Sabtu, 19/10/2019 11:28 WIB
Ini Kesalahan Terjamak Ibu Muda Mengelola Keuangan
JAKARTA, DAKTA.COM - Menurut Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozie, bukan hal baru jika perempuan mudah terpengaruh dengan lingkungan. "Biasanya, perempuan ingin mengikuti semua gaya hidup yang mereka lihat tanpa mempertimbangkan kemampuan finansialnya," ujar Prita, belum lama ini di Jakarta.
Prita ingin berbagi mengenai hal apa saja yang menjadi kesalahan keuangan pada ibu muda. Ia menggaris bawahi beberapa kesalahan keuangan yang kerap dilakukan seorang ibu baru.
Prita mengatakan, ibu baru cenderung merasa butuh dan memiliki keinginan yang sama dengan ibu lainnya. Namun, kemampuan finansialnya ternyata berbeda.
Hal ini yang paling sering terjadi karena pengaruh lingkugan ibu-ibu cenderung mengikuti keinginan tanpa membuat daftar kebutuhan yang diprioritaskan. Padahal, setiap orang memiliki kondisi finansial yang berbeda. Jika kebiasaan ini tidak segera diubah akan meyebabkan keuangan keluarga tidak sehat.
Kemudian, seorang perempuan yang baru menjadi ibu cenderung menggampangkan meminjam atau berutang. Kini kita hidup di jaman serba mudah, bahkan meminjam uang bisa dilakukan hanya dalam waktu lima menit saja. Dengan kemudahan yang ada membuat ibu-ibu kebablasan meminjam uang.
"Sekarang itu bukan jaman kartu kredit lagi tapi pinjaman online. Tanpa kita datang ketempat atau mengurus administrasi kita sudah bisa mendapatkan uang. Sehingga, kebanyakan ibu menggampangkan, berpikir semuanya juga nanti selesai dan akhirnya menumpuk," ujar Prita saat peluncuran buku 'MoneySmart Parent' di Jakarta beberapa waktu lalu.
Prita juga menyebutkan bahwa sebagian ibu muda mudah emosional. Banyak sekali ibu-ibu yang mengaitkan konsumsi dengan emosional. Mereka tidak berpikir dampak yang akan terjadi setelah melakukan kegiatan konsumtif tersebut.
Tak hanya itu, ibu muda cenderung mudah berinvestasi karena alasan pertemanan. Ibu-ibu juga sering memutuskan investasi kerana hanya berdasarkan pertemanan. Padahal sebenarnya mereka tidak mengerti tentang latar belakang investasi tersebut.
"Terkadang kita tidak menguasai investasi itu apa, kita main 'kata orang' saja. Padahal sebenarnya melakukan apapun untuk jangka panjang kita harus riset dulu," kata Prita.
Prita menambahkan, jika ingin berinvestasi, hal yang harus diperhatikan adalah jangka waktunya, kapan dana tersebut akan digunakan. Ia mencontohkan, jika investasi pendidikan sebaiknya menggunakan reksadana.
"Yang bikin males itu kan yang melakukan sendiri namun kalau bisa dibikin yang otomatis jadi lupa taunya sudah ke kumpul hasilnya. Jangan lupa dibackup dengan emas karena saat terjadi krisis kita siap dengan cadangan itu," imbuhnya.
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | Republika Online |
- BP Haji: Sesuai Perintah Presiden, Sudah ada 7 Penyidik KPK yang dilantik menjadi Eselon 2 dan 1 orang lagi akan menjadi Eselon 1 di BPH
- Saudi Berencana Batasi Usia Jemaah Haji Lansia di Atas 90 Tahun pada 2025
- Kritik OCCRP, Pakar Hukum: Nominasikan Tokoh Korup Tanpa Bukti adalah Fitnah
- 5 Profil Finalis Tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024 Versi OCCRP, Jokowi Salah Satunya
- Akal Bulus BI, CSR Dialirkan ke Individu Lewat Yayasan, Ada Peran Heri Gunawan dan Satori?
- Promo Libur Akhir Tahun Alfamidi
- 85 PERSEN PROFESIONAL INGIN REFLEKSI DIRI YANG LEBIH INTERAKTIF
- ARM HA-IPB DISTRIBUSI 210 PAKET BANTUAN TAHAP 2 KE CILOPANG DAN PANGIMPUNAN, SUKABUMI
- Kenaikan Tarif PPN Menjadi 12 Persen Berpotensi Perparah Kesenjangan Ekonomi
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
0 Comments