Refleksi 23 Tahun Kota Bekasi; Spirit Kota Teladan
DAKTA.COM – Oleh: Dhany Wahab Habieby, Praktisi Komunikasi
Kota Bekasi genap berusia 23 tahun pada 10 Maret 2020, dalam kurun waktu yang relatif masih muda dibanding kota-kota lain di Indonesia. Kota Bekasi telah tumbuh dan berkembang menjadi kota metropolitan terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya, berdasarkan populasi jumlah penduduknya. Data RPJMD 2018-2023 menyebutkan jumlah penduduk Kota Bekasi saat ini mencapai 3,2 juta orang yang tersebar di 12 kecamatan.
Momentum hari jadi Kota Bekasi sepatutnya menjadi sarana refleksi bagi pemerintah daerah dan warga untuk menata Bekasi menjadi kota idaman yang menghadirkan kenyamanan dan keramahan. Terlebih pasca banjir yang melanda berulang kali sejak awal tahun ini, seolah menjadi ‘kado pahit’ bagi ulang tahun Kota Bekasi. Adakah pembangunan Kota Bekasi sudah selaras dengan semangat yang dicanangkan, yakni Cerdas, Kreatif, Maju, Sejahtera dan Ihsan?.
Sejumlah permasalahan yang dihadapi Kota Bekasi saat ini di antaranya; banjir yang merendam hampir sebagaian besar wilayah, kerusakan infrastruktur jalan dan saluran, kemacetan dan polusi, keterbatasan ruang terbuka hijau, minimnya sarana transportasi publik, serta pelayanan kependudukan yang masih sering dikeluhkan.
Terlepas dari beragam persoalan yang dihadapi, ada satu hal yang menarik untuk dicermati, yakni wacana tentang Kota Bekasi pasca rencana pemindahan ibu kota negara. Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi pernah menyebutkan sebanyak 80 persen warganya setuju bila Kota Bekasi bergabung dengan DKI Jakarta (Detik.com, 19/8/2019).
Alasannya, ada beberapa keidentikan antara Kota Bekasi dan Jakarta. Selain dari sisi historis, Bekasi memiliki kultur yang mirip dengan Jakarta. Polres Metro Bekasi Kota juga di bawah Polda Metro Jaya, tentaranya menginduk ke Jayakarta secara administratif hirarkisnya.
Dulu keresidenan Jatinegara terdiri dari Jatinegara, Cilincing, Bekasi. Tahun 50-an Bekasi itu keluar dari Jatinegara. Tahun 1976 Cilincing-Cakung diambil, dan Bekasi dapat stadion. Nah sekarang kita tinggal hasil pemekaran kabupaten/kota tentunya punya historis budaya dan sejarah.
Secara geografis letak Kota Bekasi berdampingan dengan Ibu Kota Jakarta, tetapi secara administratif, Kota Bekasi merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Tidak sedikit warga masyarakat yang tinggal di Kota Bekasi masih ber-KTP Jakarta, makanya jangan heran jika secara batiniyah lebih merasa menjadi warga Jakarta ketimbang mengaku sebagai warga Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tidak tinggal diam, seolah ingin merespon apa yang disampaikan oleh Wali Kota Bekasi, Kang Emil menunjukan perhatiannya kepada Kota Bekasi dengan berpantun dalam acara ground breaking proyek revitalisasi Kalimalang di Jalan Mayor Hasibuan samping Giant Mega Bekasi, Kecamatan Bekasi Selatan, “beli sabun ke Sukajadi, harus sabar karena banyak antre, mau apapun yang terjadi, Gubernur Jabar cinta Bekasi," (wartakota.tribunnews.com, 25/9/2019).
Kang Emil mengakui, dari segi bantuan anggaran atau dana hibah DKI Jakarta jauh lebih besar dari yang diberikan Pemprov Jawa Barat. Padahal, Kota Bekasi penyumbang terbesar pajak kendaraan di Jawa Barat. Pemerintah Kota Bekasi pada tahun 2020 bakal mendapatkan bantuan anggaran dari Pemprov Jawa Barat sebesar Rp147 miliar. Angka itu terbilang cukup besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang tak pernah mencapai angka Rp 100 miliar.
Sedangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut Kota Bekasi dan DKI Jakarta merupakan tetangga yang memiliki integrasi dalam segala sektor. Mulai dari perekonomian, sosial masyarakat, hingga transportasi. Bekasi bukan hanya penyangga Jakarta, tapi Jakarta juga penyangga bagi Bekasi, keduanya saling menopang. Hal ini dibuktikan dengan pemberian hibah pembangunan flyover Rawapanjang dan Cipendawa senilai Rp 420 miliar. Kedepan bentuk peningkatan kinerja kedua pemerintah daerah dengan saling menopang akan terus ditingkatkan. (Liputan6.com, 31/1/2020).
Kini sudah semakin terang benderang, hubungan yang terjalin antara Kota Bekasi dengan induknya Provinsi Jawa Barat, maupun dengan tetangga dekatnya DKI Jakarta. Kedua Gubernur memiliki tekad dan komitmen yang kuat untuk menunjukan rasa cinta dan perhatiannya kepada warga Kota Bekasi.
Hal ini tentu tidak terlepas dari kemampuan komunikasi yang dilakukan oleh Wali Kota, Rahmat Effendi sebagai kepala daerah dan jajarannya, sehinga mampu memanfaatkan segala potensi yang ada demi kemajuan pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan publik di wilayahnya.
Sejatinya dengan kondisi seperti ini, justru banyak memberikan manfaat bagi Kota Bekasi, jika dibandingkan dengan kota atau kabupaten lain di Jawa Barat.
Kendala utama yang dihadapi oleh setiap daerah adalah keterbatasan anggaran dan keuangan untuk merealisasikan setiap program dan aspirasi warga yang disampaikan lewat musrenbang.
Kota Bekasi mendapatkan sumber pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur selain dari APBD sekitar Rp5,82 triliun, juga berasal dari bantuan Provinsi Jawa Barat yang memiliki APBD Rp46 triliun. Selain itu bisa berharap dari bantuan hibah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai APBD mencapai Rp87,95 triliun pada tahun ini.
Tekad untuk mewujudkan Kota Bekasi yang memberikan kenyamanan dan kebahagiaan bagi warganya harus menjadi semangat menandai hari jadi yang ke-23. Rasa kebersamaan untuk saling bersinergi dari semua kalangan diperlukan, baik jajaran eksekutif, legislatif, organisasi masyarakat dan stakeholder lainnya. Prasyarat inilah yang akan mendorong tumbuhnya rasa saling percaya dan rasa memiliki untuk memberikan kontribusi yang terbaik bagi kemajuan kota patriot.
Belajar dari kota-kota yang maju dan modern di dunia, ada beberapa hal yang dapat menjadi perhatian semua pihak, yaitu: Pertama, Pembangunan infrastruktur harus direncanakan dengan sistematis untuk menompang pertumbuhan ekonomi penduduk dan menguntungkan bagi warganya. Konsep smart city menjadi pilihan terbaik bagi aktivitas masyarakat urban dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Kota Bekasi tidak ada pilihan lain kecuali terus meningkatkan sarana dan prasarana sebagai daya dukung menjadi kota jasa dan perdagangan.
Kedua, Sektor ekonomi menjadi tulang punggung bagi kehidupan masyarakat, karenanya sangat penting Kota Bekasi agar lebih menarik bagi investasi. Ketersedian lapangan pekerjaan bagi kalangan usia produktif dengan menumbuhkan ekonomi kreatif dan usaha kecil menengah dan koperasi (UMKM). Mendorong warganya memiliki skill kewirausahaan untuk memperoleh pendapatan tinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tingkat kesejahteraan yang lerbih baik.
Ketiga, Kualitas penduduk di Kota Bekasi agar memiliki tingkat pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang tinggi. Pemerintah daerah memberikan jaminan kepada penduduknya dengan fasilitas pendukung, seperti pendidikan atau kesehatan. Sebagai contoh Kartu Bekasi Sehat dapat terus dikembangkan dengan model yang lebih selektif sehingga lebih tepat sasaran.
Keempat, Peningkatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi syarat mutlak bagi kota yang maju dan modern. Perlu dukungan pemerintah daerah untuk memberikan berbagai fasilitas guna menunjang inovasi dan kreatifitas. Berkembangnya penguasaan pada teknologi dan ilmu pengetahuan akan mendorong perkembangan kota lebih cepat.
Kelima, Menumbuhkan kearifan lokal dengan mengedepankan perilaku mulia bagi jajaran pemerintah daerah dan masyarakat. Sebagai implementasi dari spirit ihsaniyah maka dibutuhkan keteladanan dari para pemimpin dengan mengedepankan akhlakul karimah. Jatidiri masyarakat yang maju dan modern akan terbiasa dalam setiap aktifitas untuk tertib, disiplin, toleran, tanggung jawab, peduli dan melayani terhadap sesama.
Itulah sekedar sumbang saran yang barangkali bisa menjadi pengobar semangat dan menyegarkan pikiran kita semua. Belajar dari banjir yang melanda Kota Bekasi dan sekitarnya di awal tahun ini, semestinya bukan hanya mendatangkan sampah dan kotoran.
Namun, kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran, agar lebih peduli dan mampu menata serta merawat lingkungan kota tercinta. Dirgahayu Kota Bekasi yang ke-23, semoga menjadi kota teladan yang memberikan manfaat dan menghadirkan kebahagiaan lahir batin bagi warganya.**
Editor | : | |
Sumber | : | Dhany Wahab Habieby |
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
- Pembantaian di Sigi Poso Sulteng, Ini Hipotesanya
0 Comments