Nasional / Hukum dan Kriminal /
Follow daktacom Like Like
Rabu, 05/12/2018 14:55 WIB

KPK Ungkap Alasan Praktik Korupsi Pejabat Politik

Ilustrasi praktik korupsi
Ilustrasi praktik korupsi
BEKASI, DAKTA.COM - Praktik korupsi yang sering kali menjerat pejabat membuat publik bertanya, apa yang salah dari sistem demokrasi di Indonesia.
 
Direktur Gratifikasi Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Syarief Hidayat mengungkapkan salah satu alasan pejabat politik melakukan praktik korupsi, yaitu karena mahar politik untuk mengikuti pemilihan umum (pemilu).
 
"Banyak kepala daerah yang curhat kepada kami, memang ada uang mahar yang diberikan ke partai politik sementara tidak sebanding dengan gaji yang didapat," katanya kepada Dakta, Rabu (5/12).
 
Selain itu, ia menjelaskan praktik korupsi ini disebabkan karena banyaknya partai yang tidak menerapkan pola kaderisasi yang baik sejak awal, sehingga berdampak pada kurang maksmalnya kader politik dalam bekerja.
 
"Kalau kita berkaca dengan negara maju seperti Amerika Serikat dan Jerman, partai politiknya tidak sebanyak di Indonesia," ucapnya.
 
Menurutnya, pemerintah Indonesia juga memberikan jalan mudah untuk mendirikan partai politik baru. Padahal selama ini banyak partai politik yang tidak transparan dan akuntabel dalam administrasi.
 
"Dengan penandatanganan pakta integritas itu supaya partai politik berkomitmen membuat pengkaderan yang bagus," ujarnya.
 
Ada empat poin integritas yang ditandangani pimpinan partai politik. Keempat poin integritas parpol tersebut yakni menghasilkan calon pemimpin berintegritas, meminimalkan risiko korupsi politik dan penyalahgunaan kekuasaan, instrumen kepatuhan SIPP, dan menghasilkan tata kelola keuangan yang akuntabel.
 
Ia mendorong agar pemerintah bisa membuat aturan yang lebih jelas, dapat dipertanggungjawabkan, dan akuntabel apabila memberi izin untuk mendirikan partai.
 
"Sinergi KPK, pemerintah, aparat penegak hukum, DPR, DPRD, kepala daerah, dalam hal ini sangatlah penting untuk memperbaiki Indonesia dari praktik korupsi," pungkasnya. **
Editor :
Sumber : Radio Dakta
- Dilihat 1873 Kali
Berita Terkait

0 Comments