Pesawat Bantuan Tiba di Tonga usai Tsunami
JAKARTA, DAKTA.COM : Pesawat bantuan pertama untuk Tonga tiba pada Kamis (20/1), beberapa hari setelah letusan gunung berapi terjadi di negara itu, Sabtu (16/1).
Akibat letusan ini, Tonga dan pesisir negara Pasifik sempat diterjang tsunami.
Beberapa pejabat mengatakan pesawat angkut militer dari Australia dan Selandia Baru telah tiba di bandara utama Tonga yang baru saja dibersihkan dari 'selimut' abu.
Sebuah pesawat pejabat pertahanan Australi menyatakan kepada AFP, C-17 Globemaster berangkat dari Pangkalan Udara Amberley sekitar pukul tujuh pagi (waktu setempat) hari ini (2000 GMT).
"Pesawat ini membawa bantuan kemanusiaan dan suplai bantuan bencana, termasuk kontainer air, tenda, generator, alat kebersihan, dan sarana komunikasi," ungkap Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Nanaia Mahuta.
Sejak erupsi dan letusan gunung berapi menimpa Tonga pada Sabtu (16/1), Tonga terputus dari dunia luar. Bencana ini membuat kabel komunikasi bawah laut negara itu terputus dan membuat landasan pacu bandara tertutup abu.
Gambar pertama dari ibu kota Tonga, Nuku'alofa, memperlihatkan bangunan-bangunan yang tertutup abu, tembok roboh, jalanan yang penuh batu, pohon, dan berbagai puing lainnya.
Menurut prediksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 80 persen populasi Tonga terdampak oleh bencana ini. Penilaian awal juga menunjukkan warga di negara itu membutuhkan air minum secepatnya.
Warga Tonga bekerja keras membersihkan landasan terbang selama berhari-hari agar pesawat bantuan bisa mendarat di negara itu. Namun, keterbatasan membuat pembersihan ini terjadi sangat lama, dengan hanya beberapa ratus meter yang bisa dibersihkan per hari.
Setelah landasan terbang berhasil dibersihkan, dan abu vulkanik tak lagi menutupi wilayah Tonga, berbagai pesawat dunia meluncur memberikan bala bantuan.
Jepang mengumumkan akan mengirim dua pesawat tempur C-130 mereka. China dan Prancis juga menunjukkan mereka akan memberikan bantuan.
Namun, pembatasan Covid-19 yang ketat di Tonga membuat pengiriman bantuan mungkin harus dilakukan 'tanpa kontak.' Beberapa kru dan penumpang hanya bisa berada di dataran Tonga dalam waktu terbatas.
Taliban Serukan Negara Muslim Akui Pemerintahan Afghanistan
Akibat letusan gunung api bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai, setidaknya tiga orang tewas. Erupsi yang memicu tsunami ini juga membawa kerusakan parah pada bangunan dan membanjiri berbagai kepulauan Tonga.
Pemerintah Tonga menyebut dua bencana tersebut sebagai 'bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.' Pemerintah juga mengatakan gelombang setinggi 15 meter menghancurkan hampir semua rumah di beberapa pulau terpencil.
Gunung tersebut juga memuntahkan debu setinggi 30 kilometer dan mengguyur Tonga dengan hujan asam, membuat air di sana beracun. Tak hanya itu, abu vulkanik juga menyelimuti berbagai pelosok negara itu.
"Suplai air di Tonga sangat terkena dampak dari hujan abu dan air asin dari tsunami," ungkap Kepala Delegasi Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Katie Greenwood.
Ia juga menuturkan ada risiko peningkatan penyakit kolera dan diare.
Pembicara Majelis Nasional Tonga, Fatafehi Fakafanua, juga mengungkapkan kemungkinan masyarakat kekurangan pangan, mengingat sektor pertanian hancur.
Sumber | : | CNN INDONESIA |
- Gelar Seminar Internasional Fiqh Ta’ayush, WADAH Malaysia Promosikan Hidup Berdampingan di Komuniti ASEAN
- Kondisi Terkini Gaza Utara, MER-C: Bangunan Sekolah Dibakar
- Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARIBP) Mendesak Bantuan Militer untuk Palestina
- Bayi Palestina Lahir Selamat dari Rahim Ibu yang Tewas Dibunuh Israel
- Ekonomi Israel Makin Babak Belur
- Rusia Mengingatkan Turki Agar tak Berilusi Jadi Anggota Uni Eropa
- Filipina Evakuasi Ribuan Warga Saat Topan Mawar Semakin Mendekat
- Korsel Berhasil Luncurkan Satelit Komersial Pertama Kali
- China Minta Bantuan Selamatkan 39 Awak Kapal Tenggelam, 17-nya WNI
- China Ingatkan Jepang Terkait Tanggung Jawab Limbah Nuklir Fukushima
- Madinah Siapkan Diri Sambut Jamaah Haji 2023
- Yordania Tuan Rumah Pembahasan Nasib Suriah di Liga Arab
- WHO Masih Mengidentifikasi Asal-Usul Covid-19
- Jepang Cari Dukungan G7 Untuk Pembuangan Air Olahan PLTN Fukushima
- Turki Desak AS Cabut Sanksi di Bidang Industri Pertahanan
0 Comments