Nasional /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 11/06/2020 11:37 WIB

Tantangan Finansial Sekolah Swasta Berbiaya Rendah Selama Covid-19

Ilustrasi Gedung Sekolah (Merdeka.com)
Ilustrasi Gedung Sekolah (Merdeka.com)
JAKARTA, DAKTA.COM - Pandemi Covid-19 sudah menyebabkan disrupsi di berbagai sektor, tidak terkecuali sektor pendidikan. Pandemi Covid-19 setidaknya sudah menyebabkan Indonesia mengubah beberapa kebijakan di dalam sektor pendidikannya, seperti ditiadakannya kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah, ditiadakannya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang seharusnya menjadi UN terakhir dan juga proses PPDB akan dilaksanakan secara daring.
 
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Nadia Fairuza mengatakan, salah satu dampak dari perubahan kebijakan pendidikan, yaitu ditiadakannya kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah, mendapatkan banyak pro dan kontra di masyarakat. 
 
"Belum meratanya koneksi internet dan meratanya kepemilikan perangkat teknologi membuat sebagian siswa tidak mampu mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dijadikan pengganti kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah," katanya dalam keterangannya yang diterima, Kamis (11/6). 
 
Selain itu, sekolah-sekolah yang sumber pembiayaannya bergantung dari iuran bulanan orang tua siswa juga mengalami tantangan finansial yang berat selama pandemi ini. 
 
Kegiatan operasional sekolah-sekolah seperti ini, yaitu sekolah swasta berbiaya rendah, pada umumnya pada umumnya mereka sangat bergantung pada iuran bulanan dari orang tua siswa selain menerima dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang tidak terlalu menutupi biaya operasional sekolah
 
Nadia menambahkan, karena adanya disrupsi ekonomi, banyak orang tua dari anak-anak yang bersekolah di sekolah swasta berbiaya rendah juga terkena dampaknya. Para orang tua yang umumnya bekerja pada sektor informal dan bekerja sebagai pekerja harian tentu kesulitan untuk membayar iuran sekolah bulanan sekolah anaknya. 
 
Padahal iuran bulanan ini merupakan sumber keuangan sekolah untuk membayar gaji para guru dan staf sekolah. Memberhentikan guru atau staf sekolah juga merupakan opsi yang sangat sulit untuk diambil.
 
“Dilansir dari survei yang dilaksanakan oleh organisasi nirlaba INSPIRASI, sebanyak 60,43% kepala swasta yang mengikuti survei mengatakan bahwa persoalan finansial akibat Covid-19 benar-benar menjadi membuat mereka khawatir. Hal ini tentu akan berdampak kepada pendidikan para siswa yang pada akhirnya berisiko membuat mereka ketinggalan pelajaran,” jelas Nadia.
 
Mengingat tahun ajaran baru yang sebentar lagi akan dimulai, ia menyarankan agar pemerintah sebaiknya dapat memberikan bantuan khusus bagi sekolah-sekolah swasta berbiaya rendah ini, terutama terkait dengan gaji guru dan staf sekolah selama masa pandemi. 
 
Hal ini untuk mencegah kemungkinan terburuk yakni penutupan sekolah karena permasalahan keuangan, sementara sekolah-sekolah swasta berbiaya rendah ini sangat penting perannya dalam menyerap siswa baru, menyediakan akses pendidikan untuk siswa yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi dan berkontribusi mencerdaskan anak bangsa.  
 
"Peran sekolah swasta berbiaya rendah di dalam lanskap pendidikan nasional nyata dan tidak boleh diabaikan. Berbeda dengan pandangan umum mengenai sekolah negeri adalah sekolah untuk orang kurang mampu karena bebas biaya dan sekolah swasta adalah sekolah untuk orang mampu karena biayanya relatif mahal, sekolah swasta berbiaya rendah umumnya memungut biaya dari orang tua murid dengan jumlah yang terjangkau," ungkapnya. **
 
Reporter :
Editor :
- Dilihat 2356 Kali
Berita Terkait

0 Comments