PKS Dorong Kebijakan Industri Berbasis Energi
BANDUNG_DAKTACOM: Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendorong kebijakan industri berbasis energi. Sumber energi nasional harus bisa dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Ketua Departemen Teknologi Industri dan Energi DPP PKS, Marsudi Budi Utomo menyampaikan hal ini pada Diskusi “Ketahanan Energi Nasional” di Kampus ITB Jatinangor, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/11).
“Pemanfaatan energi nasional harus dilakukan secara terukur dengan mempertimbangkan dua hal. Pertama, pertimbangan emisi gas karbondioksida (CO2). Kedua, pertimbangan elastisitas dan intensitas energi nasional,” ujar Marsudi.
Menurut Marsudi, ukuran emisi CO2 perlu menjadi patokan akhir dalam pemanfaatan energi nasional. Hal ini bertujuan agar besaran pemanfaatan energi bisa diukur, sehingga tidak menghasilkan CO2 berlebih.
“Penurunan emisi CO2 sebesar 26% di bawah level tahun 2005 seperti dituangkan dalam Perpres no 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK),” jelasnya.
Pemanfaatan energi nasional, lanjut Marsudi, juga perlu mempertimbangkan elastisitas dan intensitas energi. Ia menjelaskan elastisitas energi Indonesia pada 2014 sebesar 2,69 dinilai cukup tinggi.
“Sementara menurut International Energy Agency (IEA) tahun 2014, angka elastisitas Thailand adalah 1.4; Singapura 1.1; dan negara-negara maju berkisar 0.1-0.6,” kata Marsudi.
Selain itu, intensitas energi Indonesia juga cukup tinggi pada tahun 2014, yaitu sebesar 565 TOE (Ton Oil Equivalent) per US$ 1 juta. Itu artinya, terang Marsudi, untuk meningkatkan PDB sebesar US$ 1 juta, Indonesia memerlukan energi sebanyak 565 TOE.
“Sementara, intensitas energi Malaysia adalah 493 TOE/juta USD dan rata-rata negara maju sebesar 164 TOE perjuta USD,” paparnya.
Marsudi menegaskan, Indonesia memiliki angka elastisitas dan intensitas energi yang relatif tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian energi di Indonesia termasuk boros.
“Juga menunjukkan daya saing industri rendah karena inefisiensi energi yang berdampak pada tingginya biaya produksi,” tutup Marsudi.
Editor | : | |
Sumber | : | Humas PKS |
- Hari Karantina ke-147, Barantin Terus Tingkatkan Perlindungan Keanekaragaman Hayati
- Aksi Tanam Sejuta Pohon Penyuluh Agama Kemenag Kabupaten Bekasi
- Petualangan Menegangkan: Menaklukkan Track Terjal Menuju Curug
- Inovasi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi; Pemanfaatan Ulang Sampah (Puasa) dengan Pembangunan Sorting Centre Dan Eco System Advance Recycling (So CESAR)
- Produsen Kemasan Daur Ulang FajarPaper Ikut Serta Dalam Festival Peduli Sampah Nasional 2023
- HUT BSIP, Plt. Wali Kota Bekasi Gelorakan Semangat Menjaga Lingkungan Sehat
- Program Ketahanan Pangan Mengorbankan Lingkungan dan Petani
- Ridwan Kamil Akan Bangun Jalur Khusus Truk Tambang Akhir Tahun Ini
- Kendalikan Pencemaran Udara, DKI Gandeng Tangsel dan Bekasi untuk Uji Emisi
- Mikroplastik di Muara Sungai Menuju Teluk Jakarta Alami Peningkatan Semasa Pandemi
- Waspada, Cuaca Panas Ekstrem Bisa Sebabkan Risiko Kesehatan yang Cukup Mengkhawatirkan
- PP Pelindungan ABK Diterbitkan, ABK Penggugat Presiden: “Perjuangan Belum Berakhir!”
- Greenpeace Kritik Pemerintah Bungkam soal Kualitas Udara DKI Terburuk
- Keindahan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
- Warga Keluhkan Ada Polusi Udara, Kepala KSOP Marunda: Udara Tercemar Bukan dari Pelabuhan
0 Comments