Kamis, 25/07/2019 16:13 WIB
Imajinasi Edukasi dalam Dua Garis Biru
DAKTA.COM - Oleh: Nursaroh Hidayanti (Mahasiswa IPB University)
Dua garis biru, film yang menggambarkan kehidupan remaja dengan pergaulan bebas hingga hamil diluar nikah. Film kontroversi ini, katanya menggambarkan program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan dalih sex education remaja. Padahal tidak ada jaminan orang yang menonton, terutama remaja tidak mencontoh kejadian di film tersebut.
Tak pernah ada yang menjamin bahwa setiap penonton adalah para pengamat, yang dapat memilah setiap perbuatan yang layak ataupun tidak. Bagaimana kalau dia hanya sebagai penikmat? Yang tentunya hanya menikmati setiap adegan dan dengan mudah dia akan mencontoh apa yang dia tonton.
Faktanya gaya hidup orang saat ini banyak mencontoh apa yang ada di film. Kondisi demikian diperkuat oleh hasil penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk melakukan apa yang telah ditonton, khususnya remaja untuk meniru berbagai adegan dalam film ini.
Berbagai kondisi ini disebabkan oleh ketidakfahaman masyarakat dalam memandang edukasi seks yang sebenarnya. Dalam Islam, edukasi seks sebenarnya secara tidak langsung diajarkan melalui aturan-aturan yang Allah tetapkan, mulai dari menundukkan pandangan, menjaga interaksi, menutup aurat, dan masih banyak lagi.
Namun demikian, sistem yang begitu menjanjikan malah dibuang dan digantikan dengan sistem barat yang sembarangan. Pendidikan ala Barat dengan mempertontonkan berbagai adegan vulgar, cara perlindungannya, serta sebab akibatnya dinilai lebih relevan pada zamannya. Akibatnya, yang terjadi bukan penjagaan naluri seksual, tetapi malah memunculkan naluri tersebut sebab dipicunya lewat berbagai tontonan. Sungguh memprihatinkan!
Bukan hanya itu, peran strategis media sebagai sarana informasi dan edukasi kini mulai terampas dan berubah menjadi ajang bisnis. Media tidak lagi lurus sesuai jalannya dan mulai teracuni fungsinya. Semua ini tidak lepas dari pengaruh kehidupan kapitalis. Sistem Kapitalis yang menjunjung tinggi nilai materi akan langsung menayangkan apapun yang dinilai menjanjikan keuntungan, walaupun tidak sesuai dengan syariat Islam. **
Editor | : | |
Sumber | : | Nursaroh Hidayanti |
- Kabupaten Bekasi Tentukan Pemimpinnya Sendiri, Sejarah Baru dan Terulangnya Pilkada 2012
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
0 Comments