Inggris Ingatkan Serangan di Tunisia Dapat Berulang
LONDON_DAKTACOM: Inggris mengingatkan pemerintah Tunisia bahwa serangan pria bersenjata yang menewaskan 39 orang di sebuah hotel wisata di kota Sousse, Tunisia, kemungkinan bukan menjadi yang terakhir.
"(Serangan mungkin dilakukan) individu yang tak dikenal pemerintah dan terinspirasi oleh kelompok militan atau teroris dari media sosial," ujar pejabat Luar Negeri dalam sebuah siaran peringatan perjalanan, dikutip Reuters.
Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon dan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond seperti dikutip dari surat kabar lokal, Ahad (28/6), menyatakan pembunuhan terhadap warga Tunisia akan mempengaruhi pertahanan dan keamanan Inggris tahun ini.
Selain itu, insiden ini juga sekaligus mempertegas tekad London dalam menangani 'narasi racun ekstremis Islam'.
Sejauh ini, korban tewas asal Inggris dilaporkan berjumlah 15 orang. Selain itu, terdapat pula warga negara Jerman, Belgia, dan Irlandia yang juga menjadi korban, menurut laporan petugas medis setempat.
Pada Sabtu lalu, pemerintah Tunisia telah mengevakuasi ribuan wisatawan asing dari berbagai negara Eropa dengan bantuan agen perjalanan wisata.
Langkah tersebut diambil guna mencegah kemungkinan buruk menyusul insiden penembakan di Imperial Marhaba Hotel, Jumat lalu.
Pihak kepolisian Tunisia telah berhasil mengidentifikasi pelaku serangan tersebut. Pelaku diketahui bernama Saifeddine Rezgui, mahasiswa teknik elektro yang berusia 23 tahun.
Rezgui tewas dalam baku tembak dengan polisi, Jumat lalu. Jasadnya ditemukan tergeletak dengan senapan Kalashnikov dan sejumlah bahan peledak di tubuhnya.
Belum banyak informasi yang beredar soal Rezgui, serta apa motif dari serangan tersebut. Belum diketahui juga tentang hubungan Rezgui dengan kelompok militan ISIS.
Namun, ISIS yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut itu memublikasi nama yang berbeda dengan yang dipublikasi kepolisian Tunisia.
Reuters memberitakan ISIS mengklaim bahwa pelaku bernama Abu Yihya al-Kairouni. Sementara itu CNN melaporkan bahwa ISIS menyebut sang pelaku dengan nama Abu Yahya al-Qirawani. Klaim tersebut belum mendapat konfirmasi dari pertugas keamanan setempat.
Radio setempat menyatakan bahwa polisi telah menangkap terduga pelaku kedua, namun hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi tentang itu. Belum diketahui juga peran pelaku kedua dalam serangan ini.
Serangan yang terjadi itu adalah menjadi serangan teror dengan jumlah besar korban kedua yang terjadi tahun ini. Sebelumnya ada serangan di Museum Bardo di ibu kota Tunis yang menewaskan 21 wisatawan asing.
Serangan ini terjadi hampir bersamaan dengan serangan pemenggalan kepala di pabrik gas di Saint-Quentin-Fallavier di sebelah tenggara Perancis dan pengeboman bunuh diri di masjid Syiah di Kuwait ketika salat Jumat.
Editor | : | |
Sumber | : | CNN Indonesia |
- Jerman Tolak Usulan Larangan Visa Turis untuk Warga Rusia
- Balas Zelensky, Suriah Putus Hubungan Diplomatik dengan Ukraina
- Erdogan Ambil Sikap atas Penyerangan Masjid Al Aqsa Oleh Israel
- Uni Eropa: Militer Rusia Bertanggung Jawab Atas Kelangkaan Pangan Global
- Qatar Alokasikan Dana Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Ukraina
- Sekjen NATO: Pembunuhan Sipil di Bucha, Ukraina adalah Kebrutalan
- AS Resmi Nyatakan Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
- WHO Konfirmasi Adanya Deltacron, Rekombinasi Delta dan Omicron yang Telah Menyebar di Eropa
- Pengungsi Ukraina Diperingatkan Bahaya Perdagangan Manusia
- Rusia Minta Bantuan Makanan dari China Kala Perang di Ukraina
- Hamas Kecam Keras Pertemuan Erdogan dengan Presiden Israel Herzog
- Kanada akan Sanksi 10 Orang Dekat Putin
- Zelensky Minta AS Kirim Jet: Mungkin Terakhir Anda Lihat Saya Hidup
- Alasan NATO Tak Tutup Zona Terbang Ukraina
- UNCHR: 1 Juta Orang Tinggalkan Ukraina dalam Sepekan
0 Comments