DAKTA.COM - Oleh: Zainut Tauhid Sa'adi (Waketum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Pertemuan terakhir saya dengan Mbah Maimoen pada hari Sabtu, 27 Juli 2019 di Jakarta sehari sebelum beliau berangkat ke Tanah Suci Makkah Al Mukaramah untuk menunaikan ibadah haji.
Niat saya untuk "sowan" beliau hanya ingin "ngalap barokah" (mohon doa) karena doa orang yang sedang menunaikan perjalanan apalagi untuk menunaikan ibadah haji sangat maqbul didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT.
Jadi saya berpikir mungkin waktunya cukup singkat dan saya juga mempertimbangkan kesehatan beliau agar bisa istirahat karena esok hari (Ahad, 28 Juli 2019) akan melaksanakan perjalanan yang sangat panjang. Namun ternyata perkiraan saya salah, karena saya diterima beliau cukup lama hampir 2 jam.
Banyak nasihat dan pesan beliau kepada saya utamanya terkait dengan dua hal, yaitu masalah PPP dan MUI. Terkait dengan masalah PPP beliau berpesan agar eksistensi partai ini harus dijaga dan dipelihara. PPP meskipun kecil tetapi keberadaannya harus tetap dipertahankan karena memiliki misi yang sangat mulia yaitu menunaikan tugas amar ma'ruf nahi munkar, yakni mengajak umat manusia kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.
Tugas tersebut memang tidak harus dilaksanakan oleh banyak orang tetapi dari yang sedikit itu dapat menggugurkan kewajiban umat Islam lainnya. Karena pertimbangan tersebutlah beliau tetap istiqomah (tetap) berada di PPP.
Kedua, beliau berpesan agar MUI terus menjadi organisasi yang menebarkan nilai-nilai Islam yang damai, Islam rahmatan lil alamin, yang dapat menjaga hubungan harmonis baik sesama umat Islam, umat beragama lain maupun hubungannya dengan pemerintah. MUI harus menjadi pemersatu umat Islam dan bangsa Indonesia.
"Indonesia itu negara yang memiliki keistimewaan, meskipun beragam suku bangsanya tetapi bisa bersatu dan umat Islam harus menjadi simpul pemersatunya," pesan beliau kepada saya.
Dua jam bersama beliau terasa sangat singkat, banyak petuah emas yang mengalir begitu sarat dengan makna.
Simbah Maimun, begitu saya memanggil beliau, bukan saja seorang ulama yang memiliki kedalaman ilmu dan kearifan tetapi juga menjadi teladan (uswah hasanah) bukan hanya bagi santrinya tetapi juga bagi masyarakat Indonesia. Beliau adalah guru bangsa yang selalu mengajarkan pentingnya makna persatuan, kebhinnekaan, dan toleransi.
Di usia senjanya beliau tidak pernah lelah untuk berdakwah menyampaikan pesan-pesan damai dan menyejukkan. Tidak pernah berhenti memikirkan nasib umat, bangsa, dan negara.
Di akhir perjalanan hidupnya, beliau masih sempat memikirkan nasib partai yang selama ini dijadikan sebagai tempat pengabdiannya untuk berdakwah. Dan menitipkan harapan kepada MUI agar menjadi wadah yang terus mengembangkan nilai-nilai Islam wasathiyah.
Mbah Maimun telah menyempurnakan semua pengabdiannya untuk umat dan bangsa Indonesia dengan amal saleh dan keteladanan yang sangat mulia. Semoga Allah SWT meridhoinya dan menjadikan akhir perjalanan hidupnya menjadi husnul khatimah dan memberikan pahala surga bersama para kekasih-Nya. **
Reporter | : | |
Editor | : | |
Sumber | : | Zainut Tauhid |
- Kabupaten Bekasi Tentukan Pemimpinnya Sendiri, Sejarah Baru dan Terulangnya Pilkada 2012
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
0 Comments