Nasional / Kesehatan /
Follow daktacom Like Like
Rabu, 04/05/2022 12:00 WIB

IDAI Imbau Masyarakat Berhati-hati Sikapi Penularan Hepatitis Akut pada Anak

HEPATITIS
HEPATITIS

 

DAKTA.COM - - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan penularan hepatitis akut.

Ketua Umum PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, masyarakat dapat mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, dan makan makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.

"Kemudian membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak," ujar Piprim, dikutip dari siaran pers bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (3/5/2022).

Piprim juga menyarankan agar anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ditemukan gejala seperti penyakit kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu dan demam tinggi.

Selain itu, Piprim meminta seluruh dokter anak dan residen dokter turut mengawasi apabila terjadi gejala hepatitis akut muncul pada pasiennya.

Ia menegaskan, IDI dan IDAI mendukung upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini.

Kemudian, Piprim mengimbau agar tenaga medis dan kesehatan aktif mengedukasi masyarakat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala.

"Serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat," kata Piprim.

Adapun Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022, sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut.
Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.

 

Ketiga pasien merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. Saat ini, Kemenkes sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

 

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

 

“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.

 


 

DAKTA.COM - - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan penularan hepatitis akut.

Ketua Umum PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, masyarakat dapat mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, dan makan makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.

"Kemudian membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak," ujar Piprim, dikutip dari siaran pers bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (3/5/2022).

Piprim juga menyarankan agar anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ditemukan gejala seperti penyakit kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu dan demam tinggi.

Selain itu, Piprim meminta seluruh dokter anak dan residen dokter turut mengawasi apabila terjadi gejala hepatitis akut muncul pada pasiennya.

Ia menegaskan, IDI dan IDAI mendukung upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini.

Kemudian, Piprim mengimbau agar tenaga medis dan kesehatan aktif mengedukasi masyarakat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala.

"Serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat," kata Piprim.

Adapun Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022, sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut.
Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.

 

Ketiga pasien merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. Saat ini, Kemenkes sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

 

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

 

“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.

 

 

DAKTA.COM - - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan penularan hepatitis akut.

Ketua Umum PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, masyarakat dapat mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, dan makan makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.

"Kemudian membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak," ujar Piprim, dikutip dari siaran pers bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (3/5/2022).

Piprim juga menyarankan agar anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ditemukan gejala seperti penyakit kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu dan demam tinggi.

Selain itu, Piprim meminta seluruh dokter anak dan residen dokter turut mengawasi apabila terjadi gejala hepatitis akut muncul pada pasiennya.

Ia menegaskan, IDI dan IDAI mendukung upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini.

Kemudian, Piprim mengimbau agar tenaga medis dan kesehatan aktif mengedukasi masyarakat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala.

"Serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat," kata Piprim.

Adapun Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022, sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut.
Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.

 

Ketiga pasien merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. Saat ini, Kemenkes sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

 

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

 

“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.

 

 

 

DAKTA.COM - - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan penularan hepatitis akut.

 

 

Ketua Umum PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, masyarakat dapat mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, dan makan makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.

"Kemudian membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak," ujar Piprim, dikutip dari siaran pers bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (3/5/2022).

Piprim juga menyarankan agar anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ditemukan gejala seperti penyakit kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu dan demam tinggi.

Selain itu, Piprim meminta seluruh dokter anak dan residen dokter turut mengawasi apabila terjadi gejala hepatitis akut muncul pada pasiennya.

Ia menegaskan, IDI dan IDAI mendukung upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini.

Kemudian, Piprim mengimbau agar tenaga medis dan kesehatan aktif mengedukasi masyarakat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala.

"Serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat," kata Piprim.

Adapun Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022, sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut.
Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.

 

Ketiga pasien merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. Saat ini, Kemenkes sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

 

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

 

“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.

 

 

Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan penularan hepatitis akut. Ketua Umum PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, masyarakat dapat mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, dan makan makanan yang dimasak hingga benar-benar matang. "Kemudian membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak," ujar Piprim, dikutip dari siaran pers bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (3/5/2022).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "IDAI Imbau Masyarakat Berhati-hati Sikapi Penularan Hepatitis Akut pada Anak", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2022/05/04/05300051/idai-imbau-masyarakat-berhati-hati-sikapi-penularan-hepatitis-akut-pada-anak.
Penulis : Dian Erika Nugraheny
Editor : Kristian Erdianto

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

 

DAKTA.COM - - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan penularan hepatitis akut.

 

Ketua Umum PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, masyarakat dapat mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, dan makan makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.

 

"Kemudian membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak," ujar Piprim, dikutip dari siaran pers bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (3/5/2022).



Piprim juga menyarankan agar anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ditemukan gejala seperti penyakit kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu dan demam tinggi.

 

Selain itu, Piprim meminta seluruh dokter anak dan residen dokter turut mengawasi apabila terjadi gejala hepatitis akut muncul pada pasiennya.

 

Ia menegaskan, IDI dan IDAI mendukung upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini.

 

Kemudian, Piprim mengimbau agar tenaga medis dan kesehatan aktif mengedukasi masyarakat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala.

 

"Serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat," kata Piprim.

 

Adapun Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022, sebagai kejadian luar biasa (KLB).

 

Sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut.

 

Sumber : KOMPAS
- Dilihat 2036 Kali
Berita Terkait

0 Comments