Jum'at, 13/03/2015 13:35 WIB
Waspada! Nyamuk Siang Sebabkan Demam Berdarah dan Chikungunya
JAKARTA_DAKTACOM: Di musim penghujan, penyebaran penyakit yang disebabkan infeksi bakteri atau virus perlu diwaspadai. Misalnya saja penyakit demam berdarah dan chikungunya. Kedua penyakit ini dibawa oleh nyamuk siang, yakni Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Baik chikungunya atau DBD sama-sama diawali dengan demam. Meskipun berasal dari nyamuk yang sama, chikungunya dan DBD memiliki gejala serta penanganan yang berbeda. Chikungunya berasal dari virus chikungunya, sedangkan DBD berasal dari virus dengue. Namun virus dengue terdiri dari empat jenis yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Serangan chikungunya diawali dengan gejala pusing, meriang, demam, bintik-bintik merah pada kulit, dan mual. Selanjutnya, penderita merasa nyeri pada persendian sehingga merasa tidak dapat bergerak. Sebagian warga menganggap mereka mengalami lumpuh sementara dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Biasanya rasa nyeri menyerang sendi lutut, pergelangan, jari kaki, tangan, dan tulang belakang. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian. Karena disebabkan oleh virus, biasanya setelah 7 hari penderitanya sembuh, tetapi bergantung juga pada daya tahan tubuh pasien.
"Kebanyakan orang akan menjadi lebih baik dalam waktu sekitar seminggu," kata spesialis penyakit menular, Amesh Adalja.
Tidak ada vaksin atau obat khusus untuk chikungunya. Penderita cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit yang bisa dibeli di toko obat.
Berbeda dengan chikungunya, penderita DBD akan mengalami siklus yang terbagi dalam tiga fase. Tiga fase tersebut ialah fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan. Siklus dengan pola menyerupai pelana kuda ini patut diperhatikan dalam penanganannya.
Fase demam dimulai sejak hari pertama hingga ketiga. Gejalanya ditandai dengan demam tinggi hingga 40-41° Celcius, sakit kepala, nyeri pada otot, tulang, dan sendi, serta nyeri di belakang mata. Penderita juga akan mengalami mual dan muntah, ruam pada kulit, hingga pendarahan kecil di gusi atau hidung.
Pada fase kritis, penderita akan mengalami penurunan suhu badan, tetapi di sinilah titik kritis DBD. Dalam beberapa kasus, gejala memburuk dan dapat mengancam jiwa karena adanya syok dan perdarahan.
Terakhir, selama fase pemulihan, akan ada perbaikan klinis secara keseluruhan. Kondisi penderita akan mulai membaik, seperti suhu tubuh normal dan tubuh bisa kembali aktif.
Kedua penyakit ini membutuhkan penanganan yang tepat serta asupan cairan yang cukup. Khususnya bagi penderita DBD, cairan sangat dibutuhkan dalam menghadapi fase kritis.
Editor: Ayu Yunita
Editor | : | |
Sumber | : | Kompas.com |
- PT Siloam International Hospitals Tbk Umumkan Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Baru
- Waspdai Penyakit TB. Ini Penjelasan Dokter Eka Hospital Bekasi
- Siloam Hospitals Mampang Gelar Bincang Sehat: Penanganan Komprehensif Orthopedi dan Ekstremitas Atas dan Bawah
- Peran Jantung dalam Kesehatan Tubuh dan Penanganan Penyakit Kardiovaskular di Siloam Hospitals Lippo Cikarang
- Siloam Hospital Lippo Village Gelar Acara Strength in Style untuk Dukung Penyintas Kanker
- Mochtar Riady Resmikan Nano Device Laboratory di FTUI, Dorong Pengembangan Industri Chip dan Teknologi Nano di Indonesia
- AKSI RELAWAN MANDIRI DAN IPB UNIVERSITY SEDIAKAN LAYANAN KESEHATAN DAN PENGOBATAN GRATIS BAGI WARGA CILEUKSA, BOGOR
- Siloam Hospital Kebon Jeruk Rayakan 10 Tahun Deep Brain Stimulation Therapy untuk Penyakit Parkinson di Indonesia
- Siloam Hospitals Lippo Cikarang Berpartisipasi Dalam Program Khitanan Massal Forsil WMLC
- Hansaplast Gelar Sunat Massal Gratis di Kota Bekasi
- Siloam Hospital Group Gelar Simposium Kesehatan Bertajuk Scientific Update in Pediatric
- Bekasi Bebas Nyeri, Simak Tips Unggulan dari Pain Clinic Siloam Hospitals Bekasi Timur
- Mitra Keluarga Bekasi Timur, Tingkatkan Pusat Layanan Onkologi Terlengkap
- JIP: 13,4 Persen ODHA Mendapat Stigma Dari Orang Lain
- Komitmen Tanpa Batas, BPJS Kesehatan Berikan Layanan JKN Selama Libur Lebaran
0 Comments