Nasional / Ekonomi /
Follow daktacom Like Like
Sabtu, 06/03/2021 11:25 WIB

Predatory Pricing Bikin Jokowi Murka, 'Pembunuh' UMKM RI

Presiden Joko Widodo.Foto Biro Pers Sekretariat Presiden ist
Presiden Joko Widodo.Foto Biro Pers Sekretariat Presiden ist
JAKARTA, DAKTA.COM - Presiden Jokowi menegaskan keterbukaan pasar saat ini membuat praktik predatory pricing perlu diantisipasi. Indonesia sebagai negara yang membuka diri terhadap pasar asing tidak boleh menjadi korban dari transaksi jual beli yang dapat merugikan UMKM karena adanya persaingan yang tidak sehat.
 
"Predatory pricing hati hati dengan ini bisa membunuh yang kecil-kecil, menganut keterbukaan ekonomi gak ada yang kita tutupi, tapi saya tegaskan kita bukan negara yang menyukai proteksionisme, namun kita tidak boleh menjadi korban," tegas Jokowi dalam Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, (Jum'at, 05/03/2021).
 
Predatory pricing merupakan strategi penjual untuk mematok harga jual yang sangat rendah untuk menghilangkan pesaing dari pasaran. Dengan maraknya e-commerce saat ini, banyak sejumlah produk asing yang dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk lokal, sehingga mematikan sejumlah pelaku UMKM.
 
Sebagai platform jual beli digital, banyak e-commerce yang menawarkan harga miring untuk menarik minat pembeli, namun sayangnya produk-produk tersebut adalah produk asing yang kini mulai membanjiri pasar domestic sehingga UMKM banyak yang terancam gulung tikar.
 
Disamping itu, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengungkapkan, pihak asing asing terutama dari China banyak yang menggunakan artificial intelligence untuk mempelajari harga-harga di pasar domestic. Mereka kemudian mempelajari sistem produksi dan bahan bakunya untuk kemudian ditiru dan dijual dengan harga yang jauh lebih murah.
 
"Mereka menggunakan artificial intelligence, mereka datang ke tanah abang mereka pelajari dan mereka tau barang barang yang laku seperti produk di tanah abang yang khusus menjual fashion ketika dianggap laku diselidiki dipelajari di china bahwa hijab yang dijual seharga seribu rupiah, sehingga terjadi predatory pricing," ungkap Muhammad Lutfi.
 
Oleh karena itu, kedepannya pemerintah akan mulai mengendalikan diskon besar-besaran yang diberikan oleh sejumlah platform digital untuk meminimalisir praktik predatory pricing di dalam pasar terutama penjualan yang dilakukan di e-commerce.
 
"Untuk harga, itu memang menjadi kesepakatan penjual dan pembeli, namun untuk diskon ini akan kita regulasi, jadi tidak bisa sembarangan dengan alasan diskon perusahaan digital ini mengerjakan praktik predatory pricing," kata Muhammad Lutfi.
Editor : Dakta Administrator
Sumber : CNBC Indonesia
- Dilihat 1757 Kali
Berita Terkait

0 Comments