Opini /
Follow daktacom Like Like
Ahad, 17/02/2019 11:27 WIB

Peran Muslimah Zaman Now

Ilustrasi Muslimah
Ilustrasi Muslimah
DAKTA.COM - Oleh: Ummu Azkia Fachrina
 
Entah siapa yang pertama kali dan di mana dimunculkan, istilah zaman now saat ini menjadi booming dalam setiap kesempatan dan berbagai kondisi serta kerap disandingkan dengan berbagai kata termasuk Muslimah zaman now yang secara harfiahnya berdasarkan ilmu linguistik dapat diartikan sebagai Muslimah masa kini.
 
Zaman now menjadi trending topic dalam berbagai fakta kehidupan. Fakta hidup di mana manusia saat ini baik sadar atau pun tidak, dibelenggu oleh sistem kapitalis yang menggurita. Sistem yang menjadikan manusia tidak terkecuali kaum perempuan diseret dalam gaya hidup hedonis yang dicengkeram oleh pemisahan agama dari kehidupan, sampai akhirnya kaum perempuan keluar dari fithrahnya di mana perputaran tuntutan hidup kapitalis memelintir akses perempuan di ranah publik dalam kehidupan sosial dan ekonominya.
 
Peningkatan jumlah perempuan yang mencari nafkah dalam berbagai bidang pada zaman now cukup fantastis. Di berbagai media perempuan menjadi ikon iklan di bawah prinsip ekonomi pasar. Segala sesuatu dari tubuh perempuan dapat dijual, diekspose bagaikan barang di etalase termasuk tubuh, darah, organ, dan kemampuan reproduktif, lingkungan alam yang tidak dimiliki oleh siapapun, pendidikan, informasi, riset ilmiah, agama, kesenian dan khususnya seksualitas perempuan menjadi "produk”  yang memetik keuntungan besar. 
 
Kondisi ini menggambarkan bagaimana perempuan tidak terkecuali Muslimah dijauhkan dari posisinya yang sudah dimuliakan Islam ke dalam jurang kehinaan.
 
Kapitalisasi menjadi sangat eksploitatif dan menjerat. Lalu masihkah kita berharap pada penjerat yang sudah melibas norma kemuliaan yang terdefinisi dalam hidup perempuan seperti dalam pandangan Islam, di mana Islam telah menyemat kuat martabat hebat dalam diri perempuan dan Islam pun menuntun perempuan mulia sebagai muslimah dengan berbagai posisi yang ada pada dirinya.
 
Begitu strategisnya peran perempuan dan ini tidak bisa dianggap remeh. Karena perempuanlah yang akan mencetak generasi-generasi penerus bangsa. Muslimah-muslimahlah yang seharusnya faham akan perannya dalam jagat kehidupan zaman now dalam melahirkan generasi-generasi zaman now.
 
Bisa dibayangkan bagaimana kondisi generasi zaman now jika prioritas perempuan tidak terkecuali Muslimah adalah keluar rumah untuk berkarir mengejar kesetaraan agar dianggap sejajar dengan laki-laki, padahal apa yang diusahakannya hanya bersifat sunnah atau bahkan mubah yang tidak memiliki nilai pahala disisi Allah SWT.
 
Sisi kewajibannya sebagai pendidik bagi anak-anaknya terabaikan. Ditambah lagi dengan kondisi anak-anak zaman now yang jauh dari akhlak Islami, tidak memprioritaskan setiap perbuatannya terikat hukum syara, bahkan tidak sedikit yang melanggar hukum-hukum Allah SWT dan ini ditopang oleh sistem yang tidak berpihak kepada Islam yaitu Kapitalis-Sekulerisme yang membolehkan tanpa ada batasan. Jadi wajar jika kita melihat kondisi zaman now sangat rusak.
 
Sesungguhnya jauh sebelum adanya zaman now - zaman old- sudah banyak fakta bagaimana Islam mengatur perempuan sesuai dengan fithrahya sebagai wanita. Tidak ada paksaan namun menuntun perempuan menjadi termuliakan dan melahirkan generasi-generasi hebat dan mulia pada saat perempuan kembali pada fithrahnya untuk taqwa pada-Nya.
 
Muslimah dimuliakan dengan fithrah yang senantiasa menghambakan dirinya kepada Allah SWT, sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya,  sebagai pendamping setia suaminya yang menjaga kehormatan dirinya, dan sebagai bagian dari masyarakatnya yang senantiasa berkontribusi positif kreatif dan inovatif dalam koridor aturan Islam. Dan inilah peran yang sesungguhnya bagi Muslimah zaman now di era kapitalis global untuk menyelamatkan dunia agar tetap berada konsepnya yang haq yaitu Islam yang rahmatan lil 'aalamiin.
 
Janganlah Muslimah zaman now kembali menjadi primitif penuh dengan kejahiliyahan. Bercerminlah pada wanita pada masa Rasulullah SAW yang tidak pernah ketinggalan memberikan kontribusi, peran dan tanggungjawab. Mereka yang selalu ikut berlomba meraih kebaikan, meskipun mereka juga sibuk sebagai ibu rumah tangga. Sosok Khadijah, Aisyah, Fatimah, Nusaybah, dan sosok sosok shahabiyah lainnya, mereka tidak alfa untuk senantiasa belajar dan bertanya kepada Rasulullah SAW agar mereka menjadi makhluk yang layak sebagai khairu ummah.
 
Muslimah zaman now harus berjuang untuk mengembalikan posisi khairu ummah yang sudah disematkan padanya. Tentunya ini akan bisa terwujud jika peran Muslimah digelorakan kembali sebagaimana saat Islam menaungi, peran yang harus difahami dengan sikap qona'ah dan istiqomah. 
 
Peran yang akan menyelamatkan Islam dan generasi Islam. Dan inilah peran tersebut: Pertama, Muslimah yang menghambakan diri kepada Allah adalah Muslimah yang berpengetahuan, berakhlak mulia, faham melayani suami serta mengasihi dan mendidik anak-anak ke jalan hidup yang dikehendaki oleh Allah dan mentauladani sunnah Rasulullah SAW dan selalu menjaga kehormatan dirinya. Seperti sabda Nabi saw:
 
 
"Sebaik-baik wanita ialah perempuan yang apabila engkau memandangnya ia menyukakan hati dan mentaati apabila engkau memerintah, dan apabila engkau tidak ada ia menjaga harta engkau dan memelihara dirinya."
 
Dengan memahami ini maka Muslimah tidak lagi menghamba pada dunia yang mataa'ul ghurur (menipu) yang mataa'un Qoliil (sedikit) yang mengeksploitasi diri dan menghancurkan  diri ke dalam jurang kehinaan.
 
Kedua, Muslimah sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Muslimah takut jika mengabaikan peran ini. Sebagaimana firman Allah SWT:
 
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" (QS. An-Nisa 4:9).
 
Dengan memahami ini muslimah tidak akan lalai dalam mencetak generasi rabbani yang tangguh di zaman now. Muslimah akan senantiasa mendidik putra-putrinya agar mengenal Allah dan taat pada-Nya, agar gemar membaca dan menghapal kalam-Nya. Muslimah selalu mengajarkan mereka mencintai Rasulullah dan meneladani beliau, membekali dengan akhlak imani, mencintai sesama, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dan yang selalu menjaga haq para ulama. Sehingga akan bermunculan kembali Khonsa-Khonsa yang mencetak para syuhada.
 
Ketiga, Muslimah sebagai pendamping setia suaminya.
 
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu." (QS. Al-Baqarah:187).
 
Dengan memahami ini Muslimah akan menjaga kelanggengan pernikahan  yang selalu diiringi rasa cinta, yang mampu mendorong muslimah untuk melakukan pekerjaan yang begitu banyak, baik yang berkaitan dengan materi maupun maknawi dan menjadikan dirinya motivator bagi suami untuk senantiasa berjalan di jalan Allah sehingga pada akhirnya bersama sama bisa menghadapi tantangan zaman now dengan pandangan mulia yang mengarah pada terwujudnya peradaban cemerlang yang mendunia.
 
Keempat, Muslimah sebagai bagian dari masyarakat, di mana sesungguhnya perbaikan separuh dari jumlah masyarakat yang ada, bahkan sebagian besarnya tidak akan pernah bisa dipisahkan dari peran wanita. Peran wanita tidak bisa dinafikan dalam memperbaiki masyarakatnya. Dan ini hanya bisa muncul dari muslimah-Muslimah yang shalih, fasih dan faqih fiddiin dan penuh hikmah, sebagaimana firman Allah SWT:
 
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah: 269).
 
Dan juga firmanNya:
 
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-Nahl:125).
 
Ini semua untuk menunjukkan bahwa muslimah adalah khaira ummah. Maka dia selalu membuktikannya dengan mereposisi perannya utk kembali pada fithrahNya yang senantiasa ber'amar ma'ruf nahyi munkar dan selalu progressif untuk berfastabiiqul khairaat dalam hal apa pun. Baik dalam dunia nyata maupun dunia maya (bermediasosial). Karena kita adalah khaira ummah seperti dalam firmanNya:
 
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Ali Imran:110).
 
Wajarlah jika  kita pernah mendengar atau membaca sejarah dibalik sukses dan terkenalnya ilmuwan-ilmuwan Islam, pejuang-pejuang Islam atau para ulama besar perawi hadits yang hingga saat ini bisa kita manfaatkan hasil karya mereka mereka adalah generasi-generasi cemerlang yang terlahir dari para wanita, muslimah, yang telah memainkan peran-peran tersebut di atas dengan paripurna.
 
Para ibu pencetak generasi sekaliber shahabat Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra, Ali ra, Shalahuddin al Ayyubi, Mohambad Al Fatih, Imam Assyafii'  dan ulama ulama syarif yang lainnya, semoga kasih sayang Allah selalu untuk mereka. 
 
Bukan pencetak generasi penikmat lezat dunia yang serba hedonis yang melahirkan generasi pemabuk, penjudi, pezina dan penggemar ma'shiyat. Suka dunia jauh dari 'amal akhirat. Naudzu billaahi min dzaalik.
 
Ya demikianlah, keberhasilan Islam dalam membentuk kepribadian anak tidak akan pernah lepas dari bagaimana peran perempuan dalam mendidik dan mengurus anak-anaknya. Pepatah mengatakan perempuan itu adalah tiang Negara, jika rusak perempuannya maka tunggulah ambruk Negara tersebut. 
 
Dan Muslimah zaman now haruslah segera mengembalikan peran-peran mulia tersebut di atas. Begitu strategisnya peran perempuan sehingga peranannya tidak bisa ditunda-tunda lagi.  Karena perempuanlah yang akan mencetak generasi-generasi penyangga peradaban cemerlang.
 
Dan Muslimah yang faham terhadap peran-perannya ini sajalah yang mampu dan harus bersinergi untuk mengokohkan peran-perannya agar sesuai dengan Islam sesuai aturan Allah sehingga mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang muncul di zaman now.
 
Jika faktanya dizaman now muslimah  itu sudah banyak keluar dari fitrahnya, maka sudah saatnya  perempuan pada umumnya Muslimah pada khususnya untuk kembali kepada fitrahnya sebagai perempuan pendidik generasi yang mampu melahirkan ksatria-ksatria seperti Muhammad Al Fatih, Shaluddin Al Ayyubi, dan imam-imam besar lainnya, semua itu tentunya harus dibarengi dengan ilmu Islam yang mumpuni sehingga mampu memahami percaturan kehidupan dari sisi mana pun, baik itu kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan mau pun politik agar hidup yang saat ini dicengkeram oleh belenggu busuknya sistem kapitalis dan racun-racun sekuler yang bersifat internasional mampu diurai dan dilawan dengan kekuatan 
 
Muslimah zaman now yang kembali pada fithrahnya sebagai hambaNya yang taqwa yang memahami bahwa tugasnya adalah ma'bud ilallaah dengan mengemban dakwah Islam dalam rangka mengajak dan menyadarkan manusia untuk mengembalikan kejayaan Islam yang sudah Allah janjikan kemenangannya. Isy kariiman au mutt syahiidan. **
Editor :
Sumber : Ummu Azkia Fachrina
- Dilihat 17421 Kali
Berita Terkait

0 Comments