Tasyakur Milad 23th Dakta
Abdullah Hehamahua: Jokowi Nekad Ajukan BG Sebagai Calon Kapolri
BEKASI_DAKTACOM: Presiden Jokowi belum tentu tahu apa itu korupsi, sebab jika ia tahu tidak mungkin nekad mengajukan Komjen Budi Gunawan menjadi calon Kapolri. Hal ini dikatakan oleh mantan penasehat KPK, Abdullah Hehamahua dalam acara taklim kolosal Milad 23th Dakta.
Penetapan BG sebagai calon Kapolri memicu kontroversi yang membuat hubungan KPK - Polri terganggu. Dampaknya terjadi pelemahan terhadap KPK dengan ditetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka. Bahkan sejumlah pimpinan KPK juga ditersangkakan sebagai perlawanan tehadap penetapan BG sebagai tersangka.
"Itu bukti presiden Jokowi tak tahu korupsi itu seperti apa" kata mantan penasehat KPK, Abdullah Hehamahua dalam taklim tasyakur milad Radio Dakta Ke-23, Ahad (29/3/15) di Aula Radio Dakta, Jalan Agus Salim 77 Bekasi.
Menurut mantan Ketua Umum PB HMI ini ada dua penyebab orang korupsi yaitu adanya niat dan kesempatan. Makanya, harus ada hukuman yang bisa membuat efek jera sehingga penegakan hukum akan berjalan efektif. Sebagai kejahatan yang luar biasa, korupsi juga harus dilawan dengan cara-cara yang masif dan melibatkan masyarakat secara langsung.
"Korupsi itu sama dengan mencuri, jika ada orang yang mencuri menurut hukum hudud tangannya harus di potong, sehingga kalau ada orang yang bertanya mengapa tangannya dipotong, maka jawabnya karena ia mencuri. Hukuman itu memberikan efek jera. Tapi orang yang mencuri itu tangannya dipotong karena ia mencuri karena lapar, atau ada barang yang kebetulan tak terjaga" jelas Abdullah Hehamahua, menganalogikan korupsi karena ada kesempatan.
Sedang korupsi dengan niat, memang sudah ada niatan untuk korupsi. Korupsi di Indonesia sudah sangat luar biasa. Semua lembaga pemerintahan mulai dari pusat hingga daerah bahkan sampai RT/RW sudah juga melakukan korupsi.
"Korupsi ini sudah menjadi kejahatan luar biasa. Maka penanganannya juga harus luar biasa. Kenapa dikatakan kejahatan luar biasa, karena kejahatan transnasional. Koruptor bisa saja menyimpan uang kejahatannya di luar negeri.Pembuktiannya juga sangat sulit.Karena dalam seketika koruptor dapat memindahkan, menghapus, data dan menghilangkan barang bukti dalam sekejap sehingga susah dilacak." paparnya.
Taklim dan tasyakuran milad Radio Dakta ke 23 ini juga dihadiri para ustadz yang aktif mengisi acara di Radio Dakta. Diantara ustadz yang hadir adalah Ahmad Salimin Dani, Agus Tri Sundari, Miqdad Ali Aska, Badruttamam. ***
Editor | : | |
Sumber | : | Ulil Albab |
- Stok Darah Menipis, Radio Dakta Gelar Donor Saat Pandemi
- Masjid di Lombok Kembali Tegak, Donasi dari Dakta Peduli
- Pandemi, Dakta Peduli Gelar Donor Darah dengan Protokol Kesehatan
- Dakta Peduli Bersama True Money Berbagi Sembako Ramadhan
- Dakta Peduli Beri Santunan ke Yatim Dhuafa
- Dakta Peduli Bersama True Money Distribusikan Bantuan kepada Mustahik
- Nutrisi untuk Pejuang Medis di Garda Terdepan
- Dakta Peduli Bagikan Paket Sembako ke Tunanetra
- Bantu Pejuang Nafkah Terdampak Pandemi Covid-19 Melalui Dakta Peduli
- Milad ke-28 Tahun, Radio Dakta Berbagi Hand Sanitazer
- 28 Tahun Radio Dakta; Bijak Berbagi Cerdas Berinformasi
- Dakta Peduli Berbagi Kebaikan Lewat Program Secanting Beras
- Peluang Bisnis Ala Influencer
- Kriteria Pemimpin dalam Perspektif Islam
- Dakta Goes To School; Kenalkan Kaula Muda pada Konvergensi Media
0 Comments