Somalia di Ambang Bencana Kelaparan
MOGADISHU, DAKTA.COM -- Kepala Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths mengatakan Somalia berada di ambang bencana kelaparan. Hal itu disebabkan kekeringan parah yang melanda negara tersebut.
“Kelaparan sudah di ambang pintu dan kami menerima peringatan terakhir,” kata Griffiths dalam konferensi pers di Mogadishu, Senin (5/9/2022). Dia mengungkapkan, kelaparan parah kemungkinan terjadi di dua wilayah, yakni di Somalia tengah dan selatan.
Menurut PBB, terdapat 7,8 juta orang yang menghadapi krisis kelaparan di Somalia atau sekitar setengah dari populasi negara tersebut. Sekitar 1 juta warga di sana telah melakukan perjalanan dan meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan serta air.
Pada April lalu, Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan, negara-negara di wilayah Afrika Timur tengah menghadapi bencana kekeringan terburuk dalam empat dekade terakhir. Situasi itu menimbulkan risiko munculnya krisis pangan atau kelaparan.
Direktur Regional WFP untuk Afrika Timur Michael Dunford mengungkapkan, musim hujan yang harusnya turun pada Maret hingga Mei gagal terwujud. kekeringan telah menghabiskan mekanisme penanggulangan orang-orang yang sekarang harus bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. Keluarga di wilayah ini terbiasa dengan kekeringan, tetapi ini adalah kondisi terkering yang mereka hadapi dalam empat dekade,” katanya, 7 April lalu.
Dia mengungkapkan, kekeringan sangat menghancurkan komunitas pastoral yang bergantung pada hewan untuk mata pencaharian mereka. Dunford mengatakan, sekitar 3 juta ternak diperkirakan telah mati akibat kekurangan makan dan air. “Dalam perjalanan terakhir saya ke daerah yang terkena dampak kekeringan di Kenya dan Ethiopia awal tahun ini, ternak mati berserakan di jalan dan tanaman hancur total. Adegan serupa dapat ditemukan di Somalia,” ucapnya.
Menurut Dunford, ketergantungan negara-negara Afrika Timur pada impor dari negara-negara Laut Hitam seperti Ukraina akan memperburuk situasi di wilayah tersebut. Sebab sejak agresi Rusia ke Ukraina, terdapat kenaikan harga beberapa komoditas, termasuk gandum. “Sementara perhatian dunia beralih ke Ukraina, penting bagi kita untuk tidak melupakan Afrika Timur dan membiarkan dana bantuan kemanusiaan mengering tepat pada saat paling dibutuhkan,” katanya.
Ia mengungkapkan, WFP membutuhkan dana 327 juta dolar AS untuk mendukung 4,5 juta orang. Pada 6 April lalu, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) mengumumkan akan mengucurkan dana sebesar 114 juta dolar AS dalam bentuk bantuan kemanusiaan untuk membantu Ethiopia, Kenya, dan Somalia.
Sumber | : | REPUBLIKA |
- Gelar Seminar Internasional Fiqh Ta’ayush, WADAH Malaysia Promosikan Hidup Berdampingan di Komuniti ASEAN
- Kondisi Terkini Gaza Utara, MER-C: Bangunan Sekolah Dibakar
- Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARIBP) Mendesak Bantuan Militer untuk Palestina
- Bayi Palestina Lahir Selamat dari Rahim Ibu yang Tewas Dibunuh Israel
- Ekonomi Israel Makin Babak Belur
- Rusia Mengingatkan Turki Agar tak Berilusi Jadi Anggota Uni Eropa
- Filipina Evakuasi Ribuan Warga Saat Topan Mawar Semakin Mendekat
- Korsel Berhasil Luncurkan Satelit Komersial Pertama Kali
- China Minta Bantuan Selamatkan 39 Awak Kapal Tenggelam, 17-nya WNI
- China Ingatkan Jepang Terkait Tanggung Jawab Limbah Nuklir Fukushima
- Madinah Siapkan Diri Sambut Jamaah Haji 2023
- Yordania Tuan Rumah Pembahasan Nasib Suriah di Liga Arab
- WHO Masih Mengidentifikasi Asal-Usul Covid-19
- Jepang Cari Dukungan G7 Untuk Pembuangan Air Olahan PLTN Fukushima
- Turki Desak AS Cabut Sanksi di Bidang Industri Pertahanan
0 Comments