Sabtu, 05/06/2021 09:44 WIB
Brasil Setujui Impor Vaksin Sputnik Rusia dan Covaxin India
BRASILIA, DAKTA.COM - Regulator kesehatan Brasil, Anvisa menyetujui impor vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dari Rusia Sputnik V dan Covaxin dari India. Meski demikian, ada sejumlah syarat yang diberlakukan terhadap kedua vaksin tersebut terkait persetujuan.
Pemungutan suara dilakukan Anvisa setelah ada beberapa negara bagian Brasil yang menolak impor Sputnik V. Penolakan terhadap rencana impor Sputnik V adalah karena kurangnya data yang menjamin keamanan, kualitas, dan efektivitas vaksin ini. Sementara, pada Maret, Covaxin ditolak karena tidak memenuhi standar manufaktur Anvisa.
Sebelumnya, para ahli virologi terkemuka Brasil mendukung keputusan Anvisa yang menghentikan impor Sputnik V karena masalah keamanan bagi orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh lebih lemah. Namun, Institut Gamaleya Rusia, yang mengembangkan Sputnik V membantah laporan tersebut.
Sebelumnya, dikatakan bahwa masalah vaksin ini berpusat di sekitar vektor adenovirus atau virus yang biasanya menyebabkan penyakit pernapasan ringan tetapi dalam vaksin dimodifikasi secara genetik sehingga tidak dapat mereplikasi dan diuabh untuk membawa instruksi DNA bagi sel manusia untuk mengembangkan protein lonjakan virus corona jenis baru. Pada gilirannya, ini melatih sistem manusia bersiap jika bertemu secara langsung dengan virus.
Namun, Sputnik V diketahui menggunakan dua vektor adenovirus yang berbeda, yaitu adenovirus tipe 26 (Ad26) dalam suntikan pertama dan adenovirus tipe 5 (Ad5) untuk suntikan kedua. Menurut para ilmuwan, uji sampel suntikan penguat yang dilakukan menemukan bahwa itu adalah replikasi kompeten, mengartikan saat berada dalam tubuh, adenovirus dapat terus berkembang biak.
Para ilmuwan mengatakan kemungkinan besar hal itu terjadi karena masalah produksi yang disebut sebagai rekombinasi. Ini adalah kondisi di mana adenovirus yang dimodifikasi telah mendapat kembali gen yang diperlukan untuk mereplikasi saat sedan tumbuh dalam sel manusia yang direkayasa di laboratorium.
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | Republika Online |
- Israel Langgar Gencatan Senjata, Bunuh Anak-anak di Gaza
- Gelar Seminar Internasional Fiqh Ta’ayush, WADAH Malaysia Promosikan Hidup Berdampingan di Komuniti ASEAN
- Kondisi Terkini Gaza Utara, MER-C: Bangunan Sekolah Dibakar
- Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARIBP) Mendesak Bantuan Militer untuk Palestina
- Bayi Palestina Lahir Selamat dari Rahim Ibu yang Tewas Dibunuh Israel
- Ekonomi Israel Makin Babak Belur
- Rusia Mengingatkan Turki Agar tak Berilusi Jadi Anggota Uni Eropa
- Filipina Evakuasi Ribuan Warga Saat Topan Mawar Semakin Mendekat
- Korsel Berhasil Luncurkan Satelit Komersial Pertama Kali
- China Minta Bantuan Selamatkan 39 Awak Kapal Tenggelam, 17-nya WNI
- China Ingatkan Jepang Terkait Tanggung Jawab Limbah Nuklir Fukushima
- Madinah Siapkan Diri Sambut Jamaah Haji 2023
- Yordania Tuan Rumah Pembahasan Nasib Suriah di Liga Arab
- WHO Masih Mengidentifikasi Asal-Usul Covid-19
- Jepang Cari Dukungan G7 Untuk Pembuangan Air Olahan PLTN Fukushima
0 Comments