Nasional / Politik dan Pemerintahan /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 15/02/2022 11:00 WIB

"Curhatan" Puan Maharani Diduga Mengarah ke Ganjar Pranowo, Pengamat: Kalau Benar, Pintar Juga Puan!

Menko PMK Puan Maharani (Foto: Istimewa)
Menko PMK Puan Maharani (Foto: Istimewa)

JAKARTA, DAKTA.COM - Pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio, menduga kekesalan yang dilontarkan Ketua DPR Puan Maharani dalam sebuah acara PDIP di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (9/2/2022) lalu mengarah ke Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Menurutnya tudingan yang ia sampaikan tersebbut seolah menepis anggapan publik yang menilai bahwa Ganjar tak diundang saat Puan berkunjung ke Jawa Tengah.

 

"Kalau sampai kemudian dia mengarahkan tudingan ini ke Mas Ganjar ya, artinya selama ini kan publik mengesankan kalau Puan datang ke Jawa Tengah misalnya kaya kemarin peresmian Pasar Legi itu Ganjar enggak dateng, 'oh itu ternyata bukan enggak diundang, Ganjarnya yang enggak menyambut, kita pikir enggak diundang', 'wah jangan-jangan memang Ganjar yang enggak menyambut', ini pinter juga Mbak Puan memainkan terminologi kata-kata," kata Hendri dalam sebuah diskusi daring, Ahad (13/2/2022).

 

Hendri mengatakan pernyataan Puan tersebut bukan hanya protes dan keluh kesan, tetapi ada framing yang dibuat untuk memunculkan kesan bahwa anggapan publik bahwa selama ini Ganjar tak pernah diundang keliru. Ia juga  menduga ada unek-unek yang selama ini ditahan oleh Puan. 

 

"Kebetulan ada momen, ya sudah ia sampaikan saja bablas," ujar Hendri.

 

Menurutnya pernyataan Puan tersebut memiliki risiko tinggi. Sebab publik akhirnya mempertanyakan level kedewasaan berpolitik Puan. 

 

"Banyak yang mulai mempertanyakan level kedewasaan berpolitik Mbak Puan. Padahal kalau kita pernah berbincang dengan Puan Maharani, dia smart kok. Jadi sosok Puan Maharani ini bukan sosok kosong, jadi memang sosok yang ada isinya, dan isinya berkualitas," tuturnya. 

 

Hendri juga mengungkapkan, berdasarkan hasil survei terbaru Kedai Kopi, ada pergeseran kriteria calon presiden yang diinginkan oleh masyarakat. Di 2014 dan 2019 publik menginginkan kriteria pemimpin yang sederhana dan merakyat, sementara yang sekarang dibutuhkan adalah capres yang cerdas dan visioner. 

 

"Jadi drama-drama merakyat itu orang bosen. Mulailah muncul dengan hal-hal yang lebih menggambarkan bahwa Anda itu ada isinya," ucapnya.

Reporter : Warso Sunaryo
- Dilihat 1459 Kali
Berita Terkait

0 Comments