Opini /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 14/04/2015 06:50 WIB

Peluang dan Tantangan Al Qaedah Diantara Serbuan Saudi dan Syiah Houtsi

Mujahidin AQAP
Mujahidin AQAP

DAKTACOM: Kekacauan dan penderitaan yang hingga kini tengah melanda Yaman, dan juga perang Sunni-Syiah yang dengan cepat mendunia tampaknya akan memunculkan satu pemenang, yaitu AQAP (Al Qaeda in the Arabian Peninsula).

AQAP merupakan afiliasi Al-Qaidah yang memiliki hubungan paling dekat dengan pemimpin al-Qaidah, Syaikh Aiman Az-Zawahiri. Kelompok ini juga sudah lama dilabeli oleh para pejabat Amerika sebagai cabang inti organisasi Al-Qaidah paling berbahaya, karena ia mampu merencanakan dan bahkan mencari basis operasi yang lebih mendukung untuk melancarkan serangan serta menguasai suatu wilayah.

Pekan ini, Menteri Pertahanan Ash Carter memperingatkan,”AQAP telah menemukan peluang di tengah situasi chaos dan juga kejatuhan pemerintah pusat di Yaman”.

Di sisi lain, AQAP sedang berada pada situasi ketidakpastian, namun pendapat ini kemungkinan salah. Perang sipil yang terjadi di Yaman dan juga intervensi Saudi ke negara itu memberikan AQAP banyak kesempatan dan peluang, namun juga memberikan banyak jebakan yang bisa mengubah orientasi organisasi itu secara dramatis yang selama ini mereka hindari.

Yang membedakan antara AQAP dengan cabang afiliasi Al-Qaidah lainnya adalah adanya kemauan dan kemampuan organisasi tersebut untuk melakukan serangan di luar Yaman dan Timur Tengah. AQAP pernah membuat percobaan serangan di dalam negara Amerika dan Eropa. Sejak dibentuk pada tahun 2009, kebanyakan operasi serangan mereka fokus terhadap pemerintah Yaman.

Namun demikian, para pejabat Gedung Putih mengaitkan organisasi itu dengan suatu eksperimen canggih serangan bom terhadap sejumlah maskapai penerbangan Amerika pada tahun 2009 dan 2010. AQAP diketahui menerbitkan majalah digital edisi bahasa Inggris, berjudul ‘Inspire’ dengan fitur yang sangat bergaya dan secara regular merilis konten anti-Barat. Termasuk di dalamnya seruan untuk melakukan serangan individu (lone wolves) di dalam teritorial Amerika Serikat beserta panduan detailnya tentang bagaimana cara membuat atau mendapatkan senjata untuk operasi tersebut.

AQAP juga menyatakan bertanggung jawab atas operasi serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris pada bulan Januari silam, yang notabene para operator serangannya telah dilatih bersama kelompok tersebut di Yaman.

AQAP di tengah Perang Melawan Hautsi

Kelompok ini sempat mengalami kemunduran pada tahun 2012 ketika pasukan pemerintah di bawah Presiden AbduRabbo Mansour Hadi yang baru saja menggantikan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh. Presiden Hadi berhasil merebut kembali beberapa kota dan wilayah yang pernah menjadi basis pertahanan AQAP. Sementara di waktu yang bersamaan, kampanye aktif AS dalam melancarkan serangan pesawat tanpa awak menambah tekanan terhadap kelompok tersebut.

Namun, situasi saat ini semakin berkembang tatkala Presiden Hadi dikudeta pemberontak Hautsi. Kemudian, perang sipil melanda mayoritas wilayah negara itu, upaya-upaya kontra-terorisme terhadap AQAP pun telah mereda. Hal ini menyebabkan para pejabat Washington sangat mengkhawatirkan kondisi ketika AQAP akan menikmati kebebasan yang lebih besar untuk melancarkan serangan.

Seorang anggota partai Demokrat bernama Adam Schiff, yang duduk di komisi yang mengurusi masalah intelijen, menyampaikan peringatannya pada hari Ahad (05/04) lalu bahwa tekanan terhadap AQAP sudah tidak ada lagi.

Harian Washington Post melaporkan, sejak kekerasan meluas di Yaman, Amerika menarik semua personil militer dan intelijen dari negara tersebut, mitra kepentingan AS di Yaman dalam program kontra-terorisme sekarang menjadi tak menentu.

Kamis lalu (02/04), AQAP melancarkan operasi secara masif untuk membebaskan tawanan dari penjara. Dalam situasi normal, operasi ini biasanya diawali dengan sebuah aksi berani mati, namun situasi chaos memberi mereka kemudahan.

Dalam operasi itu, paling tidak AQAP telah berhasil membebaskan banyak anggota mereka dan seorang pemimpin senior. Para mujahidin AQAP kemudian menguasai kota pelabuhan Mukalla, tempat penjara itu berada.

Organisasi afiliasi Al-Qaidah tersebut juga dilaporkan telah mengontrol checkpoint di semua titik lima pintu masuk ke kota tersebut termasuk kantor gubernur, bank sentral, markas militer, dan beberapa fasilitas penting pemerintahan lokal. Beberapa pihak telah mencoba melakukan serangan untuk merebut kembali kota itu, namun sejauh ini belum berhasil.

Momentum AQAP

Kendati AQAP berhasil meraih kemajuan signifikan, hal tersebut belum tentu menjadi momentum bagi para jihadis. Kelompok tersebut saat ini tengah menghadapi perang sipil yang hingga kini masih sedang berlangsung. Meskipun seringkali kita menganggap bahwa perang sipil akan menjadi surga yang aman bagi para jihadis, namun kenyataannya wilayah perang bisa juga berbahaya bagi mereka, sebagaimana berbahayanya bagi warga sipil.

Faksi-faksi yang terlibat semuanya bersenjata dan merupakan entitas yang besar. Hal ini bisa membuat AQAP kesulitan untuk tetap bersikap netral. Di samping itu, mereka juga harus melindungi para pendukung mereka dan menjaga wilayah operasi mereka sendiri.

Barangkali tantangan terbesar AQAP adalah perkembangan Daulah (ISIS) dan potensi pengaruhnya terhadap para jihadis di Yaman. Seberapa banyak dukungan terhadap Daulah di Yaman masih belum diketahui, namun reputasi mereka yang menonjol di Iraq dan Suriah dan propaganda impresif yang mereka lakukan telah menarik perhatian para jihadis di seluruh dunia.

Sektarianisme yang mereka lakukan di Iraq dan Suriah bisa dianggap sangat sesuai diterapkan dalam perjuangan anti-Hautsi di Yaman. Hautsi (pada mulanya) diketahui sebagai Syiah sekte Zaidiyah. Meskipun doktrin Zaidiyah sering dianggap lebih dekat dengan pandangan Muslim Sunni daripada Syiah Imam Duabelas versi Iran, dalam situasi seperti sekarang ini nampaknya tidak ada yang memperhitungkan.

Pada bulan Maret lalu, Daulah mengebom masjid Zaidiyah di Yaman yang mampu memicu perang sipil tersebut ke dalam konflik sektarian yang lebih luas. Masalah ini akan menekan AQAP untuk ikut terlibat melawan Hautsi yang “murtad” atau kalau tidak akan menerima resiko dianggap sudah tidak relevan.

Namun demikian pengaruh Syaikh Aiman Az-Zawahiri bisa membuat AQAP tidak akan mengikuti cara-cara serangan sektarian dan kekerasan ekstrim model Daulah (ISIS) sebagaimana dalam kasus Jabhah Nusrah yang merupakan afiliasi resmi Al-Qaidah di Suriah.

Az-Zawahiri sejak awal sudah mewanti-wanti seluruh afiliasi mereka untuk menghindari serangan terhadap orang Syiah awam (non-kombatan) dan juga telah menentang perlakuan brutal terhadap warga sipil yang berada di wilayah kontrol para jihadis. Dan memang, ini termasuk sebagian dari ketidaksetujuannya terhadap taktik semacam itu yang menyebabkan Az-Zawahiri menyatakan pengingkarannya terhadap Daulah pada bulan Februari 2014.

Meskipun ada persaingan antara Daulah (ISIS) dan JN dalam merekrut personal dan memperoleh sumber daya di Suriah cukup keras, sejauh ini JN tetap menolak ajakan untuk lebih banyak lagi berperan memerangi (orang awam) Syiah dan juga warga sipil. Jika AQAP memilih untuk mengikuti kebijakan ini di Yaman, perjuangan mereka mungkin akan dapat menarik para anggota baru dan juga akan bisa mencegah para anggotanya membelot ke ISIS.

Termasuk juga keputusan AQAP untuk segera merilis pernyataan yang dengan empati menyangkal keterlibatan mereka dalam pengeboman terhadap sejumlah masjid Zaidiyah oleh Daulah (ISIS), dan dengan tegas menyatakan bahwa AQAP masih tetap komitmen dengan arahan Syaikh Aiman Az-Zawahiri.

Di sisi lain, AQAP melihat meningkatnya dukungan warga Yaman terhadap mereka, sementara ada Daulah yang dengan kekejamannya membuat AQAP terlihat sebagai orang yang baik (atau setidaknya tidak terlalu buruk).

AQAP mungkin berhenti memerangi Daulah (ISIS) beserta simpatisannya di Yaman. Di Suriah, persaingan antara ISIS dan JN berkembang menjadi perang saudara yang mengakibatkan terbunuhnya ratusan pejuang dari kedua belah pihak. Dalam sejarahnya, persaingan semacam itu yang terjadi antar sesama kelompok mujahidin sering menyebabkan tindakan yang berlebih-lebihan. Hal itu terjadi ketika satu kelompok ingin mengalahkan kelompok lainnya baik dengan menggunakan kekerasan maupun dengan serangan yang dramatis untuk menarik perhatian publik.

Tentu saja, kita sulit untuk menjadi lebih keras melebihi ISIS. Dan memang, serangan terhadap Charlie Hebdo dapat dilihat sebagai upaya Al-Qaidah dan para pendukungnya untuk tetap menjadi relevan dalam kompetisi jihad yang tidak hanya dilakukan di Yaman, namun di seluruh dunia.

Satu variabel penting dalam menilai masa depan AQAP adalah kebijakan Saudi. Di satu sisi, Saudi memusuhi Al-Qaidah dan terutama AQAP, yang pernah menjadikan pasukan keamanan Saudi sebagai target serangan. Pada tahun 2009, AQAP bahkan pernah mencoba membunuh Pangeran Mohammad bin Nayef yang saat ini sedang memimpin operasi militer Saudi di Yaman.

Di sisi lain, Arab Saudi punya rekam jejak pernah bekerja sama dengan kelompok-kelompok Salafi-jihadi dan barangkali negara kerajaan tersebut melihat mereka sebagai penjahat yang lebih baik dalam konteks perang melawan Hautsi. Hautsi sendiri diyakini Arab Saudi sebagai boneka Iran.

Teheran telah mempersenjatai atau membantu Hautsi, tetapi sejauh apa tingkat keterlibatan Iran masih belum diketahui. Bagi Arab Saudi, kecenderungan untuk mendukung semua kelompok musuh-musuh Hautsi terus meningkat untuk memastikan supaya operasi militer yang mereka lancarkan tidak mandeg. Tak masalah seberapa kontroversialnya kebijakan tersebut.

Tapi, cara AQAP membuat skala prioritas daftar musuhnya juga masih belum jelas. Mereka mengecam aksi pengeboman terhadap masjid Zaidiyah oleh ISIS, namun tidak mengecam intervensi militer Saudi. Tampaknya, AQAP tetap berusaha mengambil posisi di luar arena konflik perang sipil kelihatannya sesuatu yang tidak mungkin, sebaliknya masuk ke dalam pusaran konflik tersebut akan berisiko baik politik maupun militer.

Yang pasti, mereka (AQAP) akan mengekploitasi atau melakukan manajemen chaos untuk memperluas pengaruh dan kontrol terhadap wilayah di lapangan. Namun sepertinya AQAP sedang mencari sesuatu yang sama-sama memiliki peluang sekaligus bahaya.

 

 

Editor :
Sumber : Kiblat.net
- Dilihat 3310 Kali
Berita Terkait

0 Comments