Boy Rafli Ungkap ASN Rentan Kena Radikalisme, Ada Propaganda di Masjid
DAKTA.COM – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan aparatur sipil negara (ASN) merupakan salah satu kelompok yang rentan terpapar paham radikalisme.
"Pegawai negeri, termasuk juga salah satu kelompok yang rentan pengaruh untuk terpapar," kata Boy kepada wartawan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (20/6).
Boy menuturkan ia pernah menemukan adanya rumah ibadah di lingkungan pemerintahan yang digunakan untuk menyebarkan propaganda.
"Kami sudah bebarapa kali bekerja sama, ada pengawasan-pengawasan rumah ibadah yang mengarah kepada ideologi kekerasan. Rumah ibadah yang berada di lingkungan lembaga dipakai untuk propaganda. Itu sudah pernah dilakukan. Jadi beberapa tahun lalu kita sudah melakukan itu," katanya.
Oleh sebab itu, ia meminta kepada para pemimpin lembaga untuk menguatkan empat pilar kebangsaan atau nasional bagi seluruh pegawai yang dinaunginya. Empat pilar itu antara lain pemahaman terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Penguatan empat konsensus nasional adalah kewajiban bersama. Pimpinan lembaga tentunya sebagai pimpinan pasti memahami dengan baik dasar-dasar berorganisasi, ketentuan-ketentuan hukum terkait dengan ASN dan kewajiban-kewajiban organisasi dalam rangka merawat SDM-nya," ujar mantan Kapolda Banten dan Papua itu.
Lebih lanjut, Boy juga berharap para pimpinan lembaga pemerintahan dapat menyelenggarakan kegiatan yang dapat menambah nilai-nilai kebangsaan serta menguatkan moderasi beragama bagi para ASN.
"Kita mengkoordinasikan semaksimal mungkin agar program-program itu bisa berjalan," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombe Hengki Haryadi mengatakan ASN hingga dokter terdaftar sebagai anggota Khilafatul Muslimin.
Hal itu diketahui berdasarkan data nomor induk kependudukan (NIK) puluhan ribu anggota Khilafatul Muslimin.
"Ini setelah klasifikasi yang tertinggi adalah wiraswasta, kemudian, petani 20 persen, karyawan 25 persen, guru 3 persen termasuk di sini ada ASN dan juga dokter dan lain sebagainya," kata Hengki dalam konferensi pers, Kamis (16/6).
Hengki menyampaikan para anggota Khilafatul Muslimin tersebut diwajibkan menjalani baiat. Setelahnya, mereka diberikan sebuah buku saku berjudul Latar Belakang Tegaknya Kembali Khilafatul Muslimin'. Buku itu disebut merujuk pada Darul Islam atau Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo pada dekade 1945-1950an silam.
Sumber | : | CNN INDONESIA |
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
- KONSEP GURU MENURUT MOHAMMAD NATSIR
- Baitul Maqdis Institute Sampaikan 11 Resolusi Palestina dan Dunia Islam kepada Wakil Menlu RI, Anis Matta
- Empat Alasan Mengapa UU Pengelolaan Zakat Rugikan LAZ
- IDEAS: Dana BOS Tak Cukup Angkat Kesejahteraan Guru Honorer
- Bamsoet Minta Polri Jerat Bandar Narkoba Dengan Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
- UMKM Pertanian-Perikanan yang Utangnya Dihapus
- Kebijakan Dan “Potensi Keuntungan”, Sepatutnya Tidak Digunakan Dalam Tindak Pidana Kerugian Keuangan Negara
- INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI HARUS BERLANJUT DENGAN PEMBENAHAN
- Nama Menteri Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran
0 Comments