Jum'at, 28/02/2020 16:13 WIB
Prof Haedar Nashir: Perlu Ada Perubahan Strategi Dakwah
PANGKAL PINANG, DAKTA.COM – Organisasi keagamaan di lingkungan umat Islam perlu memperbarui strategi dakwah dari yang reaktif-konfrontatif ke strategi dakwah yang proaktif-konstruktif. Hal ini dilakukan untuk memperluas daya jangkau penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai Islam untuk sebanyak mungkin segmen sosial umat Islam yang sangat majemuk.
“Perlu adanya perubahan strategi dakwah dari ‘lil-mu’aradlah’ (reaktif-konfrontatif) ke strategi dakwah ‘lil-muwajahah’ (proaktif-konstruktif),” kata Prof H Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam Sidang Pleno ke-4 Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (27/02/2020).
Menurut Prof Haedar, umat Islam perlu mengarusutamaan pendekatan dakwah sebagai penejerjemahan dari kalimat ‘bil-hikmah’ (dengan hikmah), ‘wal-mauidhat al-hasanah’ (dan pengajaran yang baik), ‘wa jadil-hum bi-laty hiya ahsan’ (serta berdebat dengan cara yang baik) dalam surat An-Nahl ayat 125.
Pendekatan ini juga perlu direalisasikan dalam beragam model dakwah seperti dakwah komunitas, dakwah digital/medsos, dan sebagainya.
“Pemetaan terhadap situasi dan objek dakwah sangat diperlukan dengan menggunakan pendekatan antropologi, sosiologi, ekonomi, dan objektivasi dakwah yang lebih aktual sebagai ikhtiar membumikan nilai-nilai Islam ‘rahmatan lil-‘alamin’ yang membebaskan, memberdayakan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan umat manusia,” kata Prof Haedar.
Dakwah Islam juga penting menawarkan konsep-konsep pemikiran alternatif yang bersifat pembaruan dan berkemajuan, yang tidak terjebak pada ortodoksi dan dogmatik-apologik. Menurut Prof Haedar, jika umat Islam menolak liberalisme-sekukarisme maka perlu ditawarkan pemikiran Islam yang ‘biyond’ atau ‘at-tafkir al-badil’ yang memancarkan Islam sebagai agama yang mengandung kemajuan bagi peradaban manusia (din al-hadlarah), bukan sebaliknya kembali ke ortodoksi yang konservatif.
“Watak ‘al-ibahah’ dalam pengembangan pemikiran mu’amalah penting untuk diaktualisasikan sekaligus dijadikan titik masuk merambah jalan baru pemikiran Islam yang maju untuk membangun dan menghadirkan dunia Islam yang modern,” jelas Prof Haedar.
Sebelumnya Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdalatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin dalam forum KUII VII itu mewakili NU menyampaikan materi bertajuk ‘Mewujudkan Nasionalisme Melalui Sikap Moderat dan Toleran dalam Beragama’. (Syifa)
Editor | : | |
Sumber | : | Radio Dakta |
- BP Haji: Sesuai Perintah Presiden, Sudah ada 7 Penyidik KPK yang dilantik menjadi Eselon 2 dan 1 orang lagi akan menjadi Eselon 1 di BPH
- Saudi Berencana Batasi Usia Jemaah Haji Lansia di Atas 90 Tahun pada 2025
- Kritik OCCRP, Pakar Hukum: Nominasikan Tokoh Korup Tanpa Bukti adalah Fitnah
- 5 Profil Finalis Tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024 Versi OCCRP, Jokowi Salah Satunya
- Akal Bulus BI, CSR Dialirkan ke Individu Lewat Yayasan, Ada Peran Heri Gunawan dan Satori?
- Promo Libur Akhir Tahun Alfamidi
- 85 PERSEN PROFESIONAL INGIN REFLEKSI DIRI YANG LEBIH INTERAKTIF
- ARM HA-IPB DISTRIBUSI 210 PAKET BANTUAN TAHAP 2 KE CILOPANG DAN PANGIMPUNAN, SUKABUMI
- Kenaikan Tarif PPN Menjadi 12 Persen Berpotensi Perparah Kesenjangan Ekonomi
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
0 Comments