Selasa, 19/11/2019 16:31 WIB
DPR Minta Seleksi Kedelai Impor Diperketat
JAKARTA, DAKTA.COM - Anggota Komisi IV DPR RI Hamid Noor Yasin meminta agar mekanisme seleksi diperketat terkait kedelai impor yang terindikasi berbahaya bagi kesehatan akibat rekayasa genetika kepada tanaman kedelai yang diproduksi dari berbagai negara di luar negeri.
"Negara-negara maju sentra kedelai, saat ini menggunakan bibit kedelai yang telah dimodifikasi secara genetik atau GMO, sehingga 80 persen adalah organisme rekayasa yang belum terjamin kesehatannya untuk dikonsumsi manusia," kata Hamid Noor Yasin dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (19/11).
Menurut Hamid, dampak akibat konsumsi produk makanan yang berasal dari rekayasa genetika, akan diketahui setelah bertahun-tahun konsisten masuk dalam tubuh. Untuk itu diperlukan solusi yang benar-benar tepat atas permasalahan tersebut.
"Solusi paling aman ya tidak impor kedelai. Kita gunakan produksi lokal yang lebih sehat, lebih enak dan lebih bergizi. Namun untuk saat ini memang belum memungkinkan karena produksi kedelai lokal dalam negeri hanya memenuhi 16,4 persen atau sekitar 4.800 ton dari target 2,8 juta ton kebutuhan kedelai nasional," ujar politisi PKS itu.
Fraksi PKS meminta kepada Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi kedelai lokal dengan perluasan areal tanam dan mengembangkan benih unggul yang aman bagi kesehatan, tepat secara varietasnya, serta cocok dengan lingkungan iklim Indonesia yang tropis.
Apalagi selama ini kedelai identik dengan tanaman subtropis, sehingga pemerintah perlu melakukan inovasi dan teknologi benih unggul kedelai untuk daerah tropis.
"Dengan kesesuaian bibit kedelai dengan iklim di Indonesia, semoga upaya intensifikasi dapat dilakukan secara maksimal," katanya.
Ia berpendapat, bibit kedelai dengan varietas yang tepat, jumlah yang cukup, mutu yang baik, waktu yang sesuai, lokasi yang merata dan harga yang cocok, akan mendorong produksi kedelai secara maksimal. Sebagaimana diketahui, pada tahun 2019 ini, pemerintah telah mencanangkan produksi kedelai sebesar 3 juta ton.
Hingga saat ini, ketersediaan lahan untuk produksi kedelai hanya sekitar 446 ribu hektare sampai dengan 614 ribu hektare. Luasan ini secara fluktuatif terjadi naik turun tiap tahun sehingga berimplikasi pada produksi kedelai yang tidak konsisten antara 675 ribu ton sampai dengan 963 ribu ton.
Sebelumnya, Asisten Deputi Pangan dan Pertanian Kemenko Bidang Perekonomian, Darto Wahab mengemukakan kebutuhan kedelai untuk konsumsi masyarakat cukup tinggi sekitar 4,4 juta ton atau setara Rp20 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat harus didatangkan dari luar atau impor yakni Amerika Serikat sekitar 3,3 juta ton. **
Reporter | : | Ardi Mahardika |
Editor | : |
- BP Haji: Sesuai Perintah Presiden, Sudah ada 7 Penyidik KPK yang dilantik menjadi Eselon 2 dan 1 orang lagi akan menjadi Eselon 1 di BPH
- Saudi Berencana Batasi Usia Jemaah Haji Lansia di Atas 90 Tahun pada 2025
- Kritik OCCRP, Pakar Hukum: Nominasikan Tokoh Korup Tanpa Bukti adalah Fitnah
- 5 Profil Finalis Tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024 Versi OCCRP, Jokowi Salah Satunya
- Akal Bulus BI, CSR Dialirkan ke Individu Lewat Yayasan, Ada Peran Heri Gunawan dan Satori?
- Promo Libur Akhir Tahun Alfamidi
- 85 PERSEN PROFESIONAL INGIN REFLEKSI DIRI YANG LEBIH INTERAKTIF
- ARM HA-IPB DISTRIBUSI 210 PAKET BANTUAN TAHAP 2 KE CILOPANG DAN PANGIMPUNAN, SUKABUMI
- Kenaikan Tarif PPN Menjadi 12 Persen Berpotensi Perparah Kesenjangan Ekonomi
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
0 Comments