Sabtu, 18/07/2020 09:33 WIB
Kisah Transformasi Masjid Jadi Bar di Israel Terungkit Lagi
TEL AVIV, DAKTA.COM - Dunia dihebohkan dengan keputusan Turki mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid. Cerita Israel yang pernah menyulap masjid bersejarah menjadi bar pun terungkit kembali.
Perubahan yang dilakukan Israel pada tahun lalu itu, kini kembali ramai diberitakan menyusul keputusan pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah monumen ikonik Hagia Sophia menjadi masjid.
Sebagaimana diketahui, Hagia Sophia mulanya dibangun sebagai katedral Kristen di Istanbul. Banyak pihak telah menyatakan kekecewaannya, atas tindakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid.
Seperti dilansir Gulf News, 14 April 2019, sebuah perusahaan Israel yang terhubung dengan kotamadya Safad di Palestina Utara telah mengubah Masjid Al Ahmar yang berdiri pada abad ke-13 menjadi sebuah bar dan aula pesta pernikahan. Masjid ini merupakan salah satu bangunan bersejarah milik warga Palestina dari abad ke-13 yang berada di Safed.
Masjid Al Ahmar dikuasai oleh geng-geng Yahudi pada 1948. Bangunan ini semula diubah menjadi sekolah Yahudi, kemudian menjadi pusat kampanye pemilu Partai Likud. Sebelum menjadi bar, masjid ini juga sempat digunakan sebagai gudang pakaian.
"Saya terkejut ketika saya melihat aspek sabotase di dalam masjid," kata sekretaris badan abadi Islam Palestina Khair Tabari mengatakan kepada surat kabar yang berbasis di London, Al Qodus Al Arabi.
Bertahun-tahun yang lalu, Tabari mengajukan gugatan ke pengadilan Nazareth, meminta penyerahan masjid ke dana abadi Islam. Namun pengadilan belum memutuskan gugatan tersebut ketika itu.
Tabari mengatakan dia telah mendukung kasusnya dengan dokumen kepemilikan dan daftar harga layanan yang ditawarkan di situs.
Situs ini berganti nama menjadi Khan Al Ahmar untuk mengalihkan perhatian dari kesuciannya sebagai masjid.
Masjid telah mengalami serangkaian perubahan sejak penciptaan Israel pada tahun 1948. Pertama, itu berubah menjadi seminari Yahudi.
Pada tahun 2006, masjid itu menjadi kantor pemilihan untuk Partai Kadima Israel sebelum digunakan sebagai gudang pakaian.
"Masjid Al Ahmar mendapatkan namanya dari batu merahnya. Saat ini, digunakan dalam beberapa cara kecuali sebagai tempat salat bagi umat Islam," kata sejarawan dan penduduk asli Safad, Mustafa Abbas.
"Umat Muslim yang mengunjungi tempat itu menghadapi serangan dari penjajah Yahudi. Masjid ini memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang langka karena didirikan oleh Mameluke Sultan Al Daher Baibars (1223-1277 M)," lanjut Abbas.
Sebuah tanda batu di pintu masuk ke masjid menyatakan bangunan itu dibangun pada 1276 Masehi. Otoritas Israel dituduh melanggar batas secara sistematis di situs-situs Islam di wilayah Palestina yang diduduki dengan tujuan melenyapkan identitas mereka.
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | detikcom |
- Gelar Seminar Internasional Fiqh Ta’ayush, WADAH Malaysia Promosikan Hidup Berdampingan di Komuniti ASEAN
- Kondisi Terkini Gaza Utara, MER-C: Bangunan Sekolah Dibakar
- Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARIBP) Mendesak Bantuan Militer untuk Palestina
- Bayi Palestina Lahir Selamat dari Rahim Ibu yang Tewas Dibunuh Israel
- Ekonomi Israel Makin Babak Belur
- Rusia Mengingatkan Turki Agar tak Berilusi Jadi Anggota Uni Eropa
- Filipina Evakuasi Ribuan Warga Saat Topan Mawar Semakin Mendekat
- Korsel Berhasil Luncurkan Satelit Komersial Pertama Kali
- China Minta Bantuan Selamatkan 39 Awak Kapal Tenggelam, 17-nya WNI
- China Ingatkan Jepang Terkait Tanggung Jawab Limbah Nuklir Fukushima
- Madinah Siapkan Diri Sambut Jamaah Haji 2023
- Yordania Tuan Rumah Pembahasan Nasib Suriah di Liga Arab
- WHO Masih Mengidentifikasi Asal-Usul Covid-19
- Jepang Cari Dukungan G7 Untuk Pembuangan Air Olahan PLTN Fukushima
- Turki Desak AS Cabut Sanksi di Bidang Industri Pertahanan
0 Comments