Bekasi / Kota /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 23/07/2015 11:05 WIB

Pengamanan Gereja di Kota Bekasi Berlebihan

Kapolres Bekasi kota Daniel Blly Tifaona   Copy
Kapolres Bekasi kota Daniel Blly Tifaona Copy

BEKASI_DAKTACOM: Ketua MIUMI Kota Bekasi, Wildan Hasan, menilai sikap Polresta Bekasi Kota melakukan pengamanan terhadap 228 gereja di kota Bekasi sebagai sangat berlebihan. Karena pada kenyataannya, gereja di Bekasi aman-aman saja. Apa yang dikhawatirkan Kapolreta Bekasi, Kombes Pol Daniel Bolly Tifaona, kemungkinan akan terjadi gangguan terhadap gereja di kota Bekasi pasca penyerangan umat Islam yang sedang shalat Idul Fitri di Tolikara, Papu, tidak akan terjadi.


"Saya melihat pengemanan gereja yang menurunkan 10 personil setiap gereja sebagai hal yang berlebihan" kata Wildan Hasan, saat berbincang dengan Ahmad Fauzi, dari Radio Dakta, Kamis (23/7/15).


Malah menurutnya dengan pengamanan yang berlebihan itu dikhawatirkan justru memunculkan provokator. Ini bisa berbahaya, jika provokator masuk. Bukan tak mungkin aksi pengamanan berlebihan itu malah mengakibatkan  kontra produktif.


Seperti diberitakan, pasca penyerangan terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri, dan pembakaran Masjid Baitul Muttaqin, serta kios milik umat Islam di Tolikara, Papua, pada 1 syawal 1436 H,/ 17 Juli 2015, Mapolres Bekasi kota langsung melakukan pengamanan terhadap gereja-gereja dengan mengerahkan personil polisi untuk mengamankan 228 gereja di kota Bekasi.


Kapolres Bekasi Kota Daniel Blly Tifaona, juga melakukan koodinasi dengan tokoh-tokoh agama, agar dampak pembakaran masjid di Tolikara tak berimbas di kota Bekasi dengan melampiaskan dendam dengan membakar gereja.


Menurut Daniel Bolly, berdasarkan analisa intelijen, ada tiga gereja beserta Yayasan yang masuk kategori rawan, yaitu gereja Katolik di Mangseng di Bekasi Utara, gereja katolik di Jatisampurna dan  gereja Santa Clara dan Yayasan Pelajar.

Reporter : Warso Sunaryo
Editor :
- Dilihat 2123 Kali
Berita Terkait

0 Comments