Penyakit Jantung Mulai Hantui Kelompok Milenial
DAKTA.COM - Kelompok milenial perlu memperbaiki gaya hidup. Sebab, penyakit jantung mulai menyerang usia milenial.
Dokter Subspesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular Birry Karim menyampaikan bahwa pasien termudia dia ada yang berusia 25 tahun, ada pula 28 tahun
"Itu sudah bergeser trennya bukan lagi pasien lanjut usia atau dewasa tapi sudah menghantui kelompok milenial," katanya dalam Webinar HUT 103 RSCM yang ditayangkan melalui Instagram RSCM Kencana, Rabu (9/11/2022).
Birry menyampaikan bahwa secara epidemiologi, pasien penyakit jantung mulai menyerang usia muda terutama laki-laki. Sedangkan untuk pasien perempuan, biasanya mulai menyerang saat memasuki usia menopause.
Pergeseran usia pasien dengan serangan jantung, disebutnya akibat gaya hidup yang tidak sehat. Seperti kebiasaan memakan makanan cepat saji, merokok, asupan gula dan lemak yang tidak terjaga hingga pemilihan cara penyajian daging yang kurang sehat.
"Healthy life food balance lah, daging tidak masalah tapi yang menjadi masalah cara penyajiannya yang banyak santan. Kemudian daging has dalam lebih baik dibandingkan yang lain glain, untuk ayam pilih dada, kulit dipisahkan karena banyak lemak di bawah kulit," ucapnya.
Penyakit jantung juga bisa disebabkan oleh kurangnya melakukan olahraga dan lebih mengedepankan sedentary lifestyle atau inactive lifestyle yang didominasi dengan kegiatan duduk atau tidur sepanjang hari. Hal tersebut membuat tubuh menjadi tidak bugar dan metabolisme serta lemak tubuh menjadi tidak terjaga.
"Namun tidak berarti gaya hidup tidak sehat dan langsung menjadi gagal jantung. Tapi bisa ke diabetes, kencing manis, hingga jantung koroner yang kemudian menjadi gagal jantung," jelas dia.
Birry menyarankan agar kelompok usia milenial rutin memeriksakan diri ke dokter, terutama kolesterol dan gula darah setiap setahun sekali. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya jantung koroner yang menjadi penyebab utama serangan jantung.
Sedangkan untuk pemeriksaan EKG (elektrokadiografi) tidak harus dilakukan setahun sekali. Sebab, pemeriksaan EKG sebenarnya dianjurkan pada masyarakat usia 35 tahun.
"Namun jika mengalami gangguan metabolik, maka tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan EKG sedini mungkin," katanya.
Sumber | : | REPUBLIKA |
- Netty Prasetiyani : Cegah Stunting dan Bangun Keluarga Berkualitas agar Indonesia Kuat
- Kolaborasi Apik BPJS Kesehatan, Wujudkan Transformasi Mutu Layanan JKN
- SGM Eksplor Hadirkan Festival Anak Generasi Maju di Kota Bekasi
- BPJS Kesehatan Luncurkan Loket Pelayanan Informasi dan Portal Quick Response
- PT. Andalan Furnindo Gelar Penyuluhan Stunting di Desa Segara Makmur, Tarumajaya
- Akselerasi Percepatan Viral Load dalam Penanganan HIV
- Peduli Diabetes, RS Siloam Sentosa Bekasi Timur Gelar Senam Hingga Seminar Kesehatan
- Kenali Bahaya Penyakit DBD dan Penanganannya
- Kelola Dana Amanat, BPJS Kesehatan Gelontorkan Klaim 113,47 Triliun
- Bantu Stimulus Belajar Berjalan Si Kecil, Keunggulan SAP Diapers dengan Promo Menarik di Bulan Juni
- Wakil Presiden RI Berikan Penghargaan Pemda Berstatus Universal Health Coverage
- Klaim Jus Jambu Dapat Obati Demam Berdarah Dengue, Ini Penjelasan dari Ahli
- Industri Farmasi Indonesia Perlu Beralih ke Industri Berbasis Inovasi
- Gizi Seimbang dan Keragaman Pangan Kunci Turunkan Angka Stunting
- Ahli Gizi Ingatkan Pencegahan Stunting Dilakukan Sejak 1.000 HPK
0 Comments