Takut China-Rusia, Jepang Ngebut Produksi Massal Rudal Balistik
Jepang mengumumkan akan mengembangkan dan memproduksi massal teknologi rudal jelajah, balistik, hingga rudal hipersonik berkecepatan tinggi. Hal ini dilakukan Jepang sebagai ancang-ancang menghadapi ancaman militer China dan Rusia.
Rencana ini diungkapkan Tokyo dalam anggaran tahunan Kementerian Pertahanan yang baru keluar Rabu (31/8). Dalam rencana itu, Jepang mengatakan ingin memiliki rudal teknologi terbaru dengan kecepatan tinggi dan jangkauan yang lebih jauh lagi.
"China terus mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk mengubah status quo secara sepihak dan mempererat aliansinya dengan Rusia," kata Kemhan Jepang menjelaskan alasan dibalik rencana mereka itu dalam proyeksi anggaran tersebut.
"Ini juga memberikan tekanan di sekitar Taiwan dengan latihan militer yang seharusnya dan tidak meninggalkan penggunaan kekuatan militer sebagai cara untuk menyatukan Taiwan dengan seluruh China."
Dalam proposal anggaran itu, kementerian berencana memproduksi massal rudal jelajah darat versi jarak jauh jenis 7011.T tipe 12 yang dirancang Mitsubishi Heavy Industries. Rudal ini sudah digunakan Jepang untuk menargetkan kapal dan rudal balistik yang berkecepatan tinggi.
Kemhan Jepang juga meminta dana tambahan untuk mengembangkan proyektil jenis lain termasuk rudal hipersonik.
Kemhan Jepang tidak memberikan detail jenis dan berapa banyak teknologi rudal yang ingin dikembangkan. Namun, teknologi rudal ini dipastikan mampu mencapai target daratan China jika dikerahkan dari sepanjang rantai Pulau Okinawa di barat daya Jepang.
Sejauh ini, Jepang telah memesan rudal udara termasuk Joint Strike Missile (JSM) buatan Kongsberg KOG.OL Norwegia, dan LMT.N Joint Air-to-Surface Stand-Off Missile (JASSM) buatan Lockheed Martin Corp dengan jangkauan hingga hingga 1.000 km (620 mil).
Kemhan pun meminta peningkatan jumlah anggaran hingga 3,6 persen menjadi 5,6 triliun yen atau hampir Rp600 triliun. Itu pun diperkirakan akan meningkat setelah menghitung biaya dari program pengadaan baru.
Dikutip Reuters, keputusan ini menjadikan Jepang pertama kalinya mengembangkan sektor pertahanannya jauh menyimpang dari konstitusi soal Pasukan Bela Diri Jepang.
Pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida diperkirakan akan menyetujui proposal anggaran pertahanan ini pada akhir tahun.
Rencana produksi massal rudal ini muncul ketika kekhawatiran tentang ambisi regional China terus meningkat bulan ini setelah Negeri Tirai Bambu menggelar latihan besar-besaran di sekeliling Taiwan.
Latihan itu digelar China sebagai tanggapan usai dibuat marah oleh lawatan Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, ke Taiwan pada 4 Agustus lalu.
Beijing menilai lawatan Pelosi melanggar kedaulatan dan prinsip Satu China karena dianggap mendukung ambisi Taiwan untuk merdeka.
Dalam latihan militer itu, China turut menembakkan puluhan rudal ke Selat Taiwan dan lima di antaranya dilaporkan jatuh di zona ekonomi eksklusif atau kurang 160 kilometer dari Jepang.
Selain China dan Rusia, Jepang juga mendeklarasikan Korea Utara sebagai ancaman keamanan nasional. DAKTA.COM -
Sumber | : | CNN INDONESIA |
- Malaysia Cabut Kewajiban Penjatuhan Hukuman Mati
- Dua Orang Israel Tewas Ditikam Warga Palestina
- Malaysia Hapus Kewajiban Masker di Pesawat
- China Ancam Balas Dendam jika AS Jual Senjata Rp16 T ke Taiwan
- PM Jepang Copot Menteri yang Punya Hubungan dengan Gereja Unifikasi
- Junta Militer Myanmar Didukung Rusia, Apa Alasannya?
- Jokowi ke China Atas Undangan Xi Jinping
- Korut Hentikan Impor Produk Pencegahan Covid-19 dari China
- 47 Negara Desak PBB Segera Terbitkan Laporan Penyelidikan Xinjiang
- Jet Tempur China Jatuh
- India Berjuang Selesaikan Masalah dengan Dunia Muslim
- Ekstremis Hindu Mau Hapus Situs Muslim di India, Termasuk Taj Mahal
- AS akan Bertindak Tegas Terhadap Uji Coba Rudal Korut
- Palestina: Penggerudukan Al-Aqsa oleh Israel Tindakan Penistaan
- Kehadiran Junta Militer Myanmar di Mahkamah Internasional Tuai Kritik
0 Comments