Wisatawan Bergegas Tinggalkan Tunisia
TUNISIA_DAKTACOM: Ribuan wisatawan asing, yang ketakutan, terbang dari Tunisia pada Sabtu sesudah seorang bersenjata menewaskan 38 orang, sebagian besar dari mereka asal Inggris, di loka wisata pantai.
Kelompok Islam State (IS) yang menguasai wilayah luas Irak dan Suriah, menyatakan bertanggung jawab atas serangan yang paling mematikan dalam sejarah Tunisia baru-baru ini.
Diberitakan, posisi Islam State belakangan ini semakin terpojok, semisal terjadi di Kobani --kota utama IS di Suriah yang balik diduduki milisi Kurdi dari Turki. Secara membabi-buta IS membantai kalangan sipil di beberapa kota, dalam serangan yang digambarkan bukan untuk menunjukkan intensi militer menduduki kembali kota-kota bekas wilayah mereka.
Puluhan orang lain terluka sesudah penyerang itu menembak dari dalam payung pantai ke arah kerumunan wisatawan di pantai tersebut dan kolam renang hotel di loka wisata terkenal laut Merah Port el Kantaoui.
Perdana Menteri Tunisia Habib Essid mengumumkan bahwa sejak bulan depan, petugas keamanan bersenjata akan ditempatkan di sepanjang pantai dan di dalam hotel.
Tapi, pukulan berat menghantam industri pariwisata utama dengan pengelola perjalanan Inggris Thomas Cook mengumumkan akan menawarkan kemungkinan mengubah pemesanan ke Tunisia dan termasuk pada 24 Juli.
Perhimpunan Badan Perjalanan Inggris mengatakan berembuk dengan Departemen Luar Negeri untuk upaya jangka panjang.
Perdana menteri Tunisia menyatakan sebagian besar yang tewas berasal dari Inggris tapi ada juga dari Jerman, Belgia dan Prancis.
Serangan itu, yang kedua terhadap wisatawan di Tunisia pada tahun ini, terjadi pada hari sama dengan saat 26 orang tewas di masjid di Kuwait dan seorang menyerang pabrik di Prancis.
IS mengaku pemboman di Kuwait dan serangan di Tunisia, yang terjadi hanya hari sebelum ulang tahun pertama kelompok itu, yang menyatakan wilayahnya di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan.
IS menyatakan orang bersenjata itu adalah tentara kekhalifahan, yang menyasar musuh kelompok tersebut dan sarang percabulan, kejahatan dan kemurtadan.
Kebanyakan dari yang tewas berasal dari negara pembentuk persekutuan tentara salib, yang melawan kekhalifahan, kata kelompok itu, mengacu pada sekutu pimpinan Amerika Serikat, yang melakukan serangan udara terhadap mereka di Irak dan Suriah.
Sekrataris Negara untuk Keamanan Tunisia Rafik Chelly kepada Mosaique FM menyatakan penembak itu mahasiswa, yang tidak dikenal pihak berwenang.
"Ia masuk lewat pantai, berpakaian seperti orang akan berenang dan membawa payung pantai dengan senjata di dalamnya. Kemudian, ketika tiba di pantai, ia menggunakan senjatanya," kata Chelly.
Editor | : | |
Sumber | : | ANTARA News |
- Jerman Tolak Usulan Larangan Visa Turis untuk Warga Rusia
- Balas Zelensky, Suriah Putus Hubungan Diplomatik dengan Ukraina
- Erdogan Ambil Sikap atas Penyerangan Masjid Al Aqsa Oleh Israel
- Uni Eropa: Militer Rusia Bertanggung Jawab Atas Kelangkaan Pangan Global
- Qatar Alokasikan Dana Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Ukraina
- Sekjen NATO: Pembunuhan Sipil di Bucha, Ukraina adalah Kebrutalan
- AS Resmi Nyatakan Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
- WHO Konfirmasi Adanya Deltacron, Rekombinasi Delta dan Omicron yang Telah Menyebar di Eropa
- Pengungsi Ukraina Diperingatkan Bahaya Perdagangan Manusia
- Rusia Minta Bantuan Makanan dari China Kala Perang di Ukraina
- Hamas Kecam Keras Pertemuan Erdogan dengan Presiden Israel Herzog
- Kanada akan Sanksi 10 Orang Dekat Putin
- Zelensky Minta AS Kirim Jet: Mungkin Terakhir Anda Lihat Saya Hidup
- Alasan NATO Tak Tutup Zona Terbang Ukraina
- UNCHR: 1 Juta Orang Tinggalkan Ukraina dalam Sepekan
0 Comments