Terlempar Dari PBNU, Akankah Suara PKB Gembos?
JAKARTA, DAKTA.COM - Muktamar NU telah usai. Gus Yahya Staquf terpilih jadi Ketum PBNU. Kiai Said Agil Siraj dan Kiai As'ad tersingkir.
Dimana posisi Muhaimin Iskandar? Cak Imin, panggilan akrab ketum PKB ini berada di kubu Kiai Said Agil Siraj. Karena kalah, orang-orang Cak Imin kabarnya tak diberi tempat di Kepengurusan PBNU.
Bulan lalu, PKB kena semprot dari PBNU. Safari politik Cak Imin di PCNU Sidoarjo dan Banyuwangi membuat PBNU berang. Akibat safari politik Cak Imin, ketum PBNU Gus Yahya Staquf panggil kedua ketua PCNU tersebut. Keduanya diminta klarifikasi karena telah menerima Cak Imin.
Ini teguran keras. Warning! Seolah memberi pesan: Jangan ada lagi PCNU yang terima Cak Imin.
Gus Yahya Staquf menegaskan PBNU akan menjaga jarak dengan kepentingan politik praktis. PBNU, tegas Gus Yahya, tidak boleh menjadi alat politik manapun, termasuk PKB.
Ketegasan Gus Yahya seolah menjadi antitasa dari kepengurusan PBNU sebelumnya yang oleh publik dianggap terlalu jauh terlibat dalam politik praktis. Bahkan secara tersirat bisa dimaknai bahwa "seolah-olah" PBNU yang lalu terkesan menjadi alat politik PKB.
Publik bertanya-tanya: apakah ini tanda bahwa NU ingin benar-benar kembali ke khittah dengan menjauhkan diri dari praktek-praktek politik praktis? Atau ini hanya terkait dengan Cak Imin?
Apakah PBNU bersikap tegas ke politik praktis, atau semata-mata keras terhadap PKB-nya Cak Imin? Apakah ini upaya untuk pressure kepada Cak Imin dengan satu pesan: bahwa orang NU tak ingin lagi PKB dipimpin oleh Cak Imin?
Mengingat keterlibatan PKB dalam setiap muktamar PBNU, maka pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi sangat relevan. Dan pertanyaan-pertanyaan ini suatu waktu akan terjawab. Boleh jadi jawaban muncul setelah ada suksesi kepemimpinan di PKB. Juga akan terlihat dalam sikap PBNU di Pilpres dan Pileg 2024.
Sejarah mencatat bahwa NU adalah organisasi yang perannya paling sentral dalam melahirkan dan membesarkan PKB. Jika kader-kader PKB tersingkir dari PBNU, dan ada upaya terus menjauhkan NU dari PKB, akankah hal ini punya pengaruh terhadap elektabilitas partai yang didirikan Gus Dur ini?
Hubungan dis-harmoni antara PKB dengan PBNU akan menguntungkan bagi partai lain, terutama PPP. Para pemilih PKB dan PPP beririsan. Mereka yang lari dari PKB kemungkinan sebagian akan hijrah ke PPP. Apalagi saat ini, partai ka'bah sedang gencar dalam pemberitaan, terutama sejak kerap mengundang Anies Baswedan.
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Reporter | : | Warso Sunaryo |
- Pasangan Heri - Sholihin Komitmen Bangun Perubahan Untuk Kota Bekasi
- Setia Prabowo: Bersyukur Jika Romo Syafi’i Terpilih di Kabinet Zaken Prabowo
- Pasangan Heri - Sholihin Deklarasi Maju Pilkada Bekasi, Ini Janjinya
- Din Syamsuddin Rencanakan Aksi Besar dengan Dukungan TNI untuk Bela Palestina
- Peringati HUT Golkar ke 59 DPD Golkar Kota Bekasi Ajak Para Kader dan Simpatisan Bershalawat
- PKS Kota Bekasi Sesalkan Sikap Pemkot Batalkan Penggunaan Stadion Patriot
- Resmi Gabung PPP, Sandiaga Ngaku Ikhlas Jika tak Diusung Jadi Bakal Cawapres
- Buntut Gibran-Prabowo, PDIP Atur Kader Kepala Daerah Terima Tamu
- Dukung Prabowo, Jokowi Pressure Megawati?
- Maksimal Perjuangkan Aspirasi, Anggota Dewan Ushtuchri Tuai Pujian Konstituen
- Jokowi: Menteri Nasdem Bisa Direshuffle
- Jokowi Tidak Akan Dukung Prabowo
- Warga Jabar Puas Pada Kinerja Ridwan Kamil
- Dewan Mahfudz Abdurrahman Berbagi 10 Ribu Bingkisan Lebaran
- Jika Pemilu Ditunda, Aktivis 98 Siapkan Pemerintahan Transisi
0 Comments