Rabu, 11/12/2019 11:52 WIB
Mengenal dan Mewaspadai Tawon Ndas
JAKARTA, DAKTA.COM - Serangan tawon ndas (Vespa affinis) yang terjadi di Jawa Tengah beberapa waktu lalu sempat meresahkan masyarakat. Selama kurun waktu 2017 hingga November 2019 terdapat 10 korban meninggal dunia dan lebih dari 250 korban dirawat di rumah sakit akibat sengatan tawon ndas. Kondisi ini tentunya perlu diwaspadai.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Biologi menginformasikan terkait cara penanganan dan pengendalian tawon secara tepat dan tuntas dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem dan ekologi.
Di Indonesia, jenis tawon terbagi dalam dua, yaitu soliter dan sosial. Jenis soliter, yaitu Eumeninae hidup sendiri, tidak ada fase pemeliharaan anak dan material sarang terbuat dari tanah atau lumpur. Sementara Polistinae , Stenogastrinae, dan Vespinae yang masuk dalam tawon sosial hidup berkoloni, ada fase pemeliharaan anak dan material sarang dari tumbuhan (pulp).
Tawon Agresif
Jenis Vespinae adalah tawon yang cenderung agresif dan berbahaya. Secara umum tawon merupakan satwa predator, meskipun tawon cenderung tidak agresif dan menyerang, kecuali diganggu atau merasa terganggu. Oleh karena itu konflik tawon dan manusia perlu dikaji secara bijak.
“Upaya pengendalian outbreak permasalahan dan penanganan satwa sudah menjadi salah satu arah kegiatan penelitian LIPI untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan ekosistem dan ekologi,” ungkap Kepala Bidang Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi dikutip Dakta dari website lipi.go.id pada Rabu (11/12).
Peneliti tawon Pusat Penelitian Biologi, Hari Nugroho menjelaskan kemungkinan penyebab outbreak populasi tawon di daerah pemukiman disebabkan hilangnya habitat alami tawon imbas pengalihan tata guna lahan, berkurangnya musuh alami atau predator tawon, perubahan iklim global, dan faktor sumber makanan.
“Tawon agresif di siang hari, hal ini dikarenakan suhu yang hangat berpengaruh terhadap metabolisme tubuh tawon. Berbeda dengan kondisi dingin dan gelap mereka cenderung pasif,” ungkap Hari.
Ia mengungkapkan, sengatan hanya dilakukan tawon betina dan berfungsi utama sebagai alat berburu mangsa sekaligus alat pertahanan diri terakhir terhadap gangguan atau ancaman.
”Pada saat tawon menyengat, akan diikuti dengan dikeluarkannya zat kimia feromon yang berfungsi sebagai alarm bagi kawanannya bahwa ada ancaman terhadap koloni. Alarm ini akan mengundang tawon-tawon lain dalam satu koloni untuk ikut menyengat,” kata Hari.
Sih Kahono dari Pusat Penelitian Biologi juga menambahkan tawon bisa menyengat beberapa kali, berbeda dengan lebah madu yang hanya menyengat satu kali.
"Biasanya satu individu yang menyengat pertama mengeluarkan feromon berbahaya yang disebut attack pheromone dengan maksud untuk mengundang individu-individu lain dari satu koloni untuk ikut menyengat bersama sama," ujar Kahono.
Penanganan Sengatan
Upaya penanganan dan pengendalian tawon perlu dilakukan secara tuntas hingga akar permasalahan. Pembasmian tawon cukup dilakukan hanya di lokasi yang membahayakan keselamatan manusia, sehingga tidak menimbulkan permasalahan ekologi.
Upaya pemindahan sarang dapat rutin dilakukan, termasuk membuat sarang palsu untuk menekan munculnya sarang baru, membuat perangkap tawon di lokasi dengan populasi tinggi, dan membersihkan hingga tuntas sarang lama yang sudah kosong.
“Di samping itu penanganan secara local wisdom juga dapat menjadi solusi alternatif, namun tetap harus mengedepankan keselamatan dan sesuai prosedur," imbuh Kahono.
Selain itu, hal praktis yang perlu diperhatikan masyarakat saat menghadapi tawon adalah hindari memindahkan sarang yang berukuran besar tanpa pemantauan dari pihak yang berwenang.
“Selama masa outbreak tawon, lakukan pemeriksaan rumah dan lingkungan secara berkala dan jika terkena sengatan tawon dalam jumlah banyak segera hubungi rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat,” tutup Hari. **
Editor | : | |
Sumber | : | Lipi.go.id |
- Hari Karantina ke-147, Barantin Terus Tingkatkan Perlindungan Keanekaragaman Hayati
- Aksi Tanam Sejuta Pohon Penyuluh Agama Kemenag Kabupaten Bekasi
- Petualangan Menegangkan: Menaklukkan Track Terjal Menuju Curug
- Inovasi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi; Pemanfaatan Ulang Sampah (Puasa) dengan Pembangunan Sorting Centre Dan Eco System Advance Recycling (So CESAR)
- Produsen Kemasan Daur Ulang FajarPaper Ikut Serta Dalam Festival Peduli Sampah Nasional 2023
- HUT BSIP, Plt. Wali Kota Bekasi Gelorakan Semangat Menjaga Lingkungan Sehat
- Program Ketahanan Pangan Mengorbankan Lingkungan dan Petani
- Ridwan Kamil Akan Bangun Jalur Khusus Truk Tambang Akhir Tahun Ini
- Kendalikan Pencemaran Udara, DKI Gandeng Tangsel dan Bekasi untuk Uji Emisi
- Mikroplastik di Muara Sungai Menuju Teluk Jakarta Alami Peningkatan Semasa Pandemi
- Waspada, Cuaca Panas Ekstrem Bisa Sebabkan Risiko Kesehatan yang Cukup Mengkhawatirkan
- PP Pelindungan ABK Diterbitkan, ABK Penggugat Presiden: “Perjuangan Belum Berakhir!”
- Greenpeace Kritik Pemerintah Bungkam soal Kualitas Udara DKI Terburuk
- Keindahan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
- Warga Keluhkan Ada Polusi Udara, Kepala KSOP Marunda: Udara Tercemar Bukan dari Pelabuhan
0 Comments