Sabtu, 24/03/2018 17:48 WIB
Perkuat Ukhuwah, Forjim Silaturahim ke Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak
BALIKPAPAN, DAKTA.COM - Di sela-sela liputan Safari Dakwah Yusuf Estes di Balikpapan, Kalimantan Timur, rombongan Forum Jurnalis Muslim (Forjim) menyempatkan bersilaturahim ke Pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Rombongan dipimpin Ketua Umum Forjim, Duddy Sya'bani Takdir.
Forjim tiba di pesantren pusat pergerakan Hidayatullah itu saat para santri sedang menunaikan shalat Zuhur. Sehingga rombongan langsung menuju masjid dan ikut shalat berjamaah. Usai shalat, Forjim diterima oleh Ketua Yayasan Pesantren Hidayatulah Balikpapan Ustadz Hamzah Akbar dan Sekretaris Ustadz Abul A'la Al Maududi. Bahkan Forjim ikut makan siang bersama dengan para asatiz Hidayatullah.
“Alhamdulillah, kami diterima baik oleh pimpinan dan para ustadz yang mengajar di pesantren itu. Selain diajak makan bareng, kami juga diajak keliling pesantren yang luasnya seratus hektar itu,” kata Ketua Umum Forjim Dudy Takdir Sya’bani, Selasa (20/3/2018).
Di depan para pimpinan dan ustadz ponpes Hidayatullah, Dudy juga menjelaskan bahwa salah satu program kerja Forjim adalah menjalin silaturahim dengan berbagai elemen umat, baik itu tokoh Islam, ormas Islam bahkan parpol Islam.
Kepada Forjim, Ustadz Abul A'la memberitahukan, rencananya tahun ini Hidayatullah akan melaksanakan Silaturahim Nasional (Silatnas) di Balikpapan, yang akan dihadiri sejumlah perwakilan Hidayatullah di 34 Provinsi di seluruh Indonesia.
Sebagai Pesantren atau Kampus Induk, Ustadz Abul A'la menyebut, Gunung Tembak adalah pusat gerakan kultural Hidayatullah. Sebagai informasi, Hidayatullah awalnya sebuah pondok pesantren yang berdiri di atas lahan wakaf seluas 120 hektar di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pondok pesantren ini didirikan oleh Ustadz Abdullah Said pada 7 Januari 1973.
Dalam perkembangannya, Ustadz Abdullah Said mengirimkan santri-santrinya untuk berdakwah ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, khususnya daerah-daerah minoritas Muslim. Di tempat tugas yang baru, para santri Hidayatullah tak sekadar berdakwah, tetapi juga membangun cabang pondok pesantren Hidayatullah.
Pada akhirnya, tersebarlah ke lebih dari 100 kabupaten di seluruh Indonesia dalam bentuk pondok pesantren tersebut. Fokus kegiatannya adalah sosial, pendidikan, dan dakwah.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) Pertama Hidayatullah, tanggal 9 Juli - 13 Juli 2000, di Balikpapan, Hidayatullah mengembangkan manajemennya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan dakwah dan perjuangan Islam.
Dalam perkembangan selanjutnya, ormas Islam Hidayatullah berubah menjadi Perkumpulan Hidayatullah. Keanggotaan, misi, visi, dan konsep dasar gerakan bersifat terbuka. Sejalan dengan itu, kader-kader Hidayatullah yang sudah tersebar di seluruh penjuru tanah air mulai membentuk Pimpinan Cabang (PC), Pimpinan Daerah (PD) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW).
Salah seorang kader Hidayatullah adalah Ustadz Bukhari Wahid, Ketua Sahabat Dakwah Internasional (SDI) yang pada tahun lalu sukses mendatangkan Dr. Zakir Naik ke Indonesia dan tahun ini menghadirkan da'i kondang asal Texas Amerika Serikat, Syaikh Yusuf Estes. Ustadz Bukhari Wahid sendiri pernah menjadi ketua pertama Syabab Hidayatullah.
Hingga tahun 2013, Hidayatullah sudah memiliki 33 DPW, 287 PD dan 70 PC. Jumlah DPC, PR dan PAR tidak dicantumkan karena pertumbuhannya yang terus berubah.
Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISID) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da'i dengan memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa dengan pola ikatan dinas. Da'i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga tiga tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada.
Mulai 1998 lembaga pendidikan kader da'i ini telah menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da'i ke berbagai daerah terutama Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da'i ke berbagai daerah di Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kader da’i.
Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak dan Kelompok Bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah di hampir semua daerah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah setidaknya ada di setiap wilayah dan tiga perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan dan Depok.
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | Rilis FORJIM |
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
- KONSEP GURU MENURUT MOHAMMAD NATSIR
- Baitul Maqdis Institute Sampaikan 11 Resolusi Palestina dan Dunia Islam kepada Wakil Menlu RI, Anis Matta
- Empat Alasan Mengapa UU Pengelolaan Zakat Rugikan LAZ
- IDEAS: Dana BOS Tak Cukup Angkat Kesejahteraan Guru Honorer
- Bamsoet Minta Polri Jerat Bandar Narkoba Dengan Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
- UMKM Pertanian-Perikanan yang Utangnya Dihapus
- Kebijakan Dan “Potensi Keuntungan”, Sepatutnya Tidak Digunakan Dalam Tindak Pidana Kerugian Keuangan Negara
- INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI HARUS BERLANJUT DENGAN PEMBENAHAN
- Nama Menteri Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran
0 Comments