Nasional / Politik dan Pemerintahan /
Follow daktacom Like Like
Senin, 16/09/2019 06:31 WIB

Buy Muslim First di Malaysia, Gerakan Melawan Monopoli Perdagangan Cina

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, KH Didin Hafidhuddin (istimewa)
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, KH Didin Hafidhuddin (istimewa)
BOGOR, DAKTA.COM - Gerakan Buy Muslim First di Malaysia saat ini sedang marak diperbincangkan. Melalui kabar yang tersebar di media sosial, gerakan ini berhasil meningkatkan perekonomian pengusaha Muslim di Malaysia. Gerakan tersebut merupakan upaya rakyat Malaysia khususnya Muslim dan Melayu dalam melawan monopoli perdagangan oleh pengusaha Cina di Malaysia.
 
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS.c yang selalu menyuarakan penguatan ekonomi umat merespon positif gerakan mengutamakan membeli produk Muslim tersebut.
 
“Sebagai Muslim, kita harus selalu berusaha memakan produk yang bersih dan halal, dan itu harus diproduksi dengan cara yang halal dan bersih oleh orang-orang yang bersih, tentunya orang-orang yang beriman,” ujar Kiai Didin di Bogor, Ahad (15/9).
 
Menurut Kiai Didin, dari aspek ekonomi gerakan jual beli produk halal sesama Muslim ini akan menguatkan ekonomi umat. 
 
“Lalu kenapa ekonomi kita sekarang ini kurang kuat, karena sebagian kita masih belum peduli bagaimana perjalanan konsumsi itu, sebagian dari kita tidak peduli dari siapapun produknya. Padahal kita harus punya kesadaran bersama bahwa kita hanya mau mengonsumsi dari produk orang-orang Mukmin,” tegasnya.
 
Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) itu menjelaskan bahwa dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Kami adalah kaum yang tidak pernah mengonsumsi kecuali dari makanan orang-orang yang bertakwa."
 
Terkait gerakan Buy Muslim First di Malaysia, menurut Kiai Didin, gerakan tersebut dilandasi akan kesadaran agama untuk memajukan ekonomi umat.
 
“Jadi di Malaysia kesadaran agamanya luar biasa walaupun di sana tidak terlalu banyak regulasi tetapi dengan kesadaran dan ini dampaknya luar biasa. Membuat kelabakan mereka-mereka yang tidak memperhatikan produksi makanan halal,” ungkapnya.
 
Sementara itu di Indonesia, Kiai Didin menyoroti tentang beredarnya kabar bolehnya daging impor yang masuk tanpa sertifikasi halal, hal tersebut akibat kekalahan pemerintah dari tuntutan Brazil dalam sidang Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (DSB WTO).
 
“Kita khawatir nanti segala macam itu boleh masuk, makanya gerakan masyarakat untuk menolak yang tidak halal perlu dilakukan,” tandasnya. **
 
Reporter :
Editor :
- Dilihat 4679 Kali
Berita Terkait

0 Comments