menjadi dosa besar.
  3. Tentang penjelasan syarat-syarat taubat, berkekalannya, cara memperbaiki perbuatan aniaya yang lalu, cara menghapus dosa-dosa dan penjelasan bagian-bagian orang yang bertaubat pada berkekalan taubat.
  4. Tentang sebab yang menimbulkan taubat dan cara pengobatan dalam melepas ikatan terus menerus dari orang yang berbuat dosa.

Taubat akan sempurna dengan empat sendi ini.***

 

  • Dikutip dari kitab “Ihya’ Ulumuddin”

 

Editor :
Sumber : Ulil Albab
- Dilihat 3138 Kali
Berita Terkait

0 Comments