Bekasi / Kota /
Follow daktacom Like Like
Jum'at, 24/09/2021 11:00 WIB

Masihkah Bekasi Kota Patriot?

Coffee Morning DPRD bertajuk Yuk Hebatkan Sejarah
Coffee Morning DPRD bertajuk Yuk Hebatkan Sejarah
BEKASI, DAKTACOM - Bekasi dinamakan kota Patriot, dalam buku-buku sejarah disebutkan di masa perjuangan dulu, wilayah Bekasi selalu dipenuhi pertempuran dalam merebut kemerdekaan. 
 
Namun seiring dengan modernisasi yang terjadi, masih pantaskah Kota Bekasi disebut sebagai kota Patriot? 
 
Ketua DPRD Kota Bekasi Ketua DPRD Kota Bekasi Choiruman Juwono Putro saat dialog Coffee Morning DPRD Kota Bekasi bertajuk Yuk Hebatkan Sejarah Bekasi, Jumat (24/9) mengatakan Bekasi mulai dari Cikampek sampai Karawang merupakan wilayah terdepan dalam merebut kemerdekaan dan basis perjuangan dari timur untuk menggempur Batavia yang dikuasai penjajah. Awalnya ada perdebatan dengan Karawang mengenai penamaan kota patriot namun ahli sejarah sepakat Kota Bekasi berhak menyandang nama itu karena wilayahnya berbatasan langsung dengan Batavia. 
 
"Berkaitan dengan penamaan kota patriot, sebenarnya ada nilai-nilai yang terkandung disitu dan kedepan bagaimana pemerintah kota harus menciptakan peluang dengan menghidupkan sejarah dalam bentuk gagasan, kreativitas kekinian agar sejarah bukan hanya menjadi branding tapi memunculkan daya saing, dan mensejahterakan warganya," katanya. 
 
Politisi PKS dari daerah pemilihan (Dapil) 5 Pondok Gede dan Pondok Melati yang akrab disapa bang Choi ini tidak memungkiri bahwasanya kota Bekasi menjadi tempat perpaduan berbagai etnis dan budaya, namun hal itu sah saja selama dapat memperkaya budaya dan membentuk keunggulan kota Bekasi. 
 
"Motivasi kedepan, harus dipikirkan cara menggali sejarah sesuai value patriot bangsa dan menginspirasi dengan membentuk wajah kota melalui akar budaya, hal inilah yang mesti dijadikan momentum kesadaran budaya lokal agar menjadi nilai otentik dalam membangkitkan dan menggali sejarah," ujar pria berkacamata ini. 
 
Sementara itu, penggiat seni dan budayawan Bekasi Aki Maja mengatakan dahulu kala Bekasi menjadi tempat persinggahan pasukan Mataram sebelum berperang melawan kompeni di Batavia, jadi wajar jika dinamakan kota patriot, namun seiring dengan perkembangan zaman, kesan patriotik yang ada didalam warganya luntur dalam hal mencintai budayanya dan sejarah asal usulnya. 
 
"Sekarang kita liat hampir gak ada ikon dan tugu tradisional yang melambangkan Bekasi sebagai kota patriot, yang ada hanya ikon hegemoni modernisasi seperti jembatan Sumarecon yang justru itu melunturkan nama dan kearifan lokal yang ada disitu. Sekarang namanya udah berubah padahal disana ada kampung rawa Bugel sehingga hilang identitasnya," katanya. 
 
Semestinya, dalam pembangunan infrastruktur jangan sampai merubah identitas wilayah dan nilai tradisi, apalagi masyarakat kini cenderung lebih bangga jika tinggal di tinggal di lingkungan yang memakai nama kebarat-baratan. Ia juga mengaku sedih dengan minimnya perhatian terhadap budaya dan sejarah. 
 
"Pendidikan saat ini sudah maju dengan prioritas yang anggaran banyak banyak berdiri sekolah-sekolah, tetapi kalo liat sejarah dan budaya sangat kecil perhatiannya paling hanya 15 persen padahal sejarah budaya dan pendidikan merupakan saling berkaitan, jika pendidikannya kuat tapi peradabannya lemah kan sama saja," ucapnya. 
 
Menurutnya, tempat perhelatan budaya saat ini hanya satu itupun juga kondisinya kosong, semestinya lembaga kebudayaan seperti dewan kesenian, forum seniman, tim pelestari cagar budaya kasih anggaran diberikan anggaran yang besar agar mampu menjaga budayanya. Selain itu juga harus memfasilitasi pertunjukan budaya yang bukan hanya menjadi tanggung jawab dinas Kebudayaan saja tetapi semua organisasi perangkat daerah. 
 
"Satu hari perlu dibuat hari budaya Bekasi yang menampilkan nilai pendidikan, industri dan jasa serta pergelaran karnaval. Di event itu semua warga, budayawan dan seniman berkumpul untuk menampilkan kreatifitasnya, ini menjadi salah satu daya tarik untuk mengundang wisatawan, seperti yang ada Jember dengan karnavalnya," tutupnya***

 

Reporter : Ardi Mahardika
- Dilihat 1528 Kali
Berita Terkait

0 Comments