Panglima TNI : Perubahan Gaya Hidup Ancaman Masa Depan Bangsa
BANDUNG_DAKTACOM: Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menilai perubahan gaya hidup yang terjadi di masa depan akan menjadi ancaman setiap negara di dunia.
Hal itu diungkapkan Gatot usai memberikan orasi ilmiah dengan tema "Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri Modal Mewujudkan Indonesia Menjadi Bangsa Pemenang" di Kampus Unisba Bandung, Sabtu (18/11).
Gatot mengatakan, kehadirannya di Unisba untuk memprovokasi kepada seluruh mahasiswa guna mendidik mereka menjadi pejuang, ilmuan, dan sadar terhadap perubahan di masa depan.
"Saya ke sini hanya jadi provokasi saja agar teman-teman mahasiswa memiliki jiwa dan semangat untuk menuntut ilmu. Jangan hanya satu ilmu saja," tegas Gatot.
Berdasarkan teori Thomas Malthus dan Peak Oil Theory menyebutkan pertumbuhan penduduk di dunia akan menjadi ancaman bagi setiap negara. Pasalnya, akan mempengaruhi ketahanan pangan dan menjadi ancaman karena berkurangnya makanan untuk kebutuhan perorangnya.
Gatot menyebutkan, saat ini jumlah penduduk di dunia mencapai 7,5 miliar jiwa dan 24 tahun kedepan, diperkirakan jumlah penduduk akan bertambah menjadi 12 miliar jiwa
"Dalam teori Malthus menyebutkan jumlah penduduk meningkat seperti rumus deret ukur, sedangkan ketersediaan makanan meningkat seperti deret hitung. Teori Malthus diperkuat juga oleh seorang pakar statistik bernama Laurance Smith yang menyatakan pertumbuhan penduduk di dunia semakin pesat," jelas Gatot.
Dia menilai ancaman sebuah negara kedepan bukan lagi persoalan kebutuhan energi semata. Namun, ancaman kebutuhan terhadap ketahanan pangan, perekonomian, dan sumber daya alam akan menjadi perang masa depan.
Indonesia menjadi salah satu target negara lain. Karena, Indonesia salah satu negara yang berada di wilayah ekuator dengan segala sumber kekayaan alamnya.
"Tadinya perang itu karena kebutuhan energi, sekarang ancaman perang berubah menjadi perang ekonomi dalam hal ini ketahanan pangan dan sumber daya alamnya,"ujar Gatot
Panglima TNI menambahkan, berbagai macam bentuk serangan atau kekacauan sebuah negara dalam berupaya merebut kebutuhan pangan. Dia meminta Indonesia tidak boleh diperalat oleh pihak ketiga. Mengingat, pada 2020 Indonesia akan memiliki 130 juta jiwa atau sekitar 69 persen manusia produktif yang bisa membangun perekonomian bangsa.
"Jumlah ini harus dipenuhi dengan syarat mendapatkan pendidikan yang berkualitas agar generasi muda ini bisa mempertahankan negara Indonesia. Jadi,Jangan mau dihancurkan," pungkasnya.
Editor | : | |
Sumber | : | jabarprov.go.id |
- Pasangan Heri - Sholihin Komitmen Bangun Perubahan Untuk Kota Bekasi
- Setia Prabowo: Bersyukur Jika Romo Syafi’i Terpilih di Kabinet Zaken Prabowo
- Pasangan Heri - Sholihin Deklarasi Maju Pilkada Bekasi, Ini Janjinya
- Din Syamsuddin Rencanakan Aksi Besar dengan Dukungan TNI untuk Bela Palestina
- Peringati HUT Golkar ke 59 DPD Golkar Kota Bekasi Ajak Para Kader dan Simpatisan Bershalawat
- PKS Kota Bekasi Sesalkan Sikap Pemkot Batalkan Penggunaan Stadion Patriot
- Resmi Gabung PPP, Sandiaga Ngaku Ikhlas Jika tak Diusung Jadi Bakal Cawapres
- Buntut Gibran-Prabowo, PDIP Atur Kader Kepala Daerah Terima Tamu
- Dukung Prabowo, Jokowi Pressure Megawati?
- Maksimal Perjuangkan Aspirasi, Anggota Dewan Ushtuchri Tuai Pujian Konstituen
- Jokowi: Menteri Nasdem Bisa Direshuffle
- Jokowi Tidak Akan Dukung Prabowo
- Warga Jabar Puas Pada Kinerja Ridwan Kamil
- Dewan Mahfudz Abdurrahman Berbagi 10 Ribu Bingkisan Lebaran
- Jika Pemilu Ditunda, Aktivis 98 Siapkan Pemerintahan Transisi
0 Comments