Nasional / Politik dan Pemerintahan /
Follow daktacom Like Like
Senin, 27/11/2017 11:30 WIB

Bima Arya: Nasionalisme KH. Abdullah bin Nuh Harus Dicontoh

Bima Arya di acara Haul Almarhum KH Rd Abdullah bin Nuh ke 31  di SMA Al Ghazaly
Bima Arya di acara Haul Almarhum KH Rd Abdullah bin Nuh ke 31 di SMA Al Ghazaly
BOGOR_DAKTACOM: Menurut sosiolog yang sangat berpengaruh, Anthony Giddens bahwa globalisme dan partikularisme yang menyebabkan banyaknya konflik hanya dapat diredam, dilawan, dikelola, diminimalisir oleh pemikiran atau sosok yang nasionalismenya kosmopolitan. Bukan nasionalisme yang sempit, kelokalan atau nasionalisme yang luntur karena faktor global.
 
Hal itu disampaikan Wali Kota Bogor Bima Arya saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Haul Almarhum KH. Rd. Abdullah bin Nuh ke-31 dan Haul Almarhumah Ibu Ajengan Hj. Mursyidah binti KH. Abdullah Sayuti ke-7 Yayasan Islamic Centre Al-Ghazaly di SMA Al-Ghazaly, jalan Semboja, Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah, Ahad (26/11).
 
“Nasionalisme kosmopolitan adalah nasionalisme yang kuat, lokal, gagah nasional, gaul ditingkat global, tidak jago kandang, bicara cas cis cus berbagai berbahasa, luwes international, berwawasan luas dan menguasai berbagai ilmu. Itulah nasionalisme kosmopolitan,” kata Bima .
 
Menurutnya jika menyimak biografi Mama Abdullah Bin Nuh yang sudah disampaikan, pemikiran Mama merupakan pemikiran nasionalisme yang kosmopolitan. Almarhum menguasai lima bahasa yang luar biasa. Bahkan beliau pernah menulis tentang komunisme.
 
“Jadi kalau kita mau melawan komunis kita harus tahu apa anatomi komunis itu,” jelas Bima.
 
Bima menyimpulkan, keluasan ilmu dari Mama Abdullah bin Nuh, kelenturan berpikir dan tidak jumudnya cara berpikirnya itu membuat beliau menjadi sosok yang luas pergaulannya, diterima berbagai kalangan dan tidak sembarangan mengkafirkan orang atau kelompok.
 
“Ini keteladanan yang luar biasa nasionalisme yang bukan lagi kosmopolitan tetapi kosmopolitan plus spritualisme, karena ada ideologi yang sangat kuat terkait dengan nilai religius. Inilah yang saya sebut kekinian atau zaman now, kalau mau disebut kekinian atau zaman now paling tidak kita harus terinspirasi untuk membuka wawasan kita, membuka horison kita dan mencerna berbagai pemikiran dan aliran yang berbeda tidak menutup pergaulan,” paparnya.
 
Jika semua terinspirasi pemikiran almarhum, maka Bogor tidak akan menjadi kota yang penuh dengan pertentangan. Kota Bogor tidak akan menjadi sarang dari radikalisme, tempat penuh curiga. Kota Bogor adalah tempat yang diwariskan para guru kita sebagai tempat yang guyub, sejuk, nyaman dan damai karena para guru kita termasuk Mama Abdullah Bin Nuh mengajarkan tentang arti kebersamaan dalam keberagaman.
 
“Persatuan harus diperjuangkan sedangkan keberagaman adalah keniscayaan. Apapun agenda kedepan, baik Pilpres, Pilkada, Pilgub, Pilwalkot dan pemilihan lainnya Insya Allah bangsa kita tetap satu yaitu bersama dalam keberagaman dan kita teladani ajaran dari Mama Abdullah Bin Nuh. Semoga keluarga besar Al-Ghazaly tetap menjadi mata air yang menyejukan bagi Bogor yang damai,” harapnya.
 
Hadir pada kegiatan tersebut Ketua MUI Kota Bogor sekaligus Ketua Yayasan Al Ghazaly KH. Muhammad Mustofa Abdullah bin Nuh, Ketua DPC PPP Kota Bogor Zaenul Mutaqin, Ketua DPC PDIP Kota Bogor Dadang I. Danubrata, Ketua DPD Golkar Kota Bogor Tauhid J Tagor, perwakilan dari Kodim 0606 dan Polresta Bogor Kota, para tokoh agama dan tamu undangan. 
Editor :
Sumber : jabarprov.go.id
- Dilihat 1626 Kali
Berita Terkait

0 Comments