Jum'at, 11/10/2019 10:32 WIB
Pengamat Intelijen Ungkap Alasan Penusukan Wiranto, Karena Kebencian?
JAKARTA, DAKTA.COM - Pengamat Terorisme dan Intelijen Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mengungkapkan kemungkinan alasan atas penyerangan kepada Menkopolhukam Wiranto yang terjadi di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10).
"Bisa saja itu pelakunya adalah orang-orang yang secara personal benci kepada Wiranto sebagai Menkopolhukam yang selama ini dianggap membuat statemen politik yang tidak nyaman bagi sebagian nalar dan nurani publik," ungkapnya dalam keterangannya kepada Dakta, Jumat (11/10).
Ia menilai, di sisi lain ada realita menarik bahwa selama ini publik gelisah dan berharap agar para pejabat atau penguasa bisa mengontrol diri dengan tidak mengeluarkan kebijakan atau pernyataan yang menyakiti hati nurani rakyat.
"Jika tidak, maka membuka keniscayaan memotivasi warga atau rakyat berbuat nekat menyerang pejabat. Pada konteks ini, dalam kajian terorisme ketika kita bisa meminjam pendekatan metode analisa yang tepat agar paham kenapa selama ini aparat keamanan atau seorang pejabat jadi target kekerasan atau teror dari segelintir atau sekelompok orang," jelasnya.
Meski begitu, ia tetap menyatakan jika aksi penusukan terhadap Wiranto perlu dikecam karena masuk ke dalam tindak kekerasan fisik. Namun, menurut Harist bisa saja kasus kriminal ini seolah menjadi sangat penting karena yang diserang adalah seorang pejabat menteri meski menjelang titik akhir jabatannya.
"Tapi jika dibandingkan dengan kasus atau tragedi aksi kekerasan lainnya yang menimpa rakyat, maka apa yang dialami Wiranto suatu hal yang kecil. Rakyat masih banyak yang lebih menderita dan butuh perhatian lebih serius. Seperti pengungsi korban gempa Ambon, pengungsi dan korban penyerangan di Wamena, korban meninggal dan luka-luka saat aksi demontrasi beberapa pekan lalu, dan lain lain," paparnya.
Ia tidak menampik kalau kejadian ini ada yang menyeret ke arah isu "terorisme" dengan munculnya narasi keterkaitan pelaku kriminal tersebut dengan kelompok tertentu yang selama ini dicap "teroris".
"Dengan begitu akan mudah memunculkan judul "Menteri Polhukam Diserang Teroris." Akhirnya akan banyak melupakan persoalan urgen lainnya dan publik diseret ke isu daur ulang yang tidak ada ujung pangkalnya," terangnya. **
Reporter | : | Warso Sunaryo |
Editor | : |
- BP Haji: Sesuai Perintah Presiden, Sudah ada 7 Penyidik KPK yang dilantik menjadi Eselon 2 dan 1 orang lagi akan menjadi Eselon 1 di BPH
- Saudi Berencana Batasi Usia Jemaah Haji Lansia di Atas 90 Tahun pada 2025
- Kritik OCCRP, Pakar Hukum: Nominasikan Tokoh Korup Tanpa Bukti adalah Fitnah
- 5 Profil Finalis Tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024 Versi OCCRP, Jokowi Salah Satunya
- Akal Bulus BI, CSR Dialirkan ke Individu Lewat Yayasan, Ada Peran Heri Gunawan dan Satori?
- Promo Libur Akhir Tahun Alfamidi
- 85 PERSEN PROFESIONAL INGIN REFLEKSI DIRI YANG LEBIH INTERAKTIF
- ARM HA-IPB DISTRIBUSI 210 PAKET BANTUAN TAHAP 2 KE CILOPANG DAN PANGIMPUNAN, SUKABUMI
- Kenaikan Tarif PPN Menjadi 12 Persen Berpotensi Perparah Kesenjangan Ekonomi
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
0 Comments