Menyikap Tabir Hikmah Idul Adha Bersama KH Mas Mansyur
DAKTA.COM - Oleh : M. Arsyad Arifi
Idul ِ Adha adalah hari raya kedua dalam Islam yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya. Idul Adha terjadi 2 bulan setelah lebaran Idul Fitri yang jatuh tepat pada 1 Syawal.
Maka dari itu momen Idul Adha merupakan momen yang sangat penting bagi Umat Islam. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW dari Anas Radhiyallahu'anhu seraya berkata,
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)”. (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178.)
Sudah sepatutnya kita bersuka cita dan bergembira dengan adanya hari raya ini. Akan tetapi dibalik suka cita tersebut, Idul Adha menyimpan makna tersembunyi yang dengannya orang-orang bisa merasakan cahaya Islam.
Hal ini patut diketahui oleh Umat Islam. KH Mas Mansyur sebagai sesosok ulama tulen yang lahir dari rahim Persyarikatan Muhammadiyah dan juga Pahlawan Nasional, telah mengupas hikmah yang tersirat dalam Idul Adha ini. Soebagijo IN dalam bukunya, "Mas Mansyur Islam Indonesia", menjelaskan bahwasannya menurut KH. Mas Mansyur ada tiga kelompok tanggal yang menyiratkan makna perayaan Idul Adha ini yaitu :
1. 9 Dzulhijjah
Pada tanggal itu dilaksanakan ibadah wuquf di Arafah. Dapat diketahui bahwasannya wuquf adalah jantungnya ibadah haji. Maka dari itu Idul Adha juga disebut lebaran haji.
KH Mas Mansyur menerangkan bahwasannya hari itu adalah hari berkumpulnya kaum muslimin dari segala penjuru di tanah suci. Mereka mempunyai maksud yang sama hendak menunaikan perintah Allah yakni Ibadah haji. Pakaian ihram yang harus dikenakan oleh siapa saja baik bangsawan atau rakyat jelata dengan bentuk yang sama, menunjukkan bahwa dalam Islam terdapat persatuan yang agung tidak memandang perbedaan ras, warna kulit, maupun jabatan. Itulah hikmah yang pertama.
2. 10 Dzulhijjah
Setelah kaum muslimin melakukan Shalat Idul Adha diadakan penyembelihan qurban. Maka dari itu Idul Adha disebut juga Idul Qurban. KH Mas Mansyur menjelaskan dalam ritual qurban kita belajar untuk benar-benar berkurban. Berkurban merupakan cara kita meneladani kisah Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya Nabi Ismail sepert yang termaktub dalam Surat Ash-Shaffat ayat 99-111. Peristiwa ini adalah ujian Allah pada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, menunjukkan akan kecintaan Ibrahim pada Rabbnya. Allah menguji Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, diperintahkan untuk disembelih.
Akhirnya, Allah mengganti dengan domba yang besar sebagai tebusan. Ibrahim bukan menyembelih Isma’il, namun menyembelih seekor domba. Itulah balasan bagi orang yang berbuat ihsan. Itulah Ibrahim yang merupakan bagian dari orang beriman. Orang yang berbuat ihsan di sini yang dimaksud adalah orang yang berbuat ihsan dalam ibadah, yang mendahulukan ridha Allah daripada syahwat. Arti pengorbanan inilah yang menjadi hikmah yang kedua.
3. 11-13 Dzulhijjah
Pada Hari Tasyriq ini merupakan hari pelemparan jumrah sebagai ibarat melempar syetan yang senantiasa menggoda manusia seperti yang di sabdakan Rasulullah SAW, Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma saat menceritakan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
Dari Ibnu Abbas radhiyallallahu’anhuma, beliau menisbatkan pernyataan ini kepada Nabi, “Ketika Ibrahim kekasih Allah melakukan ibadah haji, tiba-tiba Iblis menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah’Aqobah. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga iblis itupun masuk ke tanah . Iblis itu menampakkan dirinya kembali di jumrah yang kedua. Lalu Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil, hingga iblis itupun masuk ke tanah. Kemudian Iblis menampakkan dirinya kembali di jumrah ketiga. Lalu Ibrahim pun melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga iblis itu masuk ke tanah“.
Ibnu Abbas kemudian mengatakan,“Kalian merajam setan, bersamaan dengan itu (dengan melempar jumrah) kalian mengikuti agama ayah kalian Ibrahim“. (HR Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim)
usaha pengusiran syetan inilah yang menjadi hikmah ketiga. KH. Mas Mansyur menyimpulkan bahwa dalam Idul Adha terdapat spirit persatuan dan pengorbanan, akan tetapi semua itu tak akan berhasil tanpa diiringi usaha pengusiran syetan yang senantiasa menggoda manusia untuk memenuhi hawa nafsu.
Tiga hikmah inilah yang menjadi pilar spirit kehidupan untuk menyongsong masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah SWT. Wallahua'lambishawab
Editor | : | |
Sumber | : | M. Arsyad Arifi |
- Kabupaten Bekasi Tentukan Pemimpinnya Sendiri, Sejarah Baru dan Terulangnya Pilkada 2012
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
0 Comments