Jum'at, 10/08/2018 11:25 WIB
Mengapa Semua Minta Dukungan Para Ulama?
DAKTA.COM - Oleh: Abu Nawas Barnabas
Cak imin bermanuver untuk menjadi cawapres, minta dukungan, Kepada siapa? Ulama. Airlangga Golkar, Posisioning diri, juga mencari dukungan, kepada siapa? Ulama. Jokowi juga begitu, ada yang diundang ke istana, ada yang latah bikin ijtima'-ijtima'an, minta dukungan siapa? Ulama.
Ada apa gerangan? Menggambarkan dinamika apa ini? Kenapa mereka tidak mencari dukungan pendeta atau Pastur? Kenapa mereka tidak minta restu para Biksu dan tokoh agama lainnya? Kenapa hanya kepada ulama?
Sesungguhnya politik saat ini adalah persoalan memenangi hati umat Islam. Siapapun yang melawan aspirasi umat, atau tidak mendapat dukungan umat, niscaya akan kalah dalam laga politik.
Berbagai peristiwa politik penting, khususnya diberbagai pilkada yang diselenggarakan, preferensi politik umat makin berdiri tegak atas asas Islam. Karenanya partai apapun, baik dia sekuler atau yang mengaku partai Islam, akan selalu mencari muka dihadapan umat Islam.
Tapi ingat! Mereka mengais Islam bukan untuk memuliakan Islam. Bukan untuk taat pada hukum Allah SWT dengan menerapkan syariat Islam. Mereka hanya ngiler, suara umat Islam. Setelah menang, kembali penguasa dan rezim demokrasi menindas Umat Islam, mengesampingkan syariat Islam.
Wahai ulama-ulama Muchlis, yang masih steril dari racun kekuasaan, Wahai umat Islam yang lurus, yang tidak terbeli oleh politik kotor demokrasi.
Sesungguhnya suara umat Islam di negeri ini memiliki potensi besar untuk membuat perubahan. Perubahan untuk mendakwahkan Islam secara kaffah untuk kemudian menerapkannya secara nyata dalam seluruh aspek kehidupan.
Karena itu, pikirkanlah ulang potensi kalian, pikirkanlah kebangkitan hakiki yang hanya tegak atas asas Islam. Segeralah, putus setiap tali legitimasi. Umumkanlah penentangan pada setiap inchi kezaliman, ikrarkan loyalitas hanya kepada syariat Islam.
Putuslah hubungan, dengan ulama-ulama jahat yang menjual suara umat hanya untuk sekerat tulang dunia yang tidak mengenyangkan. Putuslah setiap ikatan, yang akan membelenggu kebangkitan hakiki dan hanya menjadi gerobak dorong demokrasi yang sudah mogok.
Ingatkanlah! Bahaya sistem demokrasi sekuler yang hanya membuka suara untuk umat, tapi menutup rapat pintu untuk menerapkan Islam. Suara-suara umat saja yang jadi perburuan partai, sementara syariat Islam pasti mereka telantarkan.
Wahai kaum Muslimin, wahai cucu-cucu Muhammad Al Fatih, cucu-cucu Umar Al Farouk. Janganlah kalian menjadi gadis pemintal, yang pintasan itu hampir sempurna kemudahan kalian buka kembali pintalannnya. Sampai kapan kalian akan terus begini ?
Islam tidak akan tegak melalui jalan demokrasi. Islam hanya tegak dengan jalan yang sesuai jalan dakwah Nabi. Berhentilah, bermimpi menegakan Islam melalui mimbar demokrasi. **
Editor | : | |
Sumber | : | Abu Nawas Barnabas |
- Kabupaten Bekasi Tentukan Pemimpinnya Sendiri, Sejarah Baru dan Terulangnya Pilkada 2012
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
0 Comments