Internasional / Timur Tengah /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 30/11/2023 06:00 WIB

Bukti Penggunaan Fosfor oleh Israel di Gaza Menguat

fosfor di Gaza
fosfor di Gaza

 

 LONDON, DAKTA.COM  -- Kesaksian soal penggunaan bom fosfor oleh pasukan penjajah Israel kembali bertambah. Kali ini, seorang ahli bedah Inggris, keturunan Palestina yang baru pulang dari Gaza menguatkan dugaan tersebut.
 
Ghassan Abu-Sittah, seorang ahli bedah plastik dan pengobatan di daerah perang, baru saja kembali ke Inggris setelah berminggu-minggu bekerja di dua rumah sakit utama di Gaza. Ia mengatakan, Israel menargetkan warga sipil yang melarikan diri dari pengeboman di wilayah yang terkepung dengan fosfor putih dan penembak jitu.
 
Abu-Sittah mendokumentasikan kondisi memburuk yang dihadapi staf medis dan pasien di dalam rumah sakit Gaza. Ia mengatakan bahwa serangan selama berminggu-minggu itu telah menunjukkan bahwa Israel telah menargetkan sebagian besar anak-anak di wilayah yang terkepung.
 
Berbicara kepada Middle East Eye di London, Abu-Sittah mengatakan bahwa serangan Israel ke Gaza menimbulkan jumlah korban yang sangat besar, yaitu 7.000 hingga 8.000 orang terluka, dan sekitar 7.000 anak-anak terbunuh hanya dalam waktu 40 hari. "Sungguh menyedihkan," katanya.
 
 
"Luka-luka yang diderita oleh banyak pasien saya menunjukkan tanda yang mirip dengan luka yang disebabkan oleh penggunaan fosfor putih dan persenjataan pembakar lainnya," kata Abu-Sittah.
 
"Setelah invasi darat Israel, untuk pertama kalinya sejak saya berada di Gaza, kami mulai melihat pasien dengan luka-luka akibat tembakan penembak jitu berkecepatan tinggi yang digunakan untuk menyasar warga sipil yang sedang berkunjung atau mencoba mengunjungi rumah sakit."
 
Awal bulan ini, Amnesty International dan Human Rights Watch juga menuduh Israel menggunakan fosfor putih dalam operasi militernya di Gaza dan Lebanon selatan. Militer Israel membantah telah menggunakan fosfor putih dan mengatakan bahwa klaim yang dilontarkan terhadap IDF terkait penggunaan fosfor putih di Gaza adalah tidak benar.
 
Namun Abu-Sittah berusaha membuktikan kebenaran penggunaan fosfor putih itu. Setelah beroperasi di berbagai zona perang selama 30 tahun karirnya, termasuk Yaman dan Suriah, Abu-Sittah menggambarkan situasi di Gaza sangat memprihatinkan. Ia mengatakan bahwa para dokter seperti dirinya terpaksa menggunakan "cairan pembersih" dan "cuka" untuk mensterilkan luka-luka dan menolong para pasien ketika rumah sakit kewalahan."Akhirnya, semuanya habis. Awalnya, kami mengganti larutan antiseptik dengan cairan pembersih dan cuka," katanya. "Kemudian akhirnya menjadi morfin dan harus melakukan prosedur tanpa obat bius.  "Situasinya seperti di abad pertengahan, pasien kami kesakitan."
 
Pusat Keadilan Internasional untuk Palestina (ICJP), yang sedang mengumpulkan bukti sebagai bagian dari upayanya untuk mempersiapkan kasus kejahatan perang melawan Israel. Sedangkan Abu-Sittah akan memberikan kesaksian kepada unit Kejahatan Perang Kepolisian Metropolitan London.
 
Tayyab Ali, yang mengelola ICJP, mengatakan bahwa pusat tersebut mengambil kesaksian saksi mata dari para penyelidik di dalam Gaza dan menyusun daftar dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Israel selama perangnya di wilayah yang terkepung itu.
 
Kelompok hukum tersebut menambahkan bahwa mereka juga akan mengumpulkan bukti-bukti yang menentang warga negara Inggris yang pergi ke Israel untuk berperang di Gaza.
 
Dalam sebuah konferensi pers di London dengan Abu-Sittah, ICJP menunjukkan kepada para jurnalis sebuah kompilasi rekaman saat dia berada di Gaza dari berbagai rumah sakit di daerah kantong yang terkepung itu. Rekaman itu termasuk gambar anak-anak yang kehilangan anggota tubuhnya, dan luka-luka yang diderita warga Palestina yang tampak konsisten dengan penggunaan fosfor putih.
 
Setelah sebelumnya bekerja di Gaza selama serangan Israel tahun 2008 di wilayah tersebut, Abu-Sittah mengatakan bahwa banyak pasiennya yang mengalami luka-luka yang sama dengan luka-luka yang disebabkan oleh amunisi fosfor putih pada konflik sebelumnya.
 
Abu-Sittah, yang bekerja di Rumah Sakit al-Shifa dan al-Ahli, mencatat bahwa infrastruktur medis Gaza telah menjadi target berulang kali oleh pasukan Israel selama pembomannya di wilayah tersebut. "Kami melihat Israel menargetkan panel surya di atas rumah sakit, bangunan, dan bahkan pasien," katanya.
 
"Setiap kali Anda melewati sebuah bangunan, Anda bisa mencium bau kematian dan pembusukan. "Jika kita hidup di dunia di mana tidak apa-apa untuk melakukan hal ini, maka dunia itu adalah tempat yang berbahaya."Ketika ditanya tentang pengalamannya selama di Gaza, Abu-Sittah mengatakan bahwa ia tidak akan pernah melupakan wajah-wajah yang pernah ia rawat. Ia mengenang seorang gadis muda yang ibunya, seorang dokter di Rumah Sakit al-Shifa, dan saudara perempuannya telah terbunuh, dan dirawat di rumah sakit oleh rekan-rekan ibunya.
 
"Ia mengalami luka-luka yang mengerikan di wajahnya, tetapi ia masih memiliki kepang dan ikat rambut serta cat kukunya." Pasien lain, seorang pria dengan luka bakar tingkat tiga di wajah dan luka bakar di lengan dan kakinya, meninggal setelah dua kali operasi. 
 
Pasien lain yang ia rawat setelah ayahnya mendorongnya selama lima jam dengan kursi roda untuk menemuinya. "Semuanya melekat di benak Anda," katanya. 
 
 
Sumber : REPUBLIKA
- Dilihat 1290 Kali
Berita Terkait

0 Comments