DAKTA.COM - Oleh: Budi Purwanto
Pada pengajian rutin malam Rabu (1/8) kemarin, seorang ustad menyampaikan pembahasan singkat tentang QS. Al-Anfal : 46.
"Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar."
Ayat ini berisi perintah dan larangan sekaligus. Memuat mudharat apa yang akan terjadi jika larangan itu dilanggar dan solusi apa yang harus dilakukan. Ayat yang pendek tapi lengkap.
Perintah Allah yang tegas adalah " Taatilah Allah dan Rasul-Nya!". Perintahnya pendek, tapi ia bisa membelah manusia menjadi dua golongan, golongan manusia yang taat dan golongan manusia pembangkang.
Ingatlah kembali kisah Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa yang "diusir" dari Surga, karena melanggar larangan Allah agar tidak memakan buah khuldi. Boleh jadi itu pelanggaran kecil, bahkan rasa dan dampak manfaat buah itu juga tak nampak dalam kisah fenomenal itu. Tapi, ini murni soal "ketaatan". Ujiannya bisa jadi hal sepele, hanya soal buah, tapi dia bisa menyeleksi siapa yang taat.
Nabi Adam dan Siti Hawa "dihukum", dikeluarkan dari Surga, diturunkan ke dunia, terpisah sekian lama. Beruntunglah mereka menyadari kesalahannya dan memohon ampun kepada Allah, lalu Allah mengabulkan doanya dan mengampuninya. Mereka dipertemukan kembali dan memulai kisah sejarah manusia di bumi.
Larangan Allah dalam ayat ini "janganlah kamu berselisih". Manusia itu gemar berselisih paham, lalu berselisih pendapat diakhiri berselisih langkah. Energi yang seharusnya terkumpul menjadi kekuatan akan terkuras habis oleh perselisihan. Dan sungguh disayangkan, perselisihan itu kerap terjadi karena hawa kesombongan, merasa lebih pandai, lebih menguasai persoalan, lebih berkualitas dan sebagainya lalu menganggap orang lain di bawah kapasitas.
Apa yang akan terjadi jika kita terus berselisih? Kita akan kehilangan kekuatan dan ia beralih menjadi kekuatan bagi musuh kita. Inilah sunatullah yang sudah digariskan. Tidak ada kata terbaik, kecuali berhentilah berselisih, luruskan niat dan rapikan barisan kita untuk meraih tujuan kemuliaan.
Solusi atas perselisihan adalah menghadapinya dengan kesabaran. Kesabaran yang harus terus ditingkatkan sesuai kadar perselisihan itu. Kesabaran yang meluas tanpa batas. Karena Allah telah berjanji, Allah berada bersama orang-orang yang sabar.
Para Ulama, sebagai penerus risalah para nabi, senantiasa menyelaraskan gerak langkah dakwahnya dengan kaedah mentaati Allah dan Rasul-Nya. Maka ketika ulama telah mengeluarkan pandangan, ulama telah berijtima' tentang suatu hal, maka keharusan bagi ummat Islam untuk mengikutinya. Menaati ulama senafas dengan menaati Allah dan Rasul-Nya.
Jangan berselisih. Semulianya Ulama, dia tetaplah manusia yang bisa tersalah, tapi menyelisihi ulama, apalagi dengan tuduhan kotor yang tidak berdasar adalah sebuah keburukan. Berdialoglah dengan kesantunan, sampaikan pendapatmu dengan cinta yang dinaungi kesabaran.
Editor | : | |
Sumber | : | Budi Purwanto |
- Kabupaten Bekasi Tentukan Pemimpinnya Sendiri, Sejarah Baru dan Terulangnya Pilkada 2012
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
0 Comments