Nasional / Kesehatan /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 14/06/2022 12:00 WIB

Distribusi Vaksin Perlu Dipercepat Untuk Cegah Meluasnya PMK

PMK SAPI
PMK SAPI

DAKTA.COM - JAKARTA –Pemerintah perlu mempercepat distribusi vaksin untuk mencegah meluasnya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi, terutama menjelang Idul Adha saat konsumsi sapi meningkat pesat.

 

“Konsumsi sapi akan semakin tinggi jelang Idul Adha dan meluasnya wabah PMK bisa berkontribusi pada kelangkaan sapi dan hal ini akan merugikan konsumen. Di sisi lain, peternak juga dirugikan karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani PMK,” jelas peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta.

 

Aditya menyebut, distribusi vaksin perlu dipercepat di daerah-daerah dengan tingkat ketertularan PMK yang tinggi dan daerah-daerah penghasil sapi utama di Tanah Air.

 

Setiap pulau juga perlu memiliki pusat karantina hewan dan bibit hewan ternak yang diimpor untuk menghindari penyebaran virus dengan cepat melalui udara, imbuhnya.

 

Proses pengawasan dan karantina yang ketat oleh Bea Cukai dan juga di Rumah Potong Hewan (RPH) untuk sapi dapat meminimalisir penyebaran penyakit menular hewan.

 

Walaupun PMK diduga berasal dari sapi impor, Indonesia memang masih membutuhkan impor untuk memenuhi kebutuhan daging sapinya. Outlook Daging Sapi 2020 dari Kementerian Pertanian menunjukkan sekitar 30-40 persen kebutuhan daging sapi nasional dipenuhi melalui impor, terutama daging maupun sapi bakalan dari Australia.

 

Ketersediaan sapi dalam negeri dipengaruhi oleh keterbatasan industri pembibitan sapi, rantai distribusi yang panjang, dan tingginya biaya transportasi dan logistik karena karakteristik negara kepulauan yang besar.

 

Pulau Jawa merupakan sentra produksi utama sapi. Namun mayoritas sapi di Pulau Jawa digunakan sebagai sumber tenaga kerja, tabungan, atau status sosial dan bukan sebagai penghasil daging.

 

Sentra penghasil sapi selanjutnya ada di kawasan Indonesia timur dengan populasi sebesar 16 persen secara nasional. Namun angka kematian anak sapi di sini relatif tinggi dan angka kelahirannya juga rendah.

 

Tahap distribusi yang panjang juga mempengaruhi harga daging sapi nasional. Sapi harus melewati tujuh hingga sembilan tahap distribusi dari peternak sampai ke konsumen dalam bentuk daging.

 

“Indonesia juga dihadapkan pada tantangan jarak sebagai negara kepulauan karena proses penyimpanan dan pengangkutan menjadi sangat panjang dan hal ini berdampak pada tingginya biaya yang harus dikeluarkan,” cetus Aditya dengan menambahkan sapi juga juga rawan sakit akibat panjangnya proses dan ini akan menambah biaya yang diperlukan.

 

Aditya merekomendasikan adanya perbaikan seperti peningkatan kapasitas peternak dan penyederhanaan proses distribusi. Pembangunan infrastruktur pendukung, seperti jalan dan saluran air diharapkan bisa memunculkan sentra-sentra produksi sapi yang baru.

 

 


 

 

Sumber : CIPS
- Dilihat 1701 Kali
Berita Terkait

0 Comments