Ahad, 13/10/2019 09:27 WIB
Prancis dan Jerman Hentikan Penjualan Senjata ke Turki
PARIS, DAKTA.COM - Prancis dan Jerman mengumumkan pemberlakuan penghentian ekspor senjata ke Turki, Sabtu (12/10). Langkah itu diambil menyusul perang berkelanjutan Ankara terhadap Kurdi di Suriah utara.
Sebuah pernyataan bersama dari kementerian luar negeri dan pertahanan Prancis mengatakan Paris telah menangguhkan semua penjualan senjata ke Turki. Prancis menekankan serangan yang diluncurkan ke Suriah timur laut adalah ancaman bagi keamanan Eropa.
"Dengan mengharapkan akhir dari serangan ini, Prancis memutuskan menangguhkan semua rencana mengekspor senjata ke Turki yang dapat digunakan dalam serangan ofensif ini. Keputusan ini berlaku segera," kata pernyataan tersebut dilansir Press TV, Ahad (13/10).
Pengumuman tersebut dikeluarkan beberapa jam setelah Jerman juga mengatakan menangguhkan semua penjualan senjata ke Turki. Langkah Jerman pun dapat mempengaruhi pengadaan pertahanan Turki sebab negara pimpinan Recep Tayyip Erdogan itu mengimpor lebih dari 250 juta dolar AS senjata Jerman dalam setahun.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan kepada surat kabar Bild edisi Ahad (13/10), Jerman akan berhenti mengeluarkan izin baru untuk peralatan militer apa pun yang dapat digunakan Turki dalam operasinya di Suriah. Prancis dan Jerman mengatakan serangan terus ke timur laut Suriah dapat menyebabkan konsekuensi kemanusiaan yang serius.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bereaksi terhadap keputusan Jerman. Dia mengatakan langkah tersebut akan membuat Turki lebih berani melanjutkan serangan di Suriah.
Prancis mengatakan para menteri luar negeri Uni Eropa diperkirakan akan mengoordinasikan posisi mereka mengenai kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Turki dalam pertemuan di Luksemburg, Senin. Negara-negara Eropa lainnya, termasuk Finlandia, Norwegia dan Belanda juga menangguhkan penjualan senjata ke Turki menyusul serangan di Suriah.
Turki memulai operasi militernya ke wilayah-wilayah yang didominasi Kurdi di utara Suriah empat hari lalu, setelah Amerika Serikat (AS) menarik sebagian besar pasukannya dari kawasan itu. Menurut Turki, militan Kurdi yang bersekutu dengan AS dan pasukan Barat lainnya di Suriah sebagai perpanjangan dari pemberontakan Kurdi di wilayahnya sendiri.
Operasi Turki di Suriah menuai kemarahan dunia. Sejumlah negara Eropa pun warganya sampai mengadakan protes besar terhadap serangan ofensif Turki pada Sabtu. **
Editor | : | |
Sumber | : | Republika |
- Gelar Seminar Internasional Fiqh Ta’ayush, WADAH Malaysia Promosikan Hidup Berdampingan di Komuniti ASEAN
- Kondisi Terkini Gaza Utara, MER-C: Bangunan Sekolah Dibakar
- Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARIBP) Mendesak Bantuan Militer untuk Palestina
- Bayi Palestina Lahir Selamat dari Rahim Ibu yang Tewas Dibunuh Israel
- Ekonomi Israel Makin Babak Belur
- Rusia Mengingatkan Turki Agar tak Berilusi Jadi Anggota Uni Eropa
- Filipina Evakuasi Ribuan Warga Saat Topan Mawar Semakin Mendekat
- Korsel Berhasil Luncurkan Satelit Komersial Pertama Kali
- China Minta Bantuan Selamatkan 39 Awak Kapal Tenggelam, 17-nya WNI
- China Ingatkan Jepang Terkait Tanggung Jawab Limbah Nuklir Fukushima
- Madinah Siapkan Diri Sambut Jamaah Haji 2023
- Yordania Tuan Rumah Pembahasan Nasib Suriah di Liga Arab
- WHO Masih Mengidentifikasi Asal-Usul Covid-19
- Jepang Cari Dukungan G7 Untuk Pembuangan Air Olahan PLTN Fukushima
- Turki Desak AS Cabut Sanksi di Bidang Industri Pertahanan
0 Comments