Jokowi: Menteri Nasdem Bisa Direshuffle
JAKARTA, DAKTA.COM -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut reshuffle atau perombakan kabinet bisa dilakukan terhadap menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju dari Partai Nasdem. Meski begitu, Jokowi tak menyebut kapan reshuffle akan dilakukan. "Ya bisa saja (reshuffle)," kata Jokowi di Taman Wisata Alam Angke Jakarta Utara, Senin (15/5).
Pernyataan Jokowi tersebut disampaikan setelah Partai Nasdem tak ikut diundang di pertemuan bersama enam ketua umum partai politik pendukung pemerintah di Istana Merdeka, Jakarta.
Saat ditanya apakah akan bertemu Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam waktu dekat? Jokowi mengaku belum ada rencana. Ia juga mengaku hubungannya dengan Surya Paloh saat ini biasa saja. "Belum ada (rencana)," ujarnya.
Saat ini diketahui ada tiga menteri dari Partai Nasdem yang duduk di kursi kabinet, yakni Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Sebelumnya Jokowi mengaku tak mengundang Ketua Umum Partai Nasdem dalam pertemuan bersama enam ketua umum partai politik pendukung pemerintah pada Selasa (2/5) malam.
Ia menjelaskan alasan Nasdem tak turut diundang dalam pertemuan tersebut. Menurutnya, Nasdem sudah memiliki koalisi sendiri. Sementara pertemuan tersebut merupakan pertemuan gabungan partai politik yang ingin membangun kerja sama politik.
"Nasdem itu ya kita harus bicara apa adanya, kan sudah memiliki koalisi sendiri dan ini gabungan partai yang kemarin berkumpul itu kan juga ingin membangun kerjasama politik yang lain," ujar Jokowi di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (4/5).
Ia mengatakan, dalam pertemuan itu juga dibahas terkait strategi besar yang akan disiapkan bersama. Sehingga koalisi lain tidak bisa ikut diundang. "Mestinya ini kan memiliki strategi besarnya apa, ya masa yang di sini tahu strateginya. Kan mestinya ndak seperti itu," tambah dia.
Jokowi menilai, dalam politik hal itu merupakan hal yang wajar dan biasa saja. Ia pun menegaskan bahwa dirinya bukan hanya sebagai seorang pejabat publik, namun juga pejabat politik. "Jadi biasa kalau saya berbicara politik ya boleh dong. Ya kan, saya berbicara berkaitan dengan pelayanan publik juga bisa dong. Ya memang ini tugas, tugas seorang Presiden. Hanya memang kalau sudah ada ketetapan KPU saya itu... (angkat tangan)," jelas Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga mengaku membahas terkait pembentukan koalisi besar. Jokowi mengatakan, pembahasan dengan enam ketum parpol kemarin utamanya membahas terkait politik negara ke depan dan juga tantangannya.
Sehingga dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat, dipercaya rakyat dan juga dunia internasional. "(Koalisi besar) Semua dibicarakan, tidak hanya itu saja. Utamanya yang berkaitan dengan politik negara ke depan akan seperti apa, tantangannya negara ini apa, dan itu dibutuhkan kepemimpinan nasional dengan leadership yang kuat, yang dipercaya oleh rakyat, yang dipercaya internasional," jelas Jokowi.
Sumber | : | REPUBLIKA |
- Pasangan Heri - Sholihin Deklarasi Maju Pilkada Bekasi, Ini Janjinya
- Din Syamsuddin Rencanakan Aksi Besar dengan Dukungan TNI untuk Bela Palestina
- Peringati HUT Golkar ke 59 DPD Golkar Kota Bekasi Ajak Para Kader dan Simpatisan Bershalawat
- PKS Kota Bekasi Sesalkan Sikap Pemkot Batalkan Penggunaan Stadion Patriot
- Resmi Gabung PPP, Sandiaga Ngaku Ikhlas Jika tak Diusung Jadi Bakal Cawapres
- Buntut Gibran-Prabowo, PDIP Atur Kader Kepala Daerah Terima Tamu
- Dukung Prabowo, Jokowi Pressure Megawati?
- Maksimal Perjuangkan Aspirasi, Anggota Dewan Ushtuchri Tuai Pujian Konstituen
- Jokowi Tidak Akan Dukung Prabowo
- Warga Jabar Puas Pada Kinerja Ridwan Kamil
- Dewan Mahfudz Abdurrahman Berbagi 10 Ribu Bingkisan Lebaran
- Jika Pemilu Ditunda, Aktivis 98 Siapkan Pemerintahan Transisi
- Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi Berpeluang di Pilgub Jabar
- Golkar Solid Usung Airlangga sebagai Capres 2024
- Ridwan Kamil Kalahkan Sandi Uno dan AHY Sebagai Capres Alternatif Versi Litbang Kompas
0 Comments