Nasional /
Follow daktacom Like Like
Sabtu, 24/10/2020 09:46 WIB

Akhiri Drama GTM dengan Ajak Anak Siapkan Makanan

Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Anak
Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Anak
JAKARTA, DAKTA.COM - Dalam masa pandemi Covid-19, orang tua perlu mencari cara untuk mengusir kebosanan anak, termasuk saat jadwal makan tiba. Kebosanan juga menjadi salah satu penyebab anak stres di rumah, sehingga makan menjadi tantangan tersendiri dan memicu gerakan tutup mulut (GTM).
 
Psikolog Anak dari Tiga Generasi, Putu Andani, mengatakan, untuk mengatasi tantangan tersebut, ayah dan ibu bisa mencoba pengalaman baru dalam jadwal makan anak. Sering kali anak tidak diperkenalkan proses dan interaksi, padahal orang tua bisa masuk dari aspek ini.
 
"Misalnya ditawari alternatif makanannya, mau apel atau jeruk?" ujar Putu.
 
Saat makan, sebisa mungkin hindari distraksi, seperti penggunaan gawai. Hal ini akan memberi pengertian kepada anak tentang rasa lapar.
 
Selain itu, coba ajak masak. Usia di bawah tiga tahun bisa diajak membersihkan buah dan sayuran dengan air.
 
"Coba libatkan anak dalam proses menyiapkan makanannya, baik dengan membantu mencuci bahan makanan, memilah jenis makanan, menghitung jumlah makanan atau alat makan, serta mengeksplorasi nama, warna dan aroma dari berbagai jenis makanan," kata Putu.
 
Untuk anak lebih besar, menurut Putu, ayah dan ibu bisa melibatkannya membantu memotong, mencampur adonan, menentukan porsi makan, hingga menata peralatan makan di meja.
 
Apabila dilakukan bersama-sama dan tanpa distraksi, proses itu dapat mengasah perkembangan kemampuan kognitif, fisik, sosial, dan emosional anak. Di samping itu, menyiapkan makan bersama-sama juga dapat meningkatkan ikatan antara orang tua dan buah hatinya.
 
"Sebaliknya, kalau ditekan, anak bisa semakin tidak mau makan," kata Putu.
 
Sepanjang tahap kehidupannya, anak memiliki berbagai kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi, antara lain, merasa bisa mandiri, berinisiatif, dan menghasilkan suatu karya. Dengan melibatkan anak pada proses dan memberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan, kebutuhan tersebut akan terpenuhi sehingga kesehatan psikis anak tetap terjaga.
 
Penelitian menyebutkan bahwa 95 persen hormon serotonin diproduksi di usus. Hal ini menandakan bahwa apa yang dimakan dan kesehatan saluran cerna dapat memengaruhi kesehatan psikis.
 
Selama masa berkegiatan di rumah, orang tua dapat menjalankan perannya lebih penuh dalam mengawasi tumbuh kembang anak yang optimal.
 
Editor : Dakta Administrator
Sumber : Republika Online
- Dilihat 1815 Kali
Berita Terkait

0 Comments