Selasa, 02/07/2019 17:21 WIB
Kenapa Kualitas Udara di Jakarta Buruk?
JAKARTA, DAKTA.COM - Berdasarkan data dari Air Quality Index (AQI) bahwa kondisi udara di Jakarta dalam status unhealthy atau tidak sehat karena menyentuh angka 164 hingga 151 – 200. Secara visual, Jakarta masuk dalam ranar empat kota dengan kondisi udara terburuk setelah Dubai, Newdelhi, dan Santiago.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta, Tubagus Soleh Ahmadi menjelaskan, Nilai Ambang Batas (NAB) adalah Batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien yakni PM2.5 = 65 ugram/m3.
Dari ukuran itu, Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan kualitas udara Jakarta sudah melewati ambang batas dari PM 2,5 tersebut. Ia menambahkan selama tiga bulan, warga Jakarta terpapar oleh udara yang buruk.
“Setiap harinya, kita terpapar oleh udara yang buruk dan tidak pernah memiliki hari yang baik dalam aktivitas sehari-hari (dari segi udara),” ujar Tubagus kepada Dakta, Senin (1/7).
Tubagus mengatakan, penyebab dari buruknya kualitas udara di Jakarta, salah satunya dari segi udara lintas batas. Ia menjelaskan udara lintas batas dipengaruhi oleh angin yang berasal dari kota lain.
“Maksudnya udara lintas batas adalah pengaruh arah angin dimana bila di kota lain menghasilkan polusi dan arah anginnya ke Jakarta, maka polusi tersebut akan turut terbawa hingga ke Jakarta. Sehingga menambah tingkat polusi di Jakarta,” jelasnya.
Tubagus juga membenarkan bahwa kondisi polusi udara di Jakarta yang buruk, salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang buruk.
"Kita kan membakar BBM ya, bensin dan solar di Jakarta itu merupakan kurang lebih 80 persen konsumsi Jabodetabek yang dibakar di Jakarta," tutur Tubagus.
"Bakar BBM itu apa artinya? Ada residu. Residunya itu menjadi sumber pencemaran udara," imbuhnya.
Secara keseluruhan, menurut Tubagus, kualitas BBM memang belum bagus.
"Sekarang BBM kita kualitasnya secara lingkungan istilahnya ya belum begitu baguslah. Semua jenis. Yang paling bagus itu Pertamax," ujarnya.
Namun, kata Tubagus, kebijakan tersebut tidaklah berada dalam kewenangannya.
"Kita memohon ke pemerintah pusat karena energy policy itu adanya di pemerintah. Kualitas BBM itu bukan domainnya Pemda, apalagi cuma dinas," ujar Tubagus.
Berbagai macam penyakit itu mulai dari infeksi saluran pernapasan (ISPA), jantung, paru-paru, risiko kematian dini, sampai kanker. Hal itu karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya.
Tubagus mengatakan, selama ini belum ada aturan mengenai sumber emisi yang menyebabkan polusi udara. "Harus ada peraturannya. Peraturannya bukan hanya di Jakarta, udara ini kan ada dua peraturan ya. Di pusat ini terlalu longgar," kata Tubagus.
Padahal, emisi yang mencemari udara tak hanya berasal dari kendaraan tetapi juga kegiatan industri. Sedangkan, menurut dia, belum ada peraturan yang membatasi pelaku industri agar tidak menyumbang polusi bagi udara Jakarta.
Masyarakat di anjurkan beralih menggunakan transportasi umum dari kendaraan pribadinya. Di samping itu, harus ada upaya yang signifikan menurunkan angka polusi udara di Ibu Kota. **
Editor | : | |
Sumber | : | Radio Dakta |
- BP Haji: Sesuai Perintah Presiden, Sudah ada 7 Penyidik KPK yang dilantik menjadi Eselon 2 dan 1 orang lagi akan menjadi Eselon 1 di BPH
- Saudi Berencana Batasi Usia Jemaah Haji Lansia di Atas 90 Tahun pada 2025
- Kritik OCCRP, Pakar Hukum: Nominasikan Tokoh Korup Tanpa Bukti adalah Fitnah
- 5 Profil Finalis Tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024 Versi OCCRP, Jokowi Salah Satunya
- Akal Bulus BI, CSR Dialirkan ke Individu Lewat Yayasan, Ada Peran Heri Gunawan dan Satori?
- Promo Libur Akhir Tahun Alfamidi
- 85 PERSEN PROFESIONAL INGIN REFLEKSI DIRI YANG LEBIH INTERAKTIF
- ARM HA-IPB DISTRIBUSI 210 PAKET BANTUAN TAHAP 2 KE CILOPANG DAN PANGIMPUNAN, SUKABUMI
- Kenaikan Tarif PPN Menjadi 12 Persen Berpotensi Perparah Kesenjangan Ekonomi
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
0 Comments