Kontroversi! Berikut Catatan untuk Sukmawati Soekarnoputri
DAKTA.COM - Wildan Hasan, Peneliti An Nahla Institute
Saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi bertema "Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkap Radikalisme dan Berantas Terorisme" beberapa waktu lalu, Sukmawati sempat bertanya soal sosok yang berjasa merebut kemerdekaan Indonesia.
"Yang berjuang di abad 20 itu Nabi Yang Mulia Muhammad atau Insinyur Soekarno untuk kemerdekaan Indonesia?" tanyanya.
Pertanyaan Sukmawati itu bermasalah. Seolah menyatakan Soekarno lebih berjasa daripada Nabi Muhammad dan beberapa masalah lainnya. Untuk menyikapi hal itu berikut beberapa catatan yang bisa kita diskusikan bersama:
Pertama, untuk diskusi bertema tentang nasionalisme, radikalisme, dan terorisme kenapa Sukmawati harus menghubungkannya dengan sosok Nabi Muhammad? Seolah mengesahkan bahwa ketiga isu itu memang 'akrab' dengan Islam dan umat Islam sebagaimana selama ini dikampanyekan oleh pihak-pihak tertentu. Apakah diskusi itu menjustifikasi bahwa akar dari radikalisme dan terorisme adalah ajaran Nabi Muhammad (Islam)?
Kedua, membandingkan Nabi Muhammad dengan Soekarno jelas tidak tepat. Tidak apple to apple. Membandingkan Soekarno bisa dengan manusia sezaman dengannya dan memiliki peran yang sama dengannya dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Soekarno dengan Natsir, Hatta, Syahrir, Roem, Agus Salim, dan lainnya.
Ketiga, Jika harus dipaksakan membandingkan jasa Nabi Muhammad dengan Soekarno dalam perjuangan merebut kemerdekaan jelas jauh lebih berjasa Nabi Muhammad. Nusantara Indonesia ini atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa diperjuangkan kemerdekaannya oleh umat Islam. Umat Islam adalah umat Nabi Muhammad.
Jadi jika tidak ada Nabi Muhammad, tidak ada umat Islam, tidak ada kemerdekaan Indonesia. Siapa yang bisa membantah peran besar umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan ratusan tahun lamanya? Bahkan Soekarno pun adalah muslim, umatnya Nabi Muhammad sendiri.
Keempat, Sukmawati pernah tersandung dengan penistaan terhadap Cadar dan Adzan dalam puisinya "Ibu Indonesia" tahun lalu. Sukmawati dikecam hebat oleh umat Islam sampai harus datang ke MUI Pusat dan meminta maaf di depan KH. Ma'ruf Amin dan ulama lainnya.
Ketika itu, Sukmawati menyebut konde lebih cantik dari cadar dan kidung lebih merdu dari adzan. Melihat rekam jejaknya, entah kebodohan entah kebencian yang membuat Sukmawati senantiasa nyinyir kepada Islam dan yang terkait dengannya.
Kelima, harus ada di antara umat Islam menegur dan memperkarakan Sukmawati. Atau mengajarkan Islam kepadanya agar kerusakan pemikirannya tidak terus berlanjut sehingga tidak lagi memproduksi pernyataan yang kontra produktif dan mengganggu kedamaian hidup berbangsa, bernegara dan beragama. **
Editor | : | |
Sumber | : | Wildan Hasan |
- Kabupaten Bekasi Tentukan Pemimpinnya Sendiri, Sejarah Baru dan Terulangnya Pilkada 2012
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
0 Comments