Pedagang Daging Mogok, Apa Kata Hendri Saparini
JAKARTA_DAKTACOM: Sejak ramadhan lalu, harga daging tak turun-turun, dari kisaran Rp 130-140 ribu/Kg. Para pedagang daging mulai resah karena mereka mengalami kerugian disebabkan pembeli terus menurun. Puncaknya, Ahad (9/8/15) pedagang daging di Jabodetabek mogok jualan. Lapak-lapak daging terlihat kosong. Menteri pertanian menyatakan keheranannya kok tiba-tiba daging sapi langka. Padahal stok cukup. Ia menuding ada kartel daging yang bermain.
Untuk mengetahui lebih dalam seputar penyebab kelangkaan daging, Syifa Faradilla mewawancarai Dr. Hendri Saparini,direktur executive core Indonesia dalam program perspektif ekonomi. Berikut wawancaranya.
Syifa Faradilla: Beberapa hari ini, pedagang daging sapi mogok, alasannya harga daging tak turun turun malah cenderung naik, apa yang terjadi bu?
Hendri Saparini: Ini agak aneh saat ramadhan, harusnya harga daging lebih tinggi, tetapi ini pasca lebaran harga naik. Masalahnya bukan pada permintaan melainkan pada penawarannya atau supply nya.
Syifa Faradilla: Apakah ada pengurangan supply yang sangat cepat, atau pengurangan supply dari stok yang ada?
Hendri Saparini: Mustinya secara fisik tidak ada perubahan secara signifikan.
Karena ada ekspektasi akan ada pengurangan stok, maka harga akan naik. Masalah kedua, data yang ada di pasar adalah reaksi dari kebijakan pemerintah, dimana pemerintah menilai kebutuhan daging dalam negri sudah terpenuhi. Padahal data stok daging tidak benar, dan belum mencukupi. Hal ini dibaca oleh pasar 'tidak ada barang'. Nah data itu digunakan spekulan untuk memainkan harga. Oleh karena itu pemerintah harus evaluasi data, tersebut. Mau tidak mau harus dilakukan survey, untuk mendukung swasembada daging. Harus ada kebijakan transisi.
Syifa Faradilla: Fakta di pasar, harga daging tertinggi Rp 114.000 dibanding tahun sebelumnya, kalau dari lonjakan daging, apa yang salah dari tata kelola daging, tanggapan ibu?
Hendri Saparini: Masalahnya pemerintahan kita tidak membangun sistem supply daging sapi yang sungguh-sungguh. Sehingga pengendalian harga daging berdasakan harga konsumen, bukan menyerahkan pada harga dari pemerintah. Harus ada kebijakan transisi, bukan secara tiba-tiba membuat kebijakan menolak impor daging.
Jadi kembali lagi harus realistis, pak Menko harus menanyakan ke Mentri Pertanian dan Perdaganan mengenai kondisi dari supply daging nasional untuk mendapatkan data suppy nasional.
Syifa Faradilla : Melihat harga daging naik dan mogok dari pedagang. Apakah mungkin pemerintah dapat menekan harga untuk kedepan ?
Jika kebijakan ini tidak diasari dengan data yang benar, maka akhirnya pemerintah tidak bisa memaksa. Seharusnya dikelola dengan data yang benar, harus claear, jujur.
Artinya, para pedagang sangat bergantung pada pemerintah. Jika tidak ada stok maka pemerintah harus penambahan supply yang cukup signifikan atau mau tidak mau membuka impor. agar tidak dipermainkan oleh pasar.
Editor | : | |
Sumber | : | Muhammad Fauzi |
- Musrenbang Virtual, Inovasi Pemkot Bekasi Menyerap Aspirasi Warga
- Menilik Sejarah Islam di Bumi "Serambi Mekah" Aceh
- Habib Rizieq: Saya Sudah Tiga Kali Ditangkap…
- Dituduh Tokoh Islam Radikal, Ini Jawaban Dr Zakir Naik
- Jika Terbukti Benar, Penyadapan Melanggar UU ITE
- Melecehkan KH Ma'ruf Amin, GNPF MUI Akan Melaporkan Ahok
- Percakapan K.H Ma'ruf Amin dan SBY, Agus Hermanto : Klarifikasi yang Sebenar-benarnya
- Menyudutkan K.H Ma'ruf Amin, Dr. Adian Husaini : Ahok dan Kuasa Hukumnya Gagal Paham!
- Kanwil DJP Jabar II Ajak Pelaku Usaha Sadar Pajak
- Wacana Interpelasi Diluncurkan PGRI Demo
- LIRA: Reshuffle Kabinet Harus Terbuka ke Publik
- Ustadz Ali Muktar: Masih bolehkah kami mendirikan masjid?
- Islam Nusantara Untuk Mengotak-ngotakkan Islam
- Dana Aspirasi Rp. 20 Miliar Berpotensi untuk di Korupsi
- Persiapan Pilkada Dibicarakan KPUD Dengan Muspida Bekasi
0 Comments