Nasional / Politik dan Pemerintahan /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 01/03/2022 09:00 WIB

PP Muhammadiyah Kritik Alasan yang Sering Diajukan untuk Tunda Pemilu

sekjen pp muhammadiyah abdul muti 169
sekjen pp muhammadiyah abdul muti 169

DAKTA.COM Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengkritik sejumlah alasan sering kali digunakan sebagai dalih mengusulkan penundaan penyelenggaraan Pemilu 2024.



Pertama, ia mengkritik asumsi Pemilu 2024 perlu ditunda karena alasan Indonesia tengah dilanda bencana. Abdul mempertanyakan jika ada pihak yang bisa menjamin Indonesia tidak dilanda bencana pada tahun depan.



"Kalau Pemilu 2024 ditunda karena alasan bencana, apakah ada yang bisa menjamin bahwa di tahun depan tidak ada bencana?" cuit Abdul lewat akun Twitter miliknya @Abe_Mukti, Senin (28/2).



Selanjutnya, Abdul mengkritik alasan Pemilu 2024 perlu ditunda karena Rusia kini menyerang Ukraina dan menimbulkan guncangan pada keamanan dunia.




"Kalau Pemilu 2024 ditunda karena perang Rusia-Ukraina, apakah ada yang bisa menjamin perang akan segera berakhir?" kata Abdul.



Lalu, Abdul juga mengkritik dalih situasi pandemi Virus Corona (Covid-19).



"Kalau Pemilu 2024 ditunda karena masa pandemi, jangan-jangan tahun ini pandemi sudah berakhir dan akan menjadi endemi seperti yang dikatakan Pemerintah?" cuitnya.



Terakhir, Abdul juga menyerang alasan Pemilu 2024 perlu ditunda karena biaya mahal.



"Kalau biaya Pemilu 2024 ditunda karena biaya mahal, apakah biaya tidak bisa dikurangi? Kalau ekonomi negara makin membaik, apakah 2024 negara tidak punya uang membiayai Pemilu?" ucapnya.



Setidaknya dua parpol penghuni Senayan hingga kini telah menyatakan sikap mendukung wacana pemindahan Pemilu 2024 antara satu hingga dua tahun, yaitu PKB dan PAN.



Sementara Golkar juga memberikan sinyal setuju penundaan.



Empat partai menyatakan penolakan yakni Demokrat, PDIP, PKS, dan NasDem. Sedangkan, dua partai, Gerindra dan PPP, belum menyatakan sikap.



Sikap PP Muhammadiyah berseberangan dengan sikap yang disampaikan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).



Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf, meminta diadakan dialog terkait usulan penundaan Pemilu 2024 mengingat beragam persoalan yang dihadapi Indonesia.



"Ada usulan penundaan pemilu dan saya rasa ini masuk akal mengingat berbagai persoalan yang muncul dan dihadapi bangsa ini," kata dia di Pondok Pesantren Darussalam di Pinagar, Minggu (27/2), seperti dikutip dari Antara.



"Nanti kita lihat apa saja yang perlu dilakukan untuk mengurangi beban bangsa ini," kata mantan juru bicara Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.



Ia mengatakan saat ini banyak cobaan dan musibah terjadi tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia, mulai dari pandemi Covid-19, banjir, serta gempa bumi.

 

Pelanggaran Konstitusi Berjamaah



Rencana penundaan pemilu mendapat tentangan dari kelompok masyarakat sipil, salah satunya Perkumpulan untuk Pemilu dan Demorkasi (Perludem)



Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini khawatir masyarakat akan dipertontonkan dengan pelanggaran konstitusi secara berjamaah. Sebab, hukum akan menjadi instrumen untuk melegitimasi kekuasaan.



"Jadi, kita bukan lagi rule of law. Tapi sudah rule by law. Hukum menjadi instrumen kekuasan," katanya.



Di sisi lain, Titi menolak alasan bahwa pelaksaan Pemilu 2024 berdasarkan kesepakatan pemerintah dan DPR Januari lalu, akan mengganggu laju ekonomi karena pandemi Covid-19.



Sebaliknya, kata dia, penundaan Pemilu justru akan menciptakan krisis kepercayaan kepada pemerintah. Sebab, pemerintah dianggap tak mampu menjaga stabilitas politik dan hukum untuk agenda yang sebenarnya sudah direncanakan.

 

 

 

Sumber : CNN INDONESIA
- Dilihat 1541 Kali
Berita Terkait

0 Comments